ESDM Beberkan Alasan Menaikkan Status Anak Krakatau ke Siaga

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
27 December 2018 10:20
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan alasan menaikkan level aktivitas Gunung Anak Krakatau
Foto: Gumpalan abu naik ketika Anak Krakatau meletus di Indonesia, 23 Desember 2018, dalam gambar ini diperoleh dari media sosial. Susi Air / via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan alasan menaikkan level aktivitas Gunung Anak Krakatau dari waspada menjadi siaga.

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengatakan penaikan level itu dialkukan setelah Badan Geologi melakukan analisis selama satu hingga dua hari belakangan.



"Hingga 26 Desember kemarin sore, maka aktivitas anak Krakatau ditingkatkan dari waspada ke siaga terhitung mulai pagi ini, 27 Desember 2018, pukul 06.00. Pemantauan secara intensif tetap dilakukan. Apabila ada perubahan sewaktu pola aktivitas akan ditinjau ulang," kata Antonius di kantor Kementerian ESDM.

Menurut dia, karena ada kenaikan status, masyarakat tidak diperbolehkan mendekati area sampai radius 5 KM. Secara riil di lapangan, dibatasi sebanyak tiga pulau. "Masyarakat agar menyiapkan masker karena ada abu. Terkait informasi yang belum tepat diharapkan konfirmasi kepada pihak-pihak yang bisa dipercaya," ujarnya.
Foto: Kementerian ESDM mengadakan konferensi pers tentang Perkembangan Terkini Anak Gunung Krakatau. (CNBC Indonesia/Muhammad Choirul Anwar)

Erupsi Gunung Anak Krakatau ini telah menyebabkan terjadinya tsunami di Selat Sunda, Sabtu pekan lalu.

"Sebelumnya foto (citra satelit) 20 Agustus dan 24 Desember 2018, sebagian lereng di barat daya runtuh, inilah yang memicu terjadinya tsunami seluas 64 hektare," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers Rabu kemarin.

Foto: Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberi keterangan pers penanganan bencana Tsunami Selat Sunda di Ruang Lobby Graha BNPB, Jakarta, Selasa (25/12). (CNBC Indonesia/Aya)


Lereng yang runtuh ini kemudian menyebabkan longsor bawah laut, lalu tsunami yang menerjang pantai-pantai yang ada di Selat Sunda. Ia memaparkan panjang landaan tsunami dari Anyer sampai Lampung cukup signifikan, yakni mencapai 312,78 km pantai yang terdampak.

Untuk mengantisipasi adanya tsunami susulan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geologi (BMKG) merekomendasikan masyarakat tidak berkegiatan di 500 meter sampai 1 km dari garis pantai.

(miq/miq) Next Article Benarkah Gunung Anak Krakatau Masuk ke Dalam Fase Mematikan?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular