Benarkah Gunung Anak Krakatau Masuk ke Dalam Fase Mematikan?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
27 December 2018 12:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Erupsi Gunung Anak Krakatau disebut sebagai penyebab longsor bawah laut yang memicu gelombang tsunami yang menewaskan ratusan orang di Lampung dan Banten pada Sabtu (22/12/2018) lalu.
Gunung itu sedang memasuki fase baru dan mematikan, kata seorang ahli vulkanologi asal California, Jess Phoenix. Hal itu didasarkan pada sedereta aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dari masa ke masa. Demikian diberitakan sejumlah media belakangan ini, termasuk BBC.
Namun, Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo, membantah kekhawatiran tersebut. Dalam jumpa pers di Kementerian ESDM, Kamis (27/12/2018), dia membeberkan sejauh mana aktivitas Anak Krakatau.
"Satu hal, Anak Krakatau tidak benar masuk dalam fase yang mematikan. Kalau orang masuk ke dalam Anak Krakatau ya jelas mematikan, tapi kan tidak seperti itu," ungkapnya.
Lebih jauh, Antonius juga berkomentar terkait perbandingan antara kondisi saat ini dengan letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 1883 silam. Dua kejadian ini, menurutnya, memiliki perbedaan yang signifikan.
"Tidak bisa dibandingkan dengan 1883. Perbandingannya lain, skalanya lain dengan yang terjadi sekarang," imbuhnya.
[Gambas:Video CNBC]
Di sisi lain, dia juga menjelaskan penetapan status siaga yang baru saja dilakukan pada hari ini. Hal itu, menurut Antonius, tidak lepas dari letak Anak Krakatau yang berada di tengah laut.
"Anak Krakatau tidak seperti Merapi yang ada orangnya. Kalau ada orangnya, kita butuh waktu evaluasi penduduk yang di sekitar. Kalau kita tetapkan status [tersebut] juga risiko terhadap publik," kata Antonius.
(miq/miq) Next Article ESDM Beberkan Alasan Menaikkan Status Anak Krakatau ke Siaga
Gunung itu sedang memasuki fase baru dan mematikan, kata seorang ahli vulkanologi asal California, Jess Phoenix. Hal itu didasarkan pada sedereta aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dari masa ke masa. Demikian diberitakan sejumlah media belakangan ini, termasuk BBC.
"Satu hal, Anak Krakatau tidak benar masuk dalam fase yang mematikan. Kalau orang masuk ke dalam Anak Krakatau ya jelas mematikan, tapi kan tidak seperti itu," ungkapnya.
![]() |
Lebih jauh, Antonius juga berkomentar terkait perbandingan antara kondisi saat ini dengan letusan dahsyat Gunung Krakatau pada 1883 silam. Dua kejadian ini, menurutnya, memiliki perbedaan yang signifikan.
"Tidak bisa dibandingkan dengan 1883. Perbandingannya lain, skalanya lain dengan yang terjadi sekarang," imbuhnya.
[Gambas:Video CNBC]
Di sisi lain, dia juga menjelaskan penetapan status siaga yang baru saja dilakukan pada hari ini. Hal itu, menurut Antonius, tidak lepas dari letak Anak Krakatau yang berada di tengah laut.
"Anak Krakatau tidak seperti Merapi yang ada orangnya. Kalau ada orangnya, kita butuh waktu evaluasi penduduk yang di sekitar. Kalau kita tetapkan status [tersebut] juga risiko terhadap publik," kata Antonius.
(miq/miq) Next Article ESDM Beberkan Alasan Menaikkan Status Anak Krakatau ke Siaga
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular