
Naikkan Harga Karet, RI Minta Thailand-Malaysia Tahan Ekspor
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
20 December 2018 20:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mau mendorong dua produsen karet besar lainnya, Thailand dan Malaysia, untuk membatasi ekspor. Dalam rangka menaikkan harga karet dunia yang terus terpuruk.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengatakan pembicaraan ini akan dilakukan pada Pertemuan Tingkat Tinggi (High Level Meeting) dalam kerangka Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartit Rubber Council/ITRC) di akhir bulan ini.
"Memang ITRC sudah lakukan tapi belum ada titik temu, pertemuan untuk sepakat mengurangi ekspor itu tidak ditaati [sebelumnya]. Kita sekarang adakan pertemuan B2B lalu nanti saat High Level Meeting barangkali akan dibahas mengenai kesepakatan kuota ekspor, seperti OPEC," jelas Enggar di kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (20/12/2018).
Enggar menambahkan, Indonesia tidak bisa sendirian melakukan upaya pembatasan ekspor untuk menaikkan harga ini, sehingga butuh bantuan kedua produsen utama tersebut.
Di sisi lain, upaya ini menurutnya sangat penting untuk menaikkan harga karet alam di level petani yang turut terpuruk akibat harga karet internasional yang konsisten rendah dalam tiga tahun terakhir.
Seperti diketahui, Thailand, Indonesia, dan Malaysia melalui kerangka ITRC menguasai sekitar 66% dari produksi karet global 2018 yang diproyeksi mencapai 13,89 juta ton.
Data Asosiasi Negara-Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) mengestimasi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun ini sebesar 4,82 juta ton (Thailand), 3,77 juta ton (Indonesia) dan 600 ribu ton (Malaysia).
Pertemuan ITRC di akhir bulan ini kemungkinan juga akan membahas masuknya Vietnam sebagai negara anggota keempat. Data ANRPC menyebutkan produksi karet alam Vietnam di tahun ini diproyeksi mencapai 1,1 juta ton.
Apabila digabungkan, maka keempat negara ini secara bersama-sama akan memproduksi sekitar 10,29 juta ton atau 74% dari seluruh produksi karet global.
(wed/wed) Next Article Curhat Pengusaha Karet Soal Spekulan dan Jatuhnya Harga
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengatakan pembicaraan ini akan dilakukan pada Pertemuan Tingkat Tinggi (High Level Meeting) dalam kerangka Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartit Rubber Council/ITRC) di akhir bulan ini.
"Memang ITRC sudah lakukan tapi belum ada titik temu, pertemuan untuk sepakat mengurangi ekspor itu tidak ditaati [sebelumnya]. Kita sekarang adakan pertemuan B2B lalu nanti saat High Level Meeting barangkali akan dibahas mengenai kesepakatan kuota ekspor, seperti OPEC," jelas Enggar di kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (20/12/2018).
Enggar menambahkan, Indonesia tidak bisa sendirian melakukan upaya pembatasan ekspor untuk menaikkan harga ini, sehingga butuh bantuan kedua produsen utama tersebut.
Di sisi lain, upaya ini menurutnya sangat penting untuk menaikkan harga karet alam di level petani yang turut terpuruk akibat harga karet internasional yang konsisten rendah dalam tiga tahun terakhir.
Seperti diketahui, Thailand, Indonesia, dan Malaysia melalui kerangka ITRC menguasai sekitar 66% dari produksi karet global 2018 yang diproyeksi mencapai 13,89 juta ton.
Data Asosiasi Negara-Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) mengestimasi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun ini sebesar 4,82 juta ton (Thailand), 3,77 juta ton (Indonesia) dan 600 ribu ton (Malaysia).
Pertemuan ITRC di akhir bulan ini kemungkinan juga akan membahas masuknya Vietnam sebagai negara anggota keempat. Data ANRPC menyebutkan produksi karet alam Vietnam di tahun ini diproyeksi mencapai 1,1 juta ton.
Apabila digabungkan, maka keempat negara ini secara bersama-sama akan memproduksi sekitar 10,29 juta ton atau 74% dari seluruh produksi karet global.
(wed/wed) Next Article Curhat Pengusaha Karet Soal Spekulan dan Jatuhnya Harga
Most Popular