
Internasional
Gara-gara Tembok Trump, Pemerintah AS Tutup sampai Awal 2019
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 December 2018 13:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Government shutdown atau penutupan sebagian pemerintah Amerika Serikat (AS) telah berlangsung sejak Sabtu dini hari (23/12/2018) lalu. Beberapa sumber bahkan mengatakan penutupan akan berlangsung sampai lewat tahun baru atau setidaknya hingga 3 Januari mendatang.
Penutupan tersebut terjadi setelah Senat pada hari Jumat menunda rapatnya terkait pembentukan Rancangan Undang-Undang (RUU) pendanaan hingga Sabtu. Namun pada hari Sabtu, Senat justru menolak menyetujui RUU pendanaan bagi beberapa lembaga federal AS karena dimasukkannya anggaran dana senilai US$5 miliar yang diminta Presiden Donald Trump untuk membiayai tembok perbatasan AS-Meksiko.
Trump sejak masa kampanyenya telah berkeras ingin membangun tembok perbatasan itu demi dapat menekan jumlah imigran dan obat-obatan terlarang yang masuk ke AS.
Akibat dari penutupan itu beberapa lembaga federal AS akan mengalami penundaan pembayaran gaji dan tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Melansir New York Times, 420.000 pegawai negeri AS tidak akan digaji hingga anggaran turun dan 380.000 pegawai negeri diliburkan hingga pembahasan anggaran disetujui.
Sebelumnya pada hari Rabu pekan lalu, Partai Demokrat telah mendukung legislasi pendanaan jangka pendek bipartisan pemerintah yang disahkan oleh Senat karena tidak memuat pendanaan dinding. Namun pada hari Kamis, Trump justru menolak RUU yang tidak memuat dana untuk tembok perbatasannya.
"Saya sudah sangat jelas. Langkah apapun yang mendanai pemerintahan harus termasuk keamanan perbatasan," katanya dalam sebuah acara Gedung Putih, dilansir dari AFP.
Penutupan ini merupakan shutdown yang ketiga kalinya terjadi tahun ini di bawah pemerintahan Donald Trump.
Rencana Trump yang ditolak oleh Senat pada hari Jumat itu sempat didiskusikan ulang oleh Wakil Presiden Mike Pence dan Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney, serta dengan anggota Demokrat dari Senat Chuck Schumer, pada Sabtu sore, tetapi mereka belum juga mencapai kesepakatan untuk membuka kembali pemerintah.
"Wakil presiden datang untuk berdiskusi dan mengajukan penawaran. Sayangnya, kami masih sangat berjauhan," kata juru bicara Schumer, Sabtu.
Dalam diskusi itu Pence menawarkan untuk menurunkan jumlah pendanaan tembok perbatasan yang sebesar US$5 miliar menjadi hanya US$2.1 miliar, ABC News melaporkan mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Namun lagi-lagi Trump berkeras ingin meminta dana sebanyak US$5 miliar bagi temboknya atau tidak akan menandatangani kesepakatan apapun.
Hingga hari ini, Rabu (26/12/2018) pemerintahan AS masih ditutup. Hal ini tidak hanya berdampak pada ekonomi dalam negeri AS, namun para analis juga menyebut hal ini telah mempengaruhi kinerja saham global.
Melansir Reuters pada hari Selasa (25/12/2018), Trump mengatakan penutupan sebagian pemerintah federal akan berlangsung sampai permintaannya untuk dana pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko terpenuhi.
"Saya tidak bisa memberi tahu Anda kapan pemerintah akan dibuka kembali," kata Trump, berbicara setelah konferensi video Hari Natal dengan pasukan AS yang bertugas di luar negeri.
"Saya bisa memberitahumu (pemerintahan) itu tidak akan dibuka kembali sampai kita memiliki (dana) tembok, pagar, apa pun yang mereka suka menyebutnya. Saya akan menyebutnya apa pun yang mereka inginkan, tetapi semuanya tetap sama. Itu adalah penghalang dari orang-orang yang berdatangan ke negara ini, dari narkoba."
"Jika Anda tidak memiliki (tembok) itu , maka kami tidak akan membuka (pemerintahan)," tegasnya.
Sementara itu dalam sebuah pernyataan bersama pada hari Sabtu, Schumer dan pemimpin Partai Demokrat Nancy Pelosi mengatakan bahwa jika penutupan terus berlanjut minggu ini, mereka akan mengeluarkan undang-undang untuk membuka kembali pemerintah ketika Demokrat mengambil alih kontrol Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 3 Januari 2019.
Bayang-bayang lumpuhnya pemerintahan AS telah merontokkan Wall Street. Hari Senin, Dow Jones Industrial Average amblas 2,91%, S&P 500 minus 2,71%, dan Nasdaq Composite terperosok 5,14%.
Sepanjang pekan lalu, Dow Jones jatuh 6,87%, S&P 500 anjlok 7,05%, dan Nasdaq terjun bebas 8,36%.
Dow Jones mengalami koreksi mingguan terparah sejak Oktober 2008. Sedangkan koreksi S&P 500 menjadi yang terdalam sejak Agustus 2011, dan Nasdaq terburuk sejak November 2008, dikutip dari Newsletter Tim Riset CNBC Indonesia.
Selain government shutdown, sentimen negatif yang membayangi Wall Street di antaranya kritik Trump terhadap bank sentral Federal Reserve dan kekhawatiran perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam itu.
(prm) Next Article Demi Loloskan Dana Tembok Batas, Trump Sebut AS Alami Krisis
Penutupan tersebut terjadi setelah Senat pada hari Jumat menunda rapatnya terkait pembentukan Rancangan Undang-Undang (RUU) pendanaan hingga Sabtu. Namun pada hari Sabtu, Senat justru menolak menyetujui RUU pendanaan bagi beberapa lembaga federal AS karena dimasukkannya anggaran dana senilai US$5 miliar yang diminta Presiden Donald Trump untuk membiayai tembok perbatasan AS-Meksiko.
Akibat dari penutupan itu beberapa lembaga federal AS akan mengalami penundaan pembayaran gaji dan tidak beroperasi sebagaimana mestinya. Melansir New York Times, 420.000 pegawai negeri AS tidak akan digaji hingga anggaran turun dan 380.000 pegawai negeri diliburkan hingga pembahasan anggaran disetujui.
Sebelumnya pada hari Rabu pekan lalu, Partai Demokrat telah mendukung legislasi pendanaan jangka pendek bipartisan pemerintah yang disahkan oleh Senat karena tidak memuat pendanaan dinding. Namun pada hari Kamis, Trump justru menolak RUU yang tidak memuat dana untuk tembok perbatasannya.
"Saya sudah sangat jelas. Langkah apapun yang mendanai pemerintahan harus termasuk keamanan perbatasan," katanya dalam sebuah acara Gedung Putih, dilansir dari AFP.
Penutupan ini merupakan shutdown yang ketiga kalinya terjadi tahun ini di bawah pemerintahan Donald Trump.
![]() |
Rencana Trump yang ditolak oleh Senat pada hari Jumat itu sempat didiskusikan ulang oleh Wakil Presiden Mike Pence dan Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney, serta dengan anggota Demokrat dari Senat Chuck Schumer, pada Sabtu sore, tetapi mereka belum juga mencapai kesepakatan untuk membuka kembali pemerintah.
"Wakil presiden datang untuk berdiskusi dan mengajukan penawaran. Sayangnya, kami masih sangat berjauhan," kata juru bicara Schumer, Sabtu.
Dalam diskusi itu Pence menawarkan untuk menurunkan jumlah pendanaan tembok perbatasan yang sebesar US$5 miliar menjadi hanya US$2.1 miliar, ABC News melaporkan mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya. Namun lagi-lagi Trump berkeras ingin meminta dana sebanyak US$5 miliar bagi temboknya atau tidak akan menandatangani kesepakatan apapun.
Hingga hari ini, Rabu (26/12/2018) pemerintahan AS masih ditutup. Hal ini tidak hanya berdampak pada ekonomi dalam negeri AS, namun para analis juga menyebut hal ini telah mempengaruhi kinerja saham global.
Melansir Reuters pada hari Selasa (25/12/2018), Trump mengatakan penutupan sebagian pemerintah federal akan berlangsung sampai permintaannya untuk dana pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko terpenuhi.
"Saya tidak bisa memberi tahu Anda kapan pemerintah akan dibuka kembali," kata Trump, berbicara setelah konferensi video Hari Natal dengan pasukan AS yang bertugas di luar negeri.
"Saya bisa memberitahumu (pemerintahan) itu tidak akan dibuka kembali sampai kita memiliki (dana) tembok, pagar, apa pun yang mereka suka menyebutnya. Saya akan menyebutnya apa pun yang mereka inginkan, tetapi semuanya tetap sama. Itu adalah penghalang dari orang-orang yang berdatangan ke negara ini, dari narkoba."
"Jika Anda tidak memiliki (tembok) itu , maka kami tidak akan membuka (pemerintahan)," tegasnya.
![]() |
Sementara itu dalam sebuah pernyataan bersama pada hari Sabtu, Schumer dan pemimpin Partai Demokrat Nancy Pelosi mengatakan bahwa jika penutupan terus berlanjut minggu ini, mereka akan mengeluarkan undang-undang untuk membuka kembali pemerintah ketika Demokrat mengambil alih kontrol Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 3 Januari 2019.
Bayang-bayang lumpuhnya pemerintahan AS telah merontokkan Wall Street. Hari Senin, Dow Jones Industrial Average amblas 2,91%, S&P 500 minus 2,71%, dan Nasdaq Composite terperosok 5,14%.
Sepanjang pekan lalu, Dow Jones jatuh 6,87%, S&P 500 anjlok 7,05%, dan Nasdaq terjun bebas 8,36%.
Dow Jones mengalami koreksi mingguan terparah sejak Oktober 2008. Sedangkan koreksi S&P 500 menjadi yang terdalam sejak Agustus 2011, dan Nasdaq terburuk sejak November 2008, dikutip dari Newsletter Tim Riset CNBC Indonesia.
Selain government shutdown, sentimen negatif yang membayangi Wall Street di antaranya kritik Trump terhadap bank sentral Federal Reserve dan kekhawatiran perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam itu.
(prm) Next Article Demi Loloskan Dana Tembok Batas, Trump Sebut AS Alami Krisis
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular