Spekulan Diduga Permainkan Harga Karet Global!

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
14 December 2018 14:01
Harga karet tengah anjlok di pasar internasional.
Foto: Ilustrasi perkebunan karet di Nsuaem, Ghana. REUTERS / Zohra Bensemra
Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga negara anggota Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) yakni Indonesia, Thailand dan Malaysia menggelar pertemuan di Putrajaya, Malaysia, pada 12-13 Desember 2018.

Ketiga negara membahas harga karet alam yang terus anjlok di pasar internasional secara berkepanjangan dan tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Pertemuan tersebut juga berusaha menganalisa situasi pasar karet global saat ini serta fundamental pasarnya, yakni suplai dan permintaan karet.

"Ketiga negara menyatakan kekhawatirannya bahwa pasar karet dunia telah dipengaruhi persepsi yang didasarkan pada data yang tidak akurat. Padahal, neraca suplai dan permintaan karet alam saat ini masih menunjukkan keseimbangan yang sehat," tulis siaran pers resmi ITRC, Kamis (13/12/2018).

Menurut ITRC, harga karet di berbagai pasar komoditas saat ini tidak mencerminkan fundamental pasar yang ada.


Harga rendah di bawah biaya produksi yang terus-menerus terjadi secara langsung telah berdampak buruk bagi pendapatan dan kesejahteraan jutaan petani karet dari seluruh negara produsen.

Sebagai upaya cepat tanggap untuk memperbaiki situasi pasar karet global yang dapat menguntungkan petani, pejabat dari ketiga negara anggota akan bertemu di akhir bulan ini untuk menetapkan langkah-langkah perdagangan (measures) yang akan diimplementasikan di awal 2019.


Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Moenardji Soedargo, mengungkapkan hal yang sama bahwa telah terjadi gambaran fundamental suplai dan permintaan karet global yang tidak sesuai kondisi riil dan akhirnya didominasi spekulan.

"Seringkali terjadi ketidakakuratan dalam hal ini yang akhirnya menciptakan kesan seolah-olah suplai karet di tingkat global berlebihan [oversupply]," kata Moenardji kepada CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.

Selain itu, tata cara perdagangan (trading syle) komoditas karet di tingkat internasional menurut Moenardji seringkali cenderung tidak mencerminkan harga yang sebenarnya.

"Ini debatable dan tidak selalu masuk akal dan akhirnya menciptakan faktor terakhir, yakni spekulan. Harga menjadi tertekan," cetusnya.

Data Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) mengestimasi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun ini sebesar 4,819 juta ton (Thailand), 3,774 juta ton (Indonesia) dan 600 ribu ton (Malaysia).


Secara bersama-sama, ketiga negara menguasai sekitar 66% dari produksi karet global 2018 yang diproyeksi mencapai 13,895 juta ton.

Pertemuan ITRC di akhir bulan ini kemungkinan juga akan membahas masuknya Vietnam sebagai negara anggota keempat. Data ANRPC menyebutkan produksi karet alam Vietnam di tahun ini diproyeksi mencapai 1,1 juta ton.

Apabila digabungkan, maka keempat negara ini secara bersama-sama akan memproduksi sekitar 10,293 juta ton atau 74% dari seluruh produksi karet global.

"Dengan bergabungnya Vietnam, keempat produsen utama ini dapat lebih berperan aktif dalam mengendalikan suplai dan akhirnya mengontrol harga karet di pasar internasional agar lebih stabil," kata Moenardji.


(ray/ray) Next Article Curhat Pengusaha Karet Soal Spekulan dan Jatuhnya Harga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular