Anak Krakatau Siaga, Adakah Potensi Tsunami Lagi?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
27 December 2018 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Status Gunung Anak Krakatau meningkat dari waspada menjadi siaga. Terkait hal itu, Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo menegaskan, perlu meningkatkan kewaspadaan pada potensi longsor di lereng gunung yang dapat menyebabkan tsunami.
Dikatakan, khusus untuk letusan strombolian dari erupsi, tidak akan berdampak langsung terhadap potensi tsunami. Selain itu, aliran magma akibat erupsi mengalir secara perlahan ke bibir pantai juga tidak terlalu dikhawatirkan menyebabkan tsunami.
[Gambas:Video CNBC]
"Magma itu mengalir pelan-pelam masuk menyentuh air. Itu tidak akan menimbulkan tsunami. Itulah mengapa efek langsung dari gunung terhadap tsunami itu tidak ada. Karena magma itu berjalan pelan-pelan ke lereng, dan kemudian ke laut," katanya di Kementerian ESDM, Kamis (27/12/2018).
Hanya saja, menurut Antonius, pada sisi lereng gunung yang curam, ada potensi longsor yang dapat menyebabkan tsunami. Hal ini yang sulit diprediksi titik mana saja dan kapan kemungkinan terjadinya.
Menurutnya, longsor sangat mudah dipahami sebagai ilmu pengetahuan, namun sulit diprediksi dalam keadaan riil. Karena itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG untuk memantau potensi tsunami ke depan.
"Menurut UU yang harus memberi early warning itu adalah BMKG. Situasinya adalah kita mau mendeteksi longsor dengan jungkir balik, jangan-jangan longsor di sini, gak tahunya yang longsor sebelahnya. Berarti cara yang paling akurat itu adalah mendeteksi efek dari longsor itu sedini mungkin," urainya.
Yang dimaksud efek dari longsor adalah naiknya gelombang air laut atau bahkan terjadinya tsunami. Atas pertimbangan itu, dia memberikan rekomendasi kepada BMKG untuk memasang alat di lokasi yang radiusnya tidak terlalu jauh dari Anak Krakatau.
"Misal ambil di Pulau Panjang, kan masih jauh jarak ke pantai [Anyer] kan 42 km. Jadi kita deteksi efek dari longsor secepatnya, sedekat-dekatnya," pungkasnya.
(miq/miq) Next Article Status Anak Krakatau Siaga, Aktivitas Penerbangan Masih Aman?
Dikatakan, khusus untuk letusan strombolian dari erupsi, tidak akan berdampak langsung terhadap potensi tsunami. Selain itu, aliran magma akibat erupsi mengalir secara perlahan ke bibir pantai juga tidak terlalu dikhawatirkan menyebabkan tsunami.
[Gambas:Video CNBC]
Hanya saja, menurut Antonius, pada sisi lereng gunung yang curam, ada potensi longsor yang dapat menyebabkan tsunami. Hal ini yang sulit diprediksi titik mana saja dan kapan kemungkinan terjadinya.
![]() |
Menurutnya, longsor sangat mudah dipahami sebagai ilmu pengetahuan, namun sulit diprediksi dalam keadaan riil. Karena itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG untuk memantau potensi tsunami ke depan.
"Menurut UU yang harus memberi early warning itu adalah BMKG. Situasinya adalah kita mau mendeteksi longsor dengan jungkir balik, jangan-jangan longsor di sini, gak tahunya yang longsor sebelahnya. Berarti cara yang paling akurat itu adalah mendeteksi efek dari longsor itu sedini mungkin," urainya.
Yang dimaksud efek dari longsor adalah naiknya gelombang air laut atau bahkan terjadinya tsunami. Atas pertimbangan itu, dia memberikan rekomendasi kepada BMKG untuk memasang alat di lokasi yang radiusnya tidak terlalu jauh dari Anak Krakatau.
"Misal ambil di Pulau Panjang, kan masih jauh jarak ke pantai [Anyer] kan 42 km. Jadi kita deteksi efek dari longsor secepatnya, sedekat-dekatnya," pungkasnya.
![]() |
(miq/miq) Next Article Status Anak Krakatau Siaga, Aktivitas Penerbangan Masih Aman?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular