
Kemelut Maskapai Ancam Makroekonomi RI, Kok Bisa?
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 February 2019 08:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Mahalnya harga tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar yang diterapkan maskapai berbiaya murah (low cost carrier) berpotensi mengganggu kondisi makroekonomi Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperingatkan maskapai dalam negeri agar berhati-hati dalam menaikkan harga tiket penerbangan serta dalam menerapkan kebijakan bagasi berbayar karena dapat mendorong naik laju inflasi.
"Kalau harga tiket dan bagasi naik, tentu akan berpengaruh terhadap inflasi, meskipun saya belum tahu seberapa besar," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jumat (1/2/2019).
Ia juga mengakui di Januari lalu terjadi kondisi anomali di sektor angkutan udara karena secara tidak biasa terjadi peningkatan harga tiket pesawat rute domestik saat sudah mulai memasuki low season.
Data BPS menunjukkan bahwa sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di Januari 2019 mengalami deflasi sebesar 0,16%. Namun sektor ini mengalami inflasi 3,28% dibandingkan Januari tahun lalu.
Tarif angkutan udara memberikan sumbangsih 0,02% terhadap inflasi Januari.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengakui adanya risiko kenaikan inflasi akibat kebijakan bagasi berbayar yang diterapkan maskapai.
Dia pun sedang menyiapkan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) yang akan mengatur penetapan tarif yang lebih sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Beleid tersebut diharapkan rampung dalam waktu satu bulan.
Lion Air mulai menerapkan kebijakan bagasi berbayar 22 Januari lalu. Langkah tersebut rencananya akan diikuti Citilink, namun maskapai anak usaha Garuda Indonesia itu memutuskan untuk menundanya.
Penundaan itu terjadi setelah Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendesak Kemenhub untuk menunda pemberlakuan kebijakan bagasi berbayar hingga selesainya kajian ulang terhadap kebijakan tersebut dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan kelangsungan industri penerbangan nasional.
Saksikan video mengenai penyebab mahalnya tiket pesawat berikut ini.
(prm) Next Article Ini Simulasi Ongkos Terbang Saat New Normal, Makin Mahal?
Badan Pusat Statistik (BPS) memperingatkan maskapai dalam negeri agar berhati-hati dalam menaikkan harga tiket penerbangan serta dalam menerapkan kebijakan bagasi berbayar karena dapat mendorong naik laju inflasi.
"Kalau harga tiket dan bagasi naik, tentu akan berpengaruh terhadap inflasi, meskipun saya belum tahu seberapa besar," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jumat (1/2/2019).
Data BPS menunjukkan bahwa sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di Januari 2019 mengalami deflasi sebesar 0,16%. Namun sektor ini mengalami inflasi 3,28% dibandingkan Januari tahun lalu.
Tarif angkutan udara memberikan sumbangsih 0,02% terhadap inflasi Januari.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga mengakui adanya risiko kenaikan inflasi akibat kebijakan bagasi berbayar yang diterapkan maskapai.
Dia pun sedang menyiapkan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) yang akan mengatur penetapan tarif yang lebih sesuai dengan ekspektasi masyarakat. Beleid tersebut diharapkan rampung dalam waktu satu bulan.
Lion Air mulai menerapkan kebijakan bagasi berbayar 22 Januari lalu. Langkah tersebut rencananya akan diikuti Citilink, namun maskapai anak usaha Garuda Indonesia itu memutuskan untuk menundanya.
Penundaan itu terjadi setelah Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendesak Kemenhub untuk menunda pemberlakuan kebijakan bagasi berbayar hingga selesainya kajian ulang terhadap kebijakan tersebut dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan kelangsungan industri penerbangan nasional.
Saksikan video mengenai penyebab mahalnya tiket pesawat berikut ini.
(prm) Next Article Ini Simulasi Ongkos Terbang Saat New Normal, Makin Mahal?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular