
Kilang RI Digantung, Arab Malah Bangun Kilang China Rp 140 T
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
22 February 2019 18:49

Jakarta, CNBC Indonesia- Saat nasib investasi di Kilang Cilacap terus digantung oleh Saudi Aramco, padahal pendekatannya sudah sejak 2016. Eh, perusahaan minyak raksasa Arab ini justru tanpa ragu kucurkan investasi US$ 10 miliar atau setara Rp 140 triliun untuk pengembangan komplek kilang di China.
Dikutip dari CNBC Internasional, Saudi Aramco baru saja meneken perjanjian pembentukan joint venture dengan grup konglomerat China, Norinco, untuk pengembangan proyek kilang di Kota Panjin.
Aramco dan Norinco, bersama dengan Panjin Sincen, akan membentuk perusahaan baru bernama Huajin Aramco Petrochemical Co sebagai bagian dari proyek yang akan mencakup kilang 300.000 barel per hari (bpd) dengan cracker ethylene 1,5 juta metrik ton per tahun (mmtpa), kata Aramco pada Jumat (22/02/2019).
Kesepakatan itu ditandatangani selama kunjungan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ke Beijing dalam rangka tur Asia.
Di joint venture ini, Aramco memiliki saham 35%, Norinco 36%, dan Panjin 29%. Aramco akan memasok hingga 70% dari bahan baku mentah untuk kompleks itu, yang diharapkan akan mulai beroperasi pada tahun 2024. Ini adalah transaksi luar negeri Saudi Aramco terbesar.
"Proyek ini menunjukkan perubahan strategi Saudi Aramco dari hubungan pembeli-penjual, ke hubungan lebih dalam di mana investasi ini signifikan dalam kontribusi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi China," kata CEO Aramco Amin Nasser, dalam keterangan tertulis.
Nasib Kilang Cilacap
Sementara, di Indonesia kepastian investasi untuk proyek pengembangan Kilang Cilacap masih digantung sampai saat ini. Saudi Aramco yang mendekati PT Pertamina (Persero) untuk kerja sama investasi sejak 2016, sampai saat ini belum juga merealisasikan penyuntikan dananya.
Saudi Aramco saat itu menjanjikan bersedia investasi hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun. Tapi tentu saja dengan syarat harus mendapat berbagai insentif dari pemerintah, mulai dari tax holiday, lahan, dan penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya.
Setumpuk syarat ini pun coba dipenuhi pemerintah, tapi dua tahun kemudian Saudi Aramco malah menurunkan nilai tawaran investasi mereka. Saudi Aramco menganggap entreprise value untuk proyek Kilang Cilacap adalah US$ 2,8 miliar, yang sebenarnya merupakan valuasi dari nilai aset tetap (fixed asset value) hasil 2016 yang disesuaikan dengan kurs awal 2018.
Artinya, tawaran investasinya turun separuh dari janji di 2016. Saat ini, PT Pertamina (Persero) menggunakan jasa pihak ketiga untuk valuasi proyek secara obyektif. Pertamina tengah meminta konsultan auditor PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk melakukan valuasi ulang. Adapun, dalam dokumen tersebut dikatakan, perlu dorongan dari Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad Bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud agar Saudi Aramco dapat menyetujui valuasi baru yang akan dikeluarkan PwC.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang mengatakan valuasi ulang ini diberi jangka waktu hingga Juni mendatang. "Setelah itu akan direview lagi," ujarnya, di kantor Pertamina, Kamis (21/2/2019).
Intip fasilitas mewah Raja Arab saat bertandang ke Jakarta beberapa waktu lalu di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Saudi Aramco-Pertamina Masih Hitung Valuasi Kilang Cilacap
Dikutip dari CNBC Internasional, Saudi Aramco baru saja meneken perjanjian pembentukan joint venture dengan grup konglomerat China, Norinco, untuk pengembangan proyek kilang di Kota Panjin.
Kesepakatan itu ditandatangani selama kunjungan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman ke Beijing dalam rangka tur Asia.
![]() |
Di joint venture ini, Aramco memiliki saham 35%, Norinco 36%, dan Panjin 29%. Aramco akan memasok hingga 70% dari bahan baku mentah untuk kompleks itu, yang diharapkan akan mulai beroperasi pada tahun 2024. Ini adalah transaksi luar negeri Saudi Aramco terbesar.
"Proyek ini menunjukkan perubahan strategi Saudi Aramco dari hubungan pembeli-penjual, ke hubungan lebih dalam di mana investasi ini signifikan dalam kontribusi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi China," kata CEO Aramco Amin Nasser, dalam keterangan tertulis.
Sementara, di Indonesia kepastian investasi untuk proyek pengembangan Kilang Cilacap masih digantung sampai saat ini. Saudi Aramco yang mendekati PT Pertamina (Persero) untuk kerja sama investasi sejak 2016, sampai saat ini belum juga merealisasikan penyuntikan dananya.
Saudi Aramco saat itu menjanjikan bersedia investasi hingga US$ 6 miliar atau setara Rp 87 triliun. Tapi tentu saja dengan syarat harus mendapat berbagai insentif dari pemerintah, mulai dari tax holiday, lahan, dan penyerahan aset ke anak perusahaan nantinya.
Setumpuk syarat ini pun coba dipenuhi pemerintah, tapi dua tahun kemudian Saudi Aramco malah menurunkan nilai tawaran investasi mereka. Saudi Aramco menganggap entreprise value untuk proyek Kilang Cilacap adalah US$ 2,8 miliar, yang sebenarnya merupakan valuasi dari nilai aset tetap (fixed asset value) hasil 2016 yang disesuaikan dengan kurs awal 2018.
Artinya, tawaran investasinya turun separuh dari janji di 2016. Saat ini, PT Pertamina (Persero) menggunakan jasa pihak ketiga untuk valuasi proyek secara obyektif. Pertamina tengah meminta konsultan auditor PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk melakukan valuasi ulang. Adapun, dalam dokumen tersebut dikatakan, perlu dorongan dari Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad Bin Salman bin Abdulaziz Al-Saud agar Saudi Aramco dapat menyetujui valuasi baru yang akan dikeluarkan PwC.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Tallulembang mengatakan valuasi ulang ini diberi jangka waktu hingga Juni mendatang. "Setelah itu akan direview lagi," ujarnya, di kantor Pertamina, Kamis (21/2/2019).
Intip fasilitas mewah Raja Arab saat bertandang ke Jakarta beberapa waktu lalu di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus) Next Article Saudi Aramco-Pertamina Masih Hitung Valuasi Kilang Cilacap
Most Popular