Jatuh Bangun Kerajaan Bisnis Tesla Milik Elon Musk

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 January 2019 07:03
Tesla dilaporkan memangkas jumlah pekerja penuh waktunya sekitar 7% dari total pegawai atau sekitar 3.150 orang.
Foto: CEO Tesla Elon Musk (REUTERS/Brian Snyder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tesla dilaporkan memangkas jumlah pekerja penuh waktunya sekitar 7% dari total pegawai atau sekitar 3.150 orang. Pemutusan hubungan kerja (PHK) ini dilakukan dengan alasan perusahaan akan meningkatkan produksi sedan Model 3-nya.

PHK itu terjadi saat perusahaan berupaya melakukan penghematan biaya, yang telah dilakukan perusahaan akhir-akhir ini, demi meningkatkan margin dan profitabilitasnya.


CEO Tesla Elon Musk menyampaikan pengumuman itu melalui surat elektronik kepada karyawannya, Jumat (18/1/2019).

Dalam surat itu, Musk mengatakan perusahaan menghadapi tantangan yang sangat sulit untuk menjual produk-produk kendaraan listrik yang terjangkau untuk jangka panjang dan dalam skala besar. Ia juga menyebut Tesla adalah perusahaan yang relatif masih muda jika dibandingkan pemain lainnya di industri tersebut.

Namun ternyata, melansir CNBC International, perusahaan mobil listrik yang didirikan oleh Elon Musk tersebut juga pernah melakukan PHK terhadap karyawannya tahun lalu.

Pada bulan Juni 2018, Tesla mengatakan kepada para karyawan akan memangkas sekitar 9% tenaga kerjanya. Tenaga kerja yang dipangkas merupakan pekerja penuh waktu (full time) dan digaji langsung perusahaan.

Jatuh Bangun Kerajaan Bisnis Tesla Milik Elon MuskFoto: CEO Tesla Elon Musk (REUTERS/Noah Berger)

Pesan itu disampaikan pada Selasa (12/6/2018) melalui sebuah memo internal kepada karyawan. Pada awal tahun 2018 itu Tesla sebenarnya merekrut 8.000 pekerja dan per Juni 2018 memiliki 46.000 pekerja. Dengan restrukturisasi itu, maka jumlah karyawan yang dipangkas ada sekitar 4.100 pekerjaan.

Dalam email kepada karyawan saat itu, Musk mengatakan Tesla perlu mengurangi biaya dan menghasilkan uang.

"Ini sesuatu yang normal, ada aliran perekrutan dan pemecatan dalam bisnis," katanya. "Sembilan persen adalah pemotongan besar yang dilakukan sekaligus, tetapi ada saatnya ketika sebuah perusahaan tumbuh dan mereka harus memotong lemak untuk menjadi lebih efisien."

Selain Tesla, perusahaan roket Elon Musk, SpaceX juga ternyata berencana melakukan PHK karyawannya pada 12 Januari lalu.


SpaceX akan melakukan pengurangan karyawan sekitar 10%. Saat ini jumlah karyawan SpaceX 6.000-an karyawan. Alasannya ada tantangan yang lebih sulit di masa depan.

"Untuk terus melanjutkan pemberian pelanggan kami dan untuk mengembangkan pesawat ruang angkasa antarplanet dan Internet berbasis ruang global, SpaceX harus menjadi perusahaan yang lebih efisien," ujar juru bicara SpaceX melalui email, seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya pada bulan Juni 2018, Elon Musk telah memecat setidaknya tujuh orang di tim manajemen senior yang memimpin proyek peluncuran satelit SpaceX. Pemecatan itu terkait adanya perbedaan pandangan dalam pengembangan dan pengujian satelit Starlink.

Tesla memiliki utang yang akan jatuh tempo hampir US$1 miliar, dan itu bisa menyedot hampir sepertiga dari uang tunai atau kas perusahaan jika harga sahamnya tidak juga membaik.

Tesla juga dilaporkan memiliki utang dalam bentuk convertible senior notes sekitar US$920 juta (sekitar Rp 13 triliun) dan akan jatuh tempo pada 1 Maret dengan harga konversi US$359,87 per saham. Tetapi saham Tesla belum juga rebound untuk diperdagangkan di atas US$359 selama berminggu-minggu.

Jika harga sahamnya mencapai sekitar US$359,87, maka utang tersebut akan dikonversi menjadi saham Tesla. Namun jika tidak, melansir CNBC International, Tesla harus membayar utangnya dalam bentuk tunai.

Jatuh Bangun Kerajaan Bisnis Tesla Milik Elon MuskFoto: r

Perusahaan melaporkan jumlah kas dan setara kas sebesar US$3 miliar pada akhir kuartal September.

Beberapa bulan terakhir perusahaan terus mengungkapkan tekanan untuk mempertahankan profitabilitasnya, dan pada hari Jumat (18/1/2019) telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7% tenaga kerja penuh-waktunya.

Saham Tesla anjlok lebih dari 10% pada hari Jumat (18/1/2019) setelah pengumuman tersebut dan diperdagangkan menjadi US$310 per saham.


Saat perdagangan ditutup, saham Tesla turun 13% dan merupakan penurunan terbesar di tahun 2019 ini dan yang terparah ketujuh sejak penawaran publik perdana (IPO) perusahaan pada tahun 2010.

Terakhir kali investor Tesla mengalami kerugian adalah pada 28 September 2018, ketika saham anjlok hampir 14% setelah Komisi Sekuritas dan Bursa menggugat Musk atas kasus penipuan.


(prm) Next Article Siap-Siap! Tesla Bakal Punya Pabrik di Berlin Nih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular