Tak Untung, UNSP Bakal Sulap Lahan Karet Jadi Kebun Tebu

Monica Wareza, CNBC Indonesia
30 November 2018 19:29
Pasalnya, tanaman karet di wilayah tersebut dinilai sudah tak produktif karena berumur tua.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) akan menyulap salah satu lahan perkebunan karetnya yang berlokasi di Lampung menjadi perkebunan tebu, dimulai tahun depan. Pasalnya, tanaman karet di wilayah tersebut dinilai sudah tak produktif karena berumur tua.

Direktur Bakrie Sumatera Plantations Andi W. Setianto mengatakan tanaman berumur tua di Lampung dan Bengkulu menjadi salah satu penyebab turunnya produksi karetnya hingga 5% di akhir September lalu secara year on year.

"Jadi kita rencakan untuk replanting saja dengan tanaman tebu karena menghasilkannya lebih cepat dan tidak perlu biaya besar. Nanti akan ada kerja sama dengan perusahaan gula, jadi perusahaan kami hanya menyediakan lahan saja," kata Andi di Bakrie Tower, Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Dalam bentuk kerja sama operasional (joint operation/JO), mulai kuartal pertama 2019 nanti perusahaan akan membabat hutan karetnya yang seluas 3.352 hektar menjadi ladang tebu secara bertahap.

Perusahaan memutuskan untuk menanam karet lantaran untuk menjadi tanaman siap panen membutuhkan waktu minimal lima tahun. Waktu ini dinilai terlalu lama dan cukup membebani keuangan perusahaan karena lahan menjadi tak menghasilkan dalam waktu panjang.

Sementara untuk lahan karet lainnya di Bengkulu yang seluas 2.610 hektar direncanakan akan dimanfaatkan untuk memperluas tanaman sawitnya yang saat ini memiliki lahan tanam seluas 44.460 hektar.

Pertimbangannya, meski saat ini kondisi harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih dalam tren penurunan dan kelebihan pasokan, pada 2021 mendatang perusahaan memprediksi kondisi pasokan dan harga akan kembali membaik.

"Makanya kita pertimbangkan untuk memperluas lahan sawit saja," imbuh dia.

Sementara itu, perusahaan masih akan mempertahankan lahan karet seluas 10.699 hektar di Sumatera Utara karena tanamannya masih memiliki tingkat produktivitas yang tinggi.

Sementara itu, sepanjang tahun ini perusahaan menargetkan volume produksi CPO sebanyak 550 ribu ton. Sementara hingga akhir kuartal ketiga lalu total produksi minyak sawit ini sudah mencapai 466.453 ton.

Di tahun depan, perusahaan memasang target konservatif dengan peningkatan target produksi mencapai 10% saja menjadi 600 ribu ton/tahun.

Pada 2019 nanti perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 140 miliar. Penggunaannya untuk melakukan replanting tanaman sawit, perbaikan pabrik dan perbaikan infrastruktur jalan kebun.
(hps) Next Article Gilaran UNSP Konversi Utang Rp 6,49 T Jadi Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular