Klub Masih Wait and See, Bursa Musim Dingin 'Adem'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 January 2019 15:03
Klub Masih <i>Wait and See</i>, Bursa Musim Dingin 'Adem'
Christian Pulisic (Reuters/Leon Kuegeler)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa transfer musim dingin di kompetisi sepak bola Eropa sudah bergulir. Namun sejauh ini baru satu nama yang mencuat di winter silly season, selebihnya masih 'dingin'. 

Satu nama itu adalah Christian Pulisic. Gelandang berkewarganegaraan Amerika Serikat (AS) berusia 20 tahun tersebut menyeberang dari Borussia Dortmund (Jerman) ke Chelsea (Inggris) dengan mahar 64 juta euro. 

Pulisic, yang masih akan bermain di Lembah Ruhr sampai akhir musim 2018/2019, menjadi pemain ketiga termahal yang didatangkan Chelsea. Biaya transfer Pulisic hanya kalah dari Kepa Arrizabalaga (80 juta euro) dan Alvaro Morata (66 juta euro).

Namun selain Pulisic, bursa transfer musim dingin kali ini masih adem ayem. Mungkin masih awal, sehingga klub belum begitu bernafsu memburu pemain baru. 

Di Liga Primer Inggris, liga yang kerap memunculkan headline setiap bursa transfer, baru Pulisic tadi yang lumayan membikin heboh. Sisanya belum ada kejutan. 

Terbaru adalah akuisisi Bournemouth terhadap dua pemain Liverpool yaitu Dominic Solanke dan Nathaniel Clyne. Solanke ditebus dengan biaya 19 juta poundsteling, sementara Clyne dipinjam sampai akhir musim. 

Kemudian yang masih rumor (meski sepertinya sudah hampir pasti) adalah kepindahan Aaron Ramsey dari Arsenal ke Juventus (Italia). Ramsey dikabarkan sudah mencapai kesepakatan pra-kontrak dengan sang jawara Italia, kepindahan secara formal tinggal menunggu finalisasi. 

Selebihnya, bursa transfer musim dingin belum menunjukkan pergerakan berarti. Sepertinya klub-klub Eropa masih wait and see sambil memantau perkembangan pemain incaran mereka. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Meski tidak sesemarak bursa transfer musim panas, tetapi bursa musim dingin menjanjikan ketegangan tersendiri. Sebab biasanya pemain yang datang pada tahun baru adalah hasil pembelian yang agak ‘desperate’. Ada yang sukses, tapi tidak sedikit yang flop.

Setelah menjalani separuh kompetisi, klub tentu sudah melakukan evaluasi kinerja. Pos-pos yang dianggap masih lemah tentu harus diperbaiki dengan mendatangkan pemain baru.

Nah, kalau pos itu dirasa sangat butuh pembenahan maka klub mati-matian mencari amunisi. Di sinilah kemudian tercipta harga-harga ‘aneh’.

Misalnya Liverpool pada musim 2010/2011. Si Merah kehilangan separuh nyawa karena Fernando Torres dibajak Chelsea. Lini depan Liverpool lumpuh (bukan pincang lagi) karena tinggal menyisakan nama-nama absurd seperti David N’Gog dan Milan Jovanovic.

Roy Hodgson, Manajer Liverpool kala itu, memutuskan mendatangkan dua penyerang berharga mahal yaitu Luis Suarez (22,5 juta poundsterling) dan Andrew ‘Andy’ Carroll (35 juta poundsterling).

Nama pertama menjadi pembelian jitu dan menjelma menjadi idola publik Anfield. Selama 3,5 tahun membela Merseyside Merah, El Pistolero menyumbang 69 gol dari 110 laga sebelum pindah ke Barcelona (Spanyol). Liverpool menang banyak dari perjudian transfer Suarez.

Akan tetapi nama yang kedua menyisakan rasa yang tidak enak di mulut Liverpudlian. Sempat menyandang status sebagai pembelian termahal Liverpool, Carroll nyaris tidak pernah mampu membuktikan diri sebagai penyerang top.

Momen yang paling diingat paling-paling hanya dua golnya ke gawang Manchester City pada 11 April 2011. Sisanya, kehadiran Si Kuncir Kuda antara ada dan tiada. Kali ini Liverpool boncos.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sikap desperate lain yang diperlihatkan klub pada bursa transfer musim dingin adalah saga Philippe Coutinho. Barcelona sangat bernafsu mendatangkan The Little Magician ke Camp Nou pada musim panas 2017/2018. Namun tawaran mereka ditolak oleh klub tempat Coutinho bernaung kala itu, Liverpool.

Los Cules yang masih penasaran (dan ingin segera menemukan pengganti Andres Iniesta yang semakin termakan usia) mencoba masuk di bursa transfer musim panas. Desperate-nya Barcelona terlihat dari tawaran baru yang diajukan ke Liverpool, yaitu 120 juta euro.

Melihat gepokan uang yang begitu banyak, Liverpool pun luluh. Coutinho juga sepertinya sudah sangat kebelet main di Barcelona dengan tidak memberikan 100% kemampuannya bagi Liverpool. Bahkan sampai ada tudingan Coutinho memalsukan cedera agar tidak bermain.

Pada 6 Januari 2018, Liverpool mengumumkan telah mencapai kesepakatan dengan Barcelona perihal transfer Coutinho. Kepindahannya ke Barcelona membuat Coutinho mendapat label sebagai permain termahal ketiga di dunia, hanya kalah dari Neymar dan Kylian Mbappe.

Bagaimana hasilnya? Masih mixed bag. Pada setengah musim pertama di Barcelona, Coutinho bermain 22 kali dan membukukan 10 gol. Namun sampai paruh musim 2018/2019, kontribusinya menurun yaitu 5 gol dalam 22 pertandingan.

Beberapa pihak sudah melontarkan kekecewaan terhadap Countinho. Richard Martin, kolumnis olahraga yang berdomisili di Spanyol, menilai penampilan Coutinho masih jauh dari harapan.

“Barcelona memecahkan rekor transfer untuk mendatangkan Coutinho. Memang baru setahun sejak dia datang, tetapi Coutinho terlihat kepayahan. Sementara klub yang ditinggalkannya (Liverpool) justru semakin membaik,” tegas Martin, mengutip Reuters.

So, apakah bursa transfer musim dingin kali ini akan kembali diwarnai dengan angka-angka fantastis? Apakah akan muncul Coutinho baru dan menjadi legenda bursa transfer musim dingin?

Sepertinya sulit, karena klub-klub besar Eropa sudah menemukan komposisi skuat terbaiknya. Pemain baru yang datang mungkin hanya berfungsi untuk menjaga kedalaman tim mengingat padatnya jadwal kompetisi. Jadi kalau hanya dijadikan pelapis, untuk apa dibayar semahal Coutinho?


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular