
Pertamina Janji Bisa Salurkan 1 Juta KL FAME di 2019
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
05 December 2018 16:27

Jakarta, CNBC Indonesia- Komisi VI DPR RI hari ini menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT Pertamina (Persero) serta asosiasi biofuel untuk bahas kebijakan B20.
Deputi Bidang Usaha Infrastruktur, Industri Strategis, dan Media Fajar Harry Sampurno memaparkan sebenarnya pencampuran B20 ke diesel sudah dilaksanakan sejak 2010, yakni dengan hadirnya biosolar. Saat itu, jaringan pasokan dibangun.
Per 1 September 2018, kebijakan B20 kemudian dibuat serentak. Pemerintah pun menunjuk 11 badan usaha BBM untuk menyalurkan B20 dan juga diatur untuk penggunanya seperti PLN, KAI, dengan perkiraan kebutuhan mencapai jutaan Kilo Liter (KL).
"PLN 2,5 juta KL, KAI sekitar 280 ribu KL, dan holding BUMN tambang 357 ribu KL," kata Fajar, Rabu (5/12/2018).
Namun berjalannya kebijakan ini tak serta merta tanpa hambatan. "Terdapat beberapa kendala dalam implementasi B20, BUMN sedang mendorong," katanya.
Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo menambahkan untuk B20 memang ada hambatan pasokan FAME ke Pertamina sehingga realisasi penyaluran September-November masih di bawah alokasi yang ditetapkan pemerintah. FAME sendiri adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk mencampur biodiesel.
Salah satu hambatannya adalah titik wilayah yang tersebar dan akses masuk yang sulit. Belum lagi soal peta pasokan yang kompleks. Perlu solusi untuk menyalurkan FAME lebih efisien, praktis, dan bisa cepat disalurkan ke konsumen.
Pertamina sendiri mengusulkan clustering terminal BBM menjadi 25 terminal BBM. Dari 25 ini nanti dikelompokkan akan memasok ke siapa saja di wilayah terdekat. "Tahun 2012-2018 ada 69 titik supply dan 2019 direncanakan jadi 25 titik. Dengan clustering lebih simple, kami janji pada pemerintah tanggal 1 Januari 2019 bahwa FAME yang disalurkan bisa 1 juta KL setiap tahunnya," ujar Gandhi.
Ia memberi simulasi contoh distribusi pasokannya, misal untuk Aceh dan sekitarnya dipasok dari Tanjung Uban. Lalu ada juga terminal blending di Kalimantan untuk dikirim ke terminal BBM di Tarakan, Makasar, Bau-Bau.
(gus) Next Article Tuban Gagal, Floating Storage B20 Balikpapan Jalan Terus
Deputi Bidang Usaha Infrastruktur, Industri Strategis, dan Media Fajar Harry Sampurno memaparkan sebenarnya pencampuran B20 ke diesel sudah dilaksanakan sejak 2010, yakni dengan hadirnya biosolar. Saat itu, jaringan pasokan dibangun.
"PLN 2,5 juta KL, KAI sekitar 280 ribu KL, dan holding BUMN tambang 357 ribu KL," kata Fajar, Rabu (5/12/2018).
Namun berjalannya kebijakan ini tak serta merta tanpa hambatan. "Terdapat beberapa kendala dalam implementasi B20, BUMN sedang mendorong," katanya.
Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur Pertamina Gandhi Sriwidodo menambahkan untuk B20 memang ada hambatan pasokan FAME ke Pertamina sehingga realisasi penyaluran September-November masih di bawah alokasi yang ditetapkan pemerintah. FAME sendiri adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk mencampur biodiesel.
Salah satu hambatannya adalah titik wilayah yang tersebar dan akses masuk yang sulit. Belum lagi soal peta pasokan yang kompleks. Perlu solusi untuk menyalurkan FAME lebih efisien, praktis, dan bisa cepat disalurkan ke konsumen.
Pertamina sendiri mengusulkan clustering terminal BBM menjadi 25 terminal BBM. Dari 25 ini nanti dikelompokkan akan memasok ke siapa saja di wilayah terdekat. "Tahun 2012-2018 ada 69 titik supply dan 2019 direncanakan jadi 25 titik. Dengan clustering lebih simple, kami janji pada pemerintah tanggal 1 Januari 2019 bahwa FAME yang disalurkan bisa 1 juta KL setiap tahunnya," ujar Gandhi.
Ia memberi simulasi contoh distribusi pasokannya, misal untuk Aceh dan sekitarnya dipasok dari Tanjung Uban. Lalu ada juga terminal blending di Kalimantan untuk dikirim ke terminal BBM di Tarakan, Makasar, Bau-Bau.
(gus) Next Article Tuban Gagal, Floating Storage B20 Balikpapan Jalan Terus
Most Popular