Gokil, Tiket Pesawat Jakarta-KL Rp 8 Juta! Ada Apa Sih?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
31 May 2022 11:29
Pelataran Pesawat Soekarno Hatta
Foto: AP/Greg Baker

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya harga tiket pesawat banyak dikeluhkan oleh para penumpang. Harganya bahkan dianggap sudah 'tidak masuk akal'. Lantas apa penyebabnya? Apa hanya di Indonesia harga tiket mahal?

Pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) telah 'mengurung' jutaan orang untuk menikmati suasana liburan. Semua dibatasi, dari tempat wisata yang ditutup hingga transportasi masal yang tidak berjalan. Termasuk pesawat yang tidak mengudara.

Kemudian setelah lebih dari dua tahun, pemerintah membuka lebar-lebar pintu mobilitas masyarakat. Diperbolehkannya mudik saat Hari Raya Idul Fitri jadi 'gong'. Hasrat bertemu saudara membuat banyak orang berbondong-bondong untuk pulang kampung.

Bandara yang tadinya sepi jadi penuh sesak karena para pemudik. Menurut Google Mobility Index mobilitas masyarakat di pusat transit atau transportasi melesat pada momen lebaran 2022. Artinya, permintaan untuk menggunakan transportasi pun melonjak

Di sisi lain, pandemi telah menggebuk sektor penerbangan hingga babak belur. Pertumbuhan sektor transportasi angkatan udara yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) jatuh 80,23% pada kuartal pertama 2020.

Maskapai penerbangan tumbang. PHK harus dilakukan demi mengurangi beban akibat pesawat yang tidak terbang.

Saat ini, penerbangan sudah mulai dibuka. Dengan bekas luka 2020 para maskapai mulai terbang. Sayangnya lukanya terlalu dalam sehingga tidak serta merta pulih. Ketersediaan pesawat di hanggar masih sedikit dan kian menipis.

Persis seperti teori supply and demand. Saat pasokan berkurang namun permintaan naik, kurva bergerak ke kanan. Artinya harga makin mahal.

Tak hanya soal tipisnya ketersediaan pesawat, harga bahan bakar yang tinggi juga jadi penyebab. Sejak Mei 2020, harga bahan bakar pesawat telah naik 4 kali lipat.

Berdasarkan data US Energy Information Administration, harga bensin pesawat mencapai US$ 4,04 per galon. Jauh lebih tinggi dibanding bulan Mei 2020 sebesar US$ 0,46 per galon.

Kedua faktor utama ini yang jadi penyebab harga pesawat beterbangan. Akibatnya pengguna moda transportasi udara ini harus merogoh kocek lebih dalam untuk bepergian, dalam negeri apalagi luar negeri.

Dari catatan CNBC Indonesia beberapa rute penerbangan internasional yang mengalami peningkatan mulai dari tujuan negara Singapura, Malaysia, Australia, Jepang, hingga Korea Selatan. Selain itu untuk negara tujuan Eropa seperti Inggris dan Belanda juga mengalami peningkatan.

Harga tiket pesawat ke Singapura pulang pergi (PP) saat ini, setidaknya pengguna harus merogoh kocek mencapai Rp 8 juta, padahal sebelumnya Rp 2-3 juta sudah bisa mendapatkan tiket PP Jakarta - Singapura.

Begitu juga jika dilihat dari platform penjualan tiket Traveloka, untuk penerbangan Jakarta-Kuala Lumpur pada 31 Mei 2022 dipatok dengan harga Rp 2,4-3,3 juta untuk penerbangan langsung menggunakan Air Asia atau Malindo Air.

Sementara untuk penerbangan kembali Kuala Lumpur-Jakarta menggunakan di banderol dengan harga Rp 3,7-5 juta untuk penerbangan langsung menggunakan Air Asia, Garuda Indonesia dan Malaysia Airlines.

Artinya untuk tiket PP setidaknya harus merogoh kocak mencapai Rp 6,1-8,3 juta.

Kemudian untuk tujuan ke Eropa seperti Inggris, setidaknya untuk tiket perjalanan sekali jalan sudah mencapai Rp 15 jutaan, pada hal sebelumnya bisa mendapat tiket termurah Rp 8-10 juta.

Sama halnya ke Amsterdam harus merogoh kocak mencapai Rp 16 juta untuk penerbangan langsung menggunakan Garuda Indonesia, dari sebelumnya Rp 8-13 juta.

Tak hanya Indonesia, tingginya harga tiket pesawat juga terjadi di berbagai belahan dunia. Seperti di Amerika Serikat, tiket Los Angeles ke New York dijual dengan rata-rata US569 pulang pergi, naik 69% dari 2019. Sedangkan dari New York ke San Francisco naik hampir dua kali lipat menjadi US$ 662.

Tiket Pesawat di ASSumber: Hopper

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular