Realisasi APBN 2018: Lifting Migas Meleset, Subsidi BBM Jebol
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
02 January 2019 17:30

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Keuangan merilis realisasi APBN 2018. Sampai dengan akhir tahun, lifting minyak dan gas bumi (migas) tercatat belum mampu memenuhi target dari APBN. Sementara, untuk pos belanja terjadi peningkatan, terutama untuk pos subsidi energi yang jebol dari kuota yang ditargetkan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjabarkan untuk total subsidi, baik subsidi energi maupun non energi, mencapai Rp 216,8 triliun atau 138% lebih tinggi ketimbang kuota APBN yang hanya Rp 156,2 triliun. "Subsidi lebih tinggi dari yang dianggarkan karena ada perubahan policy subsidi energi terutama BBM," ujar Sri dalam konferensi pers yang digelar di kantornya, Rabu, (2/1/2018).
Realisasi subsidi energi 2018 menyentuh Rp 153,5 triliun, melonjak 162% dari alokasi APBN 2018 yang semula ditetapkan hanya Rp 94,5 triliun. Adapun rincian subsidi energi adalah sebagai berikut:
- Subsidi BBM dan LPG Rp 97 triliun, capai 207% dibanding alokasi APBN yang Rp 46,9 triliun
- Subsidi Listrik Rp 56,5 triliun, capai 118% dari alokasi APBN 2018 yang Rp 47,7 triliun.
Lifting Migas
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan, estimasi capaian lifting minyak di 2018 hanya sebesar 776 ribu barel per hari dari target APBN yang sebesar 800 ribu barel per hari, sedangkan realisasi lifting gas sebesar 1.136 BOEPD dari target APBN yang sebesar 1.200 BOEPD.
Angka ini berbeda dari yang disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Dwi Sutjipto. Ia menuturkan, capaian lifting minyak sepanjang 2018 hanya sekitar 772 ribu barel per hari. Sedangkan untuk lifting gas, Dwi mengaku tidak ingat persis angkanya.
Dwi mengakui memang di 2018 ini capaian lifting migas belum mencapai target. Berdasarkan kajian SKK Migas, tidak tercapainya target ini disebabkan adanya penurunan produksi migas dari lapangan-lapangan milik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar di Indonesia.
"(Lifting minyak) sekitar 772 ribu barel per hari kalau tidak salah nanti saya cek. Untuk minyak, ada penurunan produksi dari blok milik Pertamina EP dan juga blok Rokan, sedangkan untuk gas, faktornya penurunan produksi dari blok Mahakam," jelas Dwi.
Adapun, untuk realisasi investasi di sektor hulu migas, saat ini pihaknya tengah melakukan rekapitulasi dan mengumpulkan datanya. Ia mengatakan, dalam waktu dekat akan disampaikan paparannya.
(gus) Next Article Sri Mulyani: Defisit APBN 2018 Terendah Sejak 2012
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjabarkan untuk total subsidi, baik subsidi energi maupun non energi, mencapai Rp 216,8 triliun atau 138% lebih tinggi ketimbang kuota APBN yang hanya Rp 156,2 triliun. "Subsidi lebih tinggi dari yang dianggarkan karena ada perubahan policy subsidi energi terutama BBM," ujar Sri dalam konferensi pers yang digelar di kantornya, Rabu, (2/1/2018).
Realisasi subsidi energi 2018 menyentuh Rp 153,5 triliun, melonjak 162% dari alokasi APBN 2018 yang semula ditetapkan hanya Rp 94,5 triliun. Adapun rincian subsidi energi adalah sebagai berikut:
- Subsidi BBM dan LPG Rp 97 triliun, capai 207% dibanding alokasi APBN yang Rp 46,9 triliun
- Subsidi Listrik Rp 56,5 triliun, capai 118% dari alokasi APBN 2018 yang Rp 47,7 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan, estimasi capaian lifting minyak di 2018 hanya sebesar 776 ribu barel per hari dari target APBN yang sebesar 800 ribu barel per hari, sedangkan realisasi lifting gas sebesar 1.136 BOEPD dari target APBN yang sebesar 1.200 BOEPD.
Angka ini berbeda dari yang disampaikan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Dwi Sutjipto. Ia menuturkan, capaian lifting minyak sepanjang 2018 hanya sekitar 772 ribu barel per hari. Sedangkan untuk lifting gas, Dwi mengaku tidak ingat persis angkanya.
Dwi mengakui memang di 2018 ini capaian lifting migas belum mencapai target. Berdasarkan kajian SKK Migas, tidak tercapainya target ini disebabkan adanya penurunan produksi migas dari lapangan-lapangan milik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar di Indonesia.
"(Lifting minyak) sekitar 772 ribu barel per hari kalau tidak salah nanti saya cek. Untuk minyak, ada penurunan produksi dari blok milik Pertamina EP dan juga blok Rokan, sedangkan untuk gas, faktornya penurunan produksi dari blok Mahakam," jelas Dwi.
Adapun, untuk realisasi investasi di sektor hulu migas, saat ini pihaknya tengah melakukan rekapitulasi dan mengumpulkan datanya. Ia mengatakan, dalam waktu dekat akan disampaikan paparannya.
(gus) Next Article Sri Mulyani: Defisit APBN 2018 Terendah Sejak 2012
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular