Harga CPO Terus Anjlok, Nasib 5,99 Juta Pekerja Terancam

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
24 November 2018 19:48
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah tenaga kerja dan petani yang bekerja dalam perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 5,99 juta pada 2017.
Foto: Antara Foto/Akbar Tado/via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai ada risiko lay-off atau pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menghantui industri kelapa sawit RI saat ini. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar internasional sepanjang tahun ini.

Ketua bidang Ketenagakerjaan Gapki, Sumarjono Saragih mengungkapkan fakta yang terjadi di lapangan di sentra-sentra produksi sawit saat ini, di mana pekerjaan panen dan perawatan kebun sawit sudah berkurang, bahkan ada yang berhenti.

"Stok CPO penuh di tangki-tangki CPO karena tidak ada pembeli dan ditolak di pasar global," kata Sumarjono kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/11/2018).

Produksi yang meningkat menjelang akhir tahun, permintaan pasar ekspor yang diramal akan tetap lesu, serta belum optimalnya penerapan mandatori B20 untuk menggenjot konsumsi domestik menjadi beberapa sentimen negatif dari dalam negeri yang menyebabkan harga CPO di pasar internasional terpuruk.

Tidak itu saja, beberapa faktor eksternal juga ikut mempengaruhi kejatuhan harga CPO sepanjang tahun ini, mulai dari kenaikan bea masuk di India, kampanye hitam terhadap biofuel berbasis sawit di Uni Eropa, perang dagang AS-China yang menekan harga minyak kedelai, serta kejatuhan harga minyak mentah dunia.

Patut dicatat, harga CPO kontrak acuan di Bursa Derivatif Malaysia sudah amblas nyaris 20% sepanjang tahun ini (year to date). Sempat menembus level MYR 2.600/ton pada awal Januari 2018, harga CPO kini harus susah payah bertahan di atas level MYR 2.000/ton. 

Pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (21/11/2018) lalu, harga CPO bahkan sempat tergelincir ke  MYR 1.960/ton, pertama kalinya sejak awal September 2015. 

Sumarjono menjelaskan, jatuhnya harga CPO secara berkelanjutan ini paling memukul tenaga kerja di sektor hulu, terutama petani di perkebunan sawit rakyat yang tidak bermitra dengan perusahaan sawit manapun.

Dia mencontohkan, harga beli tandan buah segar (TBS) di pengepul di Indragiri Hulu, Riau selama sebulan terakhir sudah jatuh ke level Rp 880/kg, bahkan ada yang menyentuh Rp 600/kg. Banyak petani hanya bisa menjual ke pengepul karena Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih kesulitan menyerap TBS baru.

"Padahal, biaya untuk menghasilkan 1 kg TBS kurang lebih Rp 800-1.000. Jadi supaya petani dapat income, harusnya di atas itu," ujarnya.

Harga yang rendah jelas akan memukul pendapatan ekspor CPO Indonesia. Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor CPO menyumbang 10,87% dari ekspor non-migas RI pada periode Januari-Agustus 2018.

Saat harganya anjlok dan permintaan pun lesu, tak pelak nilai ekspor CPO pun jatuh 12,21% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada periode Januari-Agustus 2018, mengutip data BPS. Nilai nominal penurunannya mencapai Rp 22,87 triliun.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah tenaga kerja dan petani yang bekerja dalam perkebunan kelapa sawit Indonesia diperkirakan mencapai 5,99 juta pada 2017. Jumlah itu meningkat sekitar 200.000 orang dari tahun 2016 yang sebesar 5,79 juta orang.

Adapun sektor yang paling terdampak (selain sektor kelapa sawit) ditempati oleh industri pupuk, industri pestisida, serta jasa penunjang kehutanan dan pertanian.


(roy/roy) Next Article Harga Tender CPO Domestik Terjun Bebas

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular