
Kadin: IE-CEPA Bisa Genjot Daya Saing RI
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
16 December 2018 20:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Penandatanganan perjanjian Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) disambut positif Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia. Hal ini dinilai akan menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dalam menggenjot daya saing.
Apalagi, negara-negara EFTA memiliki standar yang tinggi.
Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional, mengaku sebagai perwakilan pelaku usaha pihaknya sangat mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan daya saing nasional melalui IE-CEPA ini.
"Negara anggota EFTA memiliki potensi yang luar biasa sebagai sumber investasi utama khususnya dalam hal teknologi tinggi dan kesehatan. Kadin sangat berharap pemerintah bisa meneruskan momentum yang sangat baik ini dengan segera juga menyelesaikan proses perundingan IEU-CEPA", ujarnya sebagaimana dikutip dari siaran pers, Minggu (16/12/2018).
Dalam proses perundingan yang sudah berlangsung sejak 2011, Kadin Indonesia dilibatkan dalam perumusan posisi runding. Dia menyebut, hasilnya cukup menggembirakan di mana hampir 100 % komoditas ekspor Indonesia ke negara-negara EFTA mendapatkan perlakukan preferensi.
Selain perdagangan barang, IE-CEPA juga memasukkan 11 isu komprehensif lain. Skema kerja sama komprehensif ini juga termasuk di dalamnya Deklarasi Bersama untuk pengembangan kapasitas dan kerja sama di sektor promosi ekspor, pariwisata, UMKM, HKI, kakao dan kelapa sawit, pendidikan vokasional, industri maritim, dan perikanan.
Hal ini, menurutnya penting bagi pelaku usaha Indonesia untuk mengembangkan industri manufaktur. Pasalnya, masih ada kesenjangan SDM antara tenaga ahli yang dibutuhkan industri dengan ketersediaannya.
"Selain itu, Norwegia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 240 ribu pulau memiliki keahlian yang bisa dibagi dengan kita dalam mengelola sumber daya maritimnya," urai Shinta .
Sejauh ini, berdasarkan data BKPM, sampai dengan September 2018, negara-negara EFTA secara agregat merupakan investor terbesar ke-14 bagi Indonesia dengan nilai sekitar US$212 juta dengan 215 proyek investasi.
Potensi sektor investasinya antara lain keuangan dan perbankan (Liechtenstein dan Swiss); telekomunikasi (Norwegia); farmasi, kimia dan plastik (Islandia dan Swiss); ekstraksi pertambangan dan migas (Norwegia); energi panas bumi (Islandia) serta manufaktur dan jasa logistik (Swiss dan Norwegia).
Nantinya, produk-produk unggulan Indonesia akan mendapatkan perlakuan khusus seperti untuk komoditas kelapa sawit, ikan, emas, kopi, alas kaki, mainan, tekstil, peralatan listrik dan ban.
Indonesia juga akan diuntungkan dengan eliminasi bea masuk untuk impor barang modal, bahan baku, dan penolong sehingga biaya produksi dapat ditekan dan pada gilirannya daya saing produk Indonesia pun bisa naik.
"Ke depannya kami berharap, penyelesaian IE CEPA dapat menjadi pintu masuk komoditas Indonesia di pasar Eropa yang memiliki standar tinggi sehingga dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia secara keseluruhan," pungkasnya.
(prm) Next Article IE-CEPA Diteken, Mendag: Kita Punya Potensi Investasi Besar
Apalagi, negara-negara EFTA memiliki standar yang tinggi.
Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional, mengaku sebagai perwakilan pelaku usaha pihaknya sangat mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan daya saing nasional melalui IE-CEPA ini.
Dalam proses perundingan yang sudah berlangsung sejak 2011, Kadin Indonesia dilibatkan dalam perumusan posisi runding. Dia menyebut, hasilnya cukup menggembirakan di mana hampir 100 % komoditas ekspor Indonesia ke negara-negara EFTA mendapatkan perlakukan preferensi.
Selain perdagangan barang, IE-CEPA juga memasukkan 11 isu komprehensif lain. Skema kerja sama komprehensif ini juga termasuk di dalamnya Deklarasi Bersama untuk pengembangan kapasitas dan kerja sama di sektor promosi ekspor, pariwisata, UMKM, HKI, kakao dan kelapa sawit, pendidikan vokasional, industri maritim, dan perikanan.
![]() |
Hal ini, menurutnya penting bagi pelaku usaha Indonesia untuk mengembangkan industri manufaktur. Pasalnya, masih ada kesenjangan SDM antara tenaga ahli yang dibutuhkan industri dengan ketersediaannya.
"Selain itu, Norwegia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 240 ribu pulau memiliki keahlian yang bisa dibagi dengan kita dalam mengelola sumber daya maritimnya," urai Shinta .
Sejauh ini, berdasarkan data BKPM, sampai dengan September 2018, negara-negara EFTA secara agregat merupakan investor terbesar ke-14 bagi Indonesia dengan nilai sekitar US$212 juta dengan 215 proyek investasi.
![]() |
Potensi sektor investasinya antara lain keuangan dan perbankan (Liechtenstein dan Swiss); telekomunikasi (Norwegia); farmasi, kimia dan plastik (Islandia dan Swiss); ekstraksi pertambangan dan migas (Norwegia); energi panas bumi (Islandia) serta manufaktur dan jasa logistik (Swiss dan Norwegia).
Nantinya, produk-produk unggulan Indonesia akan mendapatkan perlakuan khusus seperti untuk komoditas kelapa sawit, ikan, emas, kopi, alas kaki, mainan, tekstil, peralatan listrik dan ban.
Indonesia juga akan diuntungkan dengan eliminasi bea masuk untuk impor barang modal, bahan baku, dan penolong sehingga biaya produksi dapat ditekan dan pada gilirannya daya saing produk Indonesia pun bisa naik.
"Ke depannya kami berharap, penyelesaian IE CEPA dapat menjadi pintu masuk komoditas Indonesia di pasar Eropa yang memiliki standar tinggi sehingga dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia secara keseluruhan," pungkasnya.
(prm) Next Article IE-CEPA Diteken, Mendag: Kita Punya Potensi Investasi Besar
Most Popular