Manuver Citilink: Dari Bagasi Berbayar Hingga Ekspansi Global

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
29 January 2019 11:14
Citilink putar akal untuk perbaiki keuangannya
Foto: Ilustrasi Citilink (Shinta Angriyana/detikTravel)
Jakarta, CNBC Indonesia- Kondisi bisnis penerbangan yang masih dalam tekanan membuat direksi Citilink Indonesia memutar otak. Hasilnya, sejumlah langkah efisiensi dan inovasi dijalankan pada 2019 ini agar Citilink Indonesia tetap survive.

Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) itu mulai menerapkan kebijakan bagasi berbayar pada 8 Februari 2019 mendatang. "Industri penerbangan ini completed atau sangat sensitif dari semua indikator yang sedang berjalan. Di sinilah kita perlu lihat perusahaan penerbangan bisa survive," kata Direktur Niaga Citilink, Benny Rustanto, dalam sebuah bincang santai di Jakarta, Senin (28/1/2019).



Dia menegaskan, Citilink tengah mencari ramuan terbaik untuk menekan tingginya biaya operasional. Sejalan dengan itu, dia tidak ingin cara Citilink dalam hal efisiensi justru membuat aspek keamanan diabaikan.

"Komponen biaya maintenance dan safety tidak bisa kita dikompromikan. Sebagai pelaku usaha, harus inovatif dan kreatif yang ujungnya adalah survival. Kita tidak mau Citilink Indonesia berhenti atau stop operasi selamanya," tandasnya.

Di sisi lain, meski berstatus maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC), Citilink juga tidak akan mengendorkan pelayanan. Dengan penerapan biaya tambahan untuk bagasi, nantinya Citilink ingin tetap menjaga tradisi terbang tepat waktu.

Artinya, segala infrastruktur penunjang saat penerapan bagasi berbayar juga diperhatikan. Penambahan personel Avsec dan sejumlah fasilitas dilakukan untuk menghindari keterlambatan jadwal penerbangan.

"Animo penumpang yang naik pesawat kami selama ini adalah orang-orang ingin tepat waktu. Kita inginkan tahun ini on time performance (OTP) di atas 90%," urainya.

Adapun tarif yang dikenakan bervariasi, mulai Rp 9.000 per Kg untuk penerbangan yang memerlukan waktu tempuh di bawah 1 jam. "Nanti ada beberapa paket, ada paket 5 Kg, 10 Kg, 15 Kg, dan 20 Kg. Lebih mudah kalau beli paket yang kita sediakan," tambahnya.

Terkait tarif paket tersebut, dia tidak merinci lebih lanjut, hanya saja dikatakan biaya termahal sekitar Rp 35 ribu per Kg. Sejalan dengan itu, pembelian paket dapat dilakukan 4 jam sebelum keberangkatan melalui website resmi Citilink, dengan harga yang lebih terjangkau dengan potongan harga sampai dengan 40%. 

"Bagi penumpang yang tiba -tiba membutuhkan lebih, bagasinya bisa beli di check in counter," urainya. Di sisi lain, khusus penumpang Citilink Indonesia rute internasional serta penumpang yang telah menjadi member Supergreen dan Garudamiles atau penumpang yang membeli 'Green Seat' akan tetap mendapatkan gratis bagasi 10 Kg. 

Sedangkan bagi member Citilink Citisport akan mendapatkan gratis 20 Kg untuk perlengkapan olah raga (sports equipment) dan gratis tambahan 10 Kg untuk bagasi tercatat. Berdasarkan pengalaman, menurutnya selama ini rata-rata penumpang Citilink hanya membawa 7-11 Kg setiap terbang. 

"Itu kalau low season. Sehingga kalaupun dikenakan biaya bagasi, kita kembalikan saja ke asal mula maskapai berbiaya hemat. Kalau high season beda ya. Karena penumpang bisa bawa oleh-oleh. Dan itu kan khusus saja waktunya seperti lebaran," tandasnya.

Sementara itu, Citilink Indonesia sendiri mematok target menerbangkan 17 juta penumpang sepanjang 2019. Jumlah tersebut meningkat dari realisasi tahun 2018 sekitar 15 juta penumpang. Benny Rustanto mengatakan, pihaknya menyiapkan sejumlah jurus untuk menggapai target tersebut.

"Dengan penambahan pesawat baru, juga pembukaan beberapa rute regional maupun domestik," bebernya.

Pasar Internasional
Citilink juga mulai mengincar pasar penerbangan internasional untuk mempertahankan keuangan perusahaan agar tidak minus. Sebab, saat ini pihaknya tidak bisa hanya mengandalkan rute penerbangan domestik, mengingat melangitnya biaya operasional.

Sejauh ini, Citilink telah memiliki rute regional dari RI ke Dili, Timor Leste, dan Penang, Malaysia. Selain itu, Citilink juga melayani rute Banyuwangi-Kuala Lumpur.

Terdekat, Citilink bakal membuka layanan penerbangan langsung Surabaya - Kuala Lumpur. "Surabaya-Kuala Lumpur 30 Januari kita terbang. Tingkat isian sudah 85%," urainya. Rute baru tersebut dibanderol dengan tarif mulai Rp 760 ribu.

Selain itu, sejumlah rute dari RI ke luar negeri juga bakal dibuka. "Kita memperbanyak buka rute regional seperti ke Vietnam, Kamboja, juga China, Jeddah, dan Korea," lanjutnya.

Benny menuturkan, langkah ini diambil tidak lepas dari pertimbangan fluktuasi nilai tukar mata uang dunia. Dia mengakui, pendapatan usaha Citilink tidak akan tumbuh signifikan jika hanya berpaku pada pelanggan domestik yang bertransaksi menggunakan rupiah.

"Kalau pendapatan usahanya rupiah, akan selalu lose, kurang, rugi. Untuk bayar fuel, biaya sewa dan sebagainya, semua mengacu pada mata uang asing," bebernya.

Dari target menerbangkan 17 juta penumpang tahun ini, diharapkan pendapatan usaha dari sisi tiket penumpang tumbuh 25% dibandingkan 2018. Sejalan dengan itu, Citilink mematok target pertumbuhan usaha secara keseluruhan mencapai 23% pada 2019.
(gus) Next Article Sriwijaya & Citilink Bersatu Lawan Lion Air di Rute Domestik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular