
Tesla PHK Karyawan (Lagi), Tanda Kebangkrutan atau Kejayaan?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 January 2019 18:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal tahun ini, lagi-lagi Elon Musk memangkas jumlah karyawannya di perusahaan produsen mobil listrik Tesla Inc, tidak sesuai dengan janjinya ketika mengurangi jumlah karyawan pada tahun lalu.
Kali ini perusahaan yang dia pimpin tersebut harus mengirim email perpisahan kepada sebanyak 7% karyawannya, setelah mem-PHK 9% lainnya pada Juni tahun lalu yang diikuti janji "Saya juga ingin menekankan bahwa kami harus melakukan (PHK) ini sekarang agar tidak lagi melakukan (PHK) ini di kemudian hari."
Berkaca pada ingkarnya janji Musk kepada karyawannya tersebut, pasti timbul pertanyaan tentang keberlangsungan sebuah perusahaan yang tidak memperdulikan masa depan aset paling berharganya, yang artinya karyawan mereka.
Sebelum 2008, tercatat nilai pemecatan adalah 10% pada 2007, dilanjutkan dengan pemangkasan pada 2008 sebanyak 25%.
Padahal, Tesla baru berdiri 5 tahun dan belum memiliki banyak produksi meskipun proses pendanaannya sudah mencapai fase keempat dan kelimanya.
Selain memancing banyak cemooh karena isu kemanusiaan, kewajaran profesional, serta ketidaksesuaian dengan kontrak, ternyata Tesla berhasil menyihir beberapa mantan karyawannya yang dipecat hingga mampu bercerita positif terhadap mantan pemberi kerjanya.
"Saya di-PHK dari Tesla kemarin dan meskipun itu menyakitkan (banget!), langkah perusahaan itu benar. Saya tidak menyesal sudah memberikan seluruh kemampuan yang saya punya dan ucapan selamat tinggal adalah kontribusi terakhir saya. Saya akan tetap mendukung Tesla karena saya sudah melakukan bagian kerja saya di sana." ujar seorang karyawan bernama Kevin.
Bahkan, Kevin dan beberapa karyawan lain sangat meyakini bahwa niat mulia Tesla mewujudkan dunia ramah lingkungan tanpa energi fosil perlu diwujudkan dengan mem-PHK dan mengorbankan dirinya.
Untuk lay-off pada 2018, Musk punya alasan mendasar PHK terkait dengan target menggenjot produksi Tesla Model 3 sedan sebanyak 5.000 per pekan.
Memang Elon Musk punya alasan besar dalam PHK tersebut, yaitu memfokuskan pada unit produksinya terutama untuk mengejar target produksi Model 3.
Bahkan, setelah menurunkan jumlah pegawainya 3.600-an orang (9% dari 40.000), jumlah pegawainya langsung bertambah dari 36.400 orang menjadi 45.000 orang tidak sampai pergantian tahun.
[Gambas:Video CNBC]
Model 3 merupakan tipe paling ekonomis dan paling massal yang dibuat Tesla.
Dari namanya saja, tercermin sudah ada dua model yang diluncurkan Musk dkk, yaitu Model S yang paling prestisius dan Model X yang agak sangar karena idenya adalah crossover SUV.
Sebelum ketiganya, model prototype perusahaan adalah Tesla Roadster 2008, mobil sport andalan perusahaan yang dana hasil penjualannya hingga 2012 digunakan untuk mendanai seluruh programnya sekarang.
Saat ini, Tesla Roadster sedang dikembangkan dan akan diciptakan kembali pada 2020.
Masih dari isu tentang pegawai, penyedot utama jumlah karyawan di perusahaan adalah Gigafactory 1, pabrik produksi baterai lithium-ion dan perakitan mobil listrik di hamparan gurun Nevada, dekat kota Clark.
Awal 2018, pabrik tersebut memiliki 3.000 pegawai dan pada akhir tahun mencapai 7.000 orang, serta diprediksi dapat dimaksimalkan hingga 20.000 karyawan.
Dari sisi pembiayaan dan investasi ke kantong Tesla, sudah ada lima tahap pembiayaan yang masuk.
Justru Merasa Cukup dan Jumawa
Merasa cukup puas terhadap perkembangan dan pendanaannya, pada 7 Agustus 2018 Musk bahkan sesumbar berniat go private di harga US$ 420 per saham (padahal harganya masih US$ 355) setelah 8 tahun melantai (IPO) di Nasdaq, Amerika Serikat.
Go private adalah aksi keluar dan tidak lagi mencatatkan sahamnya di papan bursa, sehingga investor tidak lagi dapat mentraksaksikan saham perusahaan secara bebas lagi.
Kehebohan di pasar saham tersebut segera dipadamkan dengan pembatalan rencana tersebut dan disambut pernyataan maaf dari Musk dan manajemen, yang juga berbuntut denda US$ 20 juta dan larangan menjadi chairman selama 3 tahun.
Meskipun gagal, atau bahkan sesumbar, langkah Tesla dan Musk justru menunjukkan kalau mereka sudah merasa cukup kuat untuk ngegas tanpa campur tangan publik, dan terlihat bukanlah tanda-tanda sebuah kebangkrutan.
Jika menilik pada teori dasar perkembangan sebuah perusahaan pada umumnya, 16 tahun Tesla tampaknya bahkan sudah jauh melampaui fase kelima yaitu kelesuan sumber daya, karena sumber daya yang ingin diciptakan Musk dkk adalah teknologi energi terbarukan yang tidak akan pernah habis.
Karena itu, saat ini bukanlah waktu Tesla antara tinggal landas atau bangkrut, tetapi sedang bersiap menuju titik tinggal landas berikutnya begitu produk baru mereka diluncurkan.
Patut diingat juga bahwa pada November 2018, penjualan Tesla di AS sudah melampaui penjualan Mercedes Benz, di mana perusahaan membukukan angka penjualan 245.000 unit dari total penjualan 532.000 unit sejak 2012.
Dan melihat penerawangan jangka panjangnya, maka dapat dibilang bahwa ini bukanlah akhir, justru masih awal sekali bagi Tesla untuk berkembang.
Belum lagi melihat inovasi-inovasi mobilnya yang biasanya diumumkan melalui acara peluncuran megah khas Musk yaitu Model Tesla Roadster 2020, kendaraan berat Tesla Semi, dan turunan dari Model 3 yaitu Model Y.
Belum lagi fokus mereka pada energi solar (bersama Panasonic membuat SolarCity), penyimpan energi rumahan Powerwall, serta kerja sama untuk mempersenjatai Mercedes Benz A-Class dan B-Class dengan baterai listrik mereka.
Dengan janji manis itulah Tesla berusaha mewujudkan impian mereka terhadap dunia yang sehat bersama dengan kendaraan listrik yang ramah lingkungan, hemat, nyaman, dan murah (sebelum masuk dengan legal ke Indonesia, tentu).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/gus) Next Article Setelah SpaceX, Elon Musk Juga Akan PHK Karyawan Tesla
Kali ini perusahaan yang dia pimpin tersebut harus mengirim email perpisahan kepada sebanyak 7% karyawannya, setelah mem-PHK 9% lainnya pada Juni tahun lalu yang diikuti janji "Saya juga ingin menekankan bahwa kami harus melakukan (PHK) ini sekarang agar tidak lagi melakukan (PHK) ini di kemudian hari."
Sebelum 2008, tercatat nilai pemecatan adalah 10% pada 2007, dilanjutkan dengan pemangkasan pada 2008 sebanyak 25%.
Padahal, Tesla baru berdiri 5 tahun dan belum memiliki banyak produksi meskipun proses pendanaannya sudah mencapai fase keempat dan kelimanya.
Selain memancing banyak cemooh karena isu kemanusiaan, kewajaran profesional, serta ketidaksesuaian dengan kontrak, ternyata Tesla berhasil menyihir beberapa mantan karyawannya yang dipecat hingga mampu bercerita positif terhadap mantan pemberi kerjanya.
"Saya di-PHK dari Tesla kemarin dan meskipun itu menyakitkan (banget!), langkah perusahaan itu benar. Saya tidak menyesal sudah memberikan seluruh kemampuan yang saya punya dan ucapan selamat tinggal adalah kontribusi terakhir saya. Saya akan tetap mendukung Tesla karena saya sudah melakukan bagian kerja saya di sana." ujar seorang karyawan bernama Kevin.
Bahkan, Kevin dan beberapa karyawan lain sangat meyakini bahwa niat mulia Tesla mewujudkan dunia ramah lingkungan tanpa energi fosil perlu diwujudkan dengan mem-PHK dan mengorbankan dirinya.
Untuk lay-off pada 2018, Musk punya alasan mendasar PHK terkait dengan target menggenjot produksi Tesla Model 3 sedan sebanyak 5.000 per pekan.
Memang Elon Musk punya alasan besar dalam PHK tersebut, yaitu memfokuskan pada unit produksinya terutama untuk mengejar target produksi Model 3.
Bahkan, setelah menurunkan jumlah pegawainya 3.600-an orang (9% dari 40.000), jumlah pegawainya langsung bertambah dari 36.400 orang menjadi 45.000 orang tidak sampai pergantian tahun.
[Gambas:Video CNBC]
Model 3 merupakan tipe paling ekonomis dan paling massal yang dibuat Tesla.
Dari namanya saja, tercermin sudah ada dua model yang diluncurkan Musk dkk, yaitu Model S yang paling prestisius dan Model X yang agak sangar karena idenya adalah crossover SUV.
![]() |
Sebelum ketiganya, model prototype perusahaan adalah Tesla Roadster 2008, mobil sport andalan perusahaan yang dana hasil penjualannya hingga 2012 digunakan untuk mendanai seluruh programnya sekarang.
Saat ini, Tesla Roadster sedang dikembangkan dan akan diciptakan kembali pada 2020.
Masih dari isu tentang pegawai, penyedot utama jumlah karyawan di perusahaan adalah Gigafactory 1, pabrik produksi baterai lithium-ion dan perakitan mobil listrik di hamparan gurun Nevada, dekat kota Clark.
Awal 2018, pabrik tersebut memiliki 3.000 pegawai dan pada akhir tahun mencapai 7.000 orang, serta diprediksi dapat dimaksimalkan hingga 20.000 karyawan.
Dari sisi pembiayaan dan investasi ke kantong Tesla, sudah ada lima tahap pembiayaan yang masuk.
Justru Merasa Cukup dan Jumawa
Merasa cukup puas terhadap perkembangan dan pendanaannya, pada 7 Agustus 2018 Musk bahkan sesumbar berniat go private di harga US$ 420 per saham (padahal harganya masih US$ 355) setelah 8 tahun melantai (IPO) di Nasdaq, Amerika Serikat.
Go private adalah aksi keluar dan tidak lagi mencatatkan sahamnya di papan bursa, sehingga investor tidak lagi dapat mentraksaksikan saham perusahaan secara bebas lagi.
Kehebohan di pasar saham tersebut segera dipadamkan dengan pembatalan rencana tersebut dan disambut pernyataan maaf dari Musk dan manajemen, yang juga berbuntut denda US$ 20 juta dan larangan menjadi chairman selama 3 tahun.
Meskipun gagal, atau bahkan sesumbar, langkah Tesla dan Musk justru menunjukkan kalau mereka sudah merasa cukup kuat untuk ngegas tanpa campur tangan publik, dan terlihat bukanlah tanda-tanda sebuah kebangkrutan.
Jika menilik pada teori dasar perkembangan sebuah perusahaan pada umumnya, 16 tahun Tesla tampaknya bahkan sudah jauh melampaui fase kelima yaitu kelesuan sumber daya, karena sumber daya yang ingin diciptakan Musk dkk adalah teknologi energi terbarukan yang tidak akan pernah habis.
Karena itu, saat ini bukanlah waktu Tesla antara tinggal landas atau bangkrut, tetapi sedang bersiap menuju titik tinggal landas berikutnya begitu produk baru mereka diluncurkan.
![]() |
Patut diingat juga bahwa pada November 2018, penjualan Tesla di AS sudah melampaui penjualan Mercedes Benz, di mana perusahaan membukukan angka penjualan 245.000 unit dari total penjualan 532.000 unit sejak 2012.
Dan melihat penerawangan jangka panjangnya, maka dapat dibilang bahwa ini bukanlah akhir, justru masih awal sekali bagi Tesla untuk berkembang.
Belum lagi melihat inovasi-inovasi mobilnya yang biasanya diumumkan melalui acara peluncuran megah khas Musk yaitu Model Tesla Roadster 2020, kendaraan berat Tesla Semi, dan turunan dari Model 3 yaitu Model Y.
Belum lagi fokus mereka pada energi solar (bersama Panasonic membuat SolarCity), penyimpan energi rumahan Powerwall, serta kerja sama untuk mempersenjatai Mercedes Benz A-Class dan B-Class dengan baterai listrik mereka.
Dengan janji manis itulah Tesla berusaha mewujudkan impian mereka terhadap dunia yang sehat bersama dengan kendaraan listrik yang ramah lingkungan, hemat, nyaman, dan murah (sebelum masuk dengan legal ke Indonesia, tentu).
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/gus) Next Article Setelah SpaceX, Elon Musk Juga Akan PHK Karyawan Tesla
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular