1.500-an Tanah Longsor Terjadi di Jawa Sepanjang 2020

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 January 2021 19:45
Sejumlah anggota Basarnas, TNI dan Polri melakukan pencarian korban tanah longsor di Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/1/2020). Basarnas memperpanjang masa pencarian selama tiga hari untuk tiga korban banjir bandang dan tanah longsor di kawasan tersebut. Kampung Sinar Harapan Desa Harkat Jaya, menjadi salah satu kampung yang terparah bencana. Banyak bambu-bambu bekas yang tersisa dan mobil pickup dalam kondisi rusak. Sejumlah warga juga lalu lalang membawa barang berharga dari rumahnya ketempat yang lebih aman.  Sedikitnya ada tujuh orang korban jiwa akibat bencana longsor di wilayah lereng bukit tersebut, 3 orang masih dalam pencarian. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Longsor di Sukajaya, Bogor. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sepanjang 2020 terjadi 2.099 peristiwa tanah longsor, di mana 73% dari jumlah tersebut terjadi di Pulau Jawa. Artinya, ada lebih dari 1.500 kejadian tanah longsor di Jawa pada 2020.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan, banyaknya kejadian longsor di Jawa berkaitan dengan kondisi geologi dan morfologi, terutama di area lereng yang terjal.

"Sampai Desember 2020, yang terbanyak terjadi longsor itu di Pulau Jawa, 73% dari 2.099 kejadian dan korban jiwa juga banyak," ungkapnya saat Konferensi Pers Virtual: Capaian Kinerja Badan Geologi 2020 dan Rencana Kerja 2021, Rabu (20/01/2021).

Dia mengatakan, dari 2.099 kejadian tanah longsor tersebut, sebanyak 304 orang meninggal dunia, 7.226 orang mengungsi dan 6.310 rumah rusak. Adapun lokasi dengan rusak parah antara lain di Bogor, Garut, Tasikmalaya (Jawa Barat), Banjarnegara (Jawa Tengah), Lebak (Banten), dan Luwu Utara (Sulawesi Selatan).

Lebih lanjut dia mengatakan, morfologi yang curam dan terjal berpotensi untuk longsor. Sementara untuk sisi non geologi vegetasi atau hutan yang berkurang di awal tidak terjadi longsor, namun akhirnya kejadian longsor karena hutan sudah hilang.

"Mungkin di awal tidak longsor hutan lebat, hutan banyak yang hilang. Perlu penataan ruang yang baik juga," paparnya.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani menyebut faktor penyebab tanah longsor ini juga dikarenakan banyaknya penduduk dan pembangunan yang masif di Pulau Jawa.

"Umumnya, hujan dengan durasi lama ditambah beban pada batuan di situ, sehingga sebabkan longsor," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Ada Indikasi Tanah di Pantura Bakal Ambles..

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular