Opini

Narasi Ketakutan dan Teror dalam Pidato Prabowo-Sandi

Fikri Muhammad, CNBC Indonesia
15 January 2019 15:51
Daya beli dan jalan tol
Foto: Pekerja menyelesaikan pengerjaan proyek jalan Tol Jakarta-Cikampek II (elevated) di kawasan tol Cikunir, Bekasi, Jawa Barat, Senin (12/11/2018). Pembangunan tol tersebut memisahkan pengguna tol jarak jauh dengan pengguna jarak dekat yang berada di atas Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting terbentang dari Cikunir sampai Karawang Barat dengan total panjang 36,4 km dan akan beroperasi 2019. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tidak hanya Prabowo dan Sandi. Seorang mantan politikus PDI-P, Tubagus Dedi Suwendi Gumelar (Miing) juga mempunyai penalaran fokus yang serupa dalam upaya mengkritisi pemerintahan Jokowi ketika berkomentar tentang penurunan daya beli masyarakat.

"Faktanya dilapangan ya, saya ketemu dengan beberapa pengusaha. Baik pengusaha retail maupun konstruksi ya. Dari 10 pengusaha 8 sampai 9 diantaranya hampir collapse. Jadi daya beli masyarakat semakin sulit, begitu," kata politisi yang juga komedian saat ditemui CNBC Indonesia di Jakarta Convention Center (14/1/2019).

Narasi Ketakutan dan Teror dalam Pidato Prabowo-SandiFoto: CNBC Indonesia


Miing juga menambahkan bahwa pemerintahan Jokowi selama ini hanya memamerkan infrastruktur di jalan tol. Yang menurut Miing hal itu adalah sektor privat, sehingga masyarakat harus membayar jika ingin menggunakan jalan tol tersebut. Sepatutnya, menurut Miing, jika berbicara jalan milik negara maka rakyat tidak harus membayar.

Uniknya, narasi ketakutan dan teror ini tidak hanya memengaruhi para pendukung. Namun melekat pada tokoh dalam kubu Prabowo seperti Miing. Ia nampaknya kebingungan apa yang sebetulnya terjadi pada konteks  jalan milik negara. Atau mungkin ia memang menyadari, keuntungan dari penyebaran ketakutan.

[Gambas:Video CNBC]

(miq/miq)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular