
AS Ikut Merapat untuk Investigasi Kecelakaan Lion Air
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
02 November 2018 18:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga hari ke-5, Jumat (2/11/2018), KNKT masih berupaya mengungkap misteri jatuhnya Lion Air JT-610. Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko, mengungkapkan perkembangan proses investigasi dalam konferensi pers di kantornya.
Dia memastikan bahwa Crash Surviveable Memory Unit (CSMU) yang ditemukan pada hari Kamis, 1 November 2018 adalah bagian Flight Data Recorder (FDR) pesawat PK-LQP. Saat ini, pihaknya tengah melakukan proses pembersihan dan recovery CSMU tersebut di laboratorium recorder KNKT, Jakarta.
Sejalan dengan itu, tim KNKT yang berada di Kapal Baruna Jaya I mendapat tambahan tenaga berupa 2 investigator KNKT, dan 2 investigator dari Amerika Serikat melalui National Transportation Safety Board (NTSB). NTSB merapat pada jam 10.00 WIB untuk membantu pencarian CVR (Cockpit Voice Recorder).
"Tim KNKT yang berada di Kapal Baruna Jaya I juga mendapat tambahan peralatan 1 buah ping locator dukungan dari Amerika Serikat NTSB. Sehingga saat ini, tim KNKT di Kapal Baruna Jaya I diperkuat dengan total 4 ping locator," tambahnya.
Selanjutnya, KNKT telah melakukan interview kepada crew (Flight crew dan Cabin crew) pesawat Lion Air JT-043 rute Denpasar-Jakarta yang terbang sehari sebelum kejadian. Dalam hal ini, dia menegaskan, KNKT melakukan daya upaya untuk mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya.
"Salah satunya interview, sebetulnya lebih pada safety interview. Kita diskusi, bicara sistem seperti apa. Isinya dengan sangat menyesal saya harus sampaikan bahwa ini masih rahasia," imbuhnya.
Terkait dengan pencarian sisa bagian black box, dikatakan bahwa FDR dan CVR bagai pinang dibelah dua. Artinya, sejauh-jauhnya terpisah di pesawat tetap diyakini lokasi keduanya masih relatif dekat. "Hanya karena mungkin benturan besar baru ketemu satu saja," ungkapnya.
Senior Investigator KNKT Ony Soerjo Wibowo menambahkan bahwa modus kecelakaan belum dapat dipastikan. Terkait spekulasi pesawat meledak sebelum jatuh, dia hanya memberi sinyal.
"Belum tahu apakah meledak di udara atau hancur di laut. Tapi dari tanda - tanda yang didapat, seharusnya sebarannya sangat luas jika meledak di udara. Namun yang kita dapatkan saat ini adalah sebaran di area sempit. Kesimpulan apa? Kita belum berani menyimpulkan. Masih membaca tanda tanda," tandasnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan tahapan yang dilakukan usai black box ditemukan. Saat ini, pihaknya melakukan recovery black box karena baru saja tenggelam di laut.
"Kita harus membuatnya bersih dulu agar bisa didownload. Tadi pagi sudah pembersihan, sekarang pengeringan. Seharusnya butuh 2 kali 24 jam. Hanya harapannya lebih cepat. Kalau sudah kering nanti kita lakukan pengunduhan data. Prosesnya mudah-mudahan tidak lebih dari dua jam, seperti copy paste ke flashdisk," bebernya.
(ray) Next Article Terbang ke Makassar, Wanita Ini Melahirkan di Atas Pesawat
Dia memastikan bahwa Crash Surviveable Memory Unit (CSMU) yang ditemukan pada hari Kamis, 1 November 2018 adalah bagian Flight Data Recorder (FDR) pesawat PK-LQP. Saat ini, pihaknya tengah melakukan proses pembersihan dan recovery CSMU tersebut di laboratorium recorder KNKT, Jakarta.
Sejalan dengan itu, tim KNKT yang berada di Kapal Baruna Jaya I mendapat tambahan tenaga berupa 2 investigator KNKT, dan 2 investigator dari Amerika Serikat melalui National Transportation Safety Board (NTSB). NTSB merapat pada jam 10.00 WIB untuk membantu pencarian CVR (Cockpit Voice Recorder).
Selanjutnya, KNKT telah melakukan interview kepada crew (Flight crew dan Cabin crew) pesawat Lion Air JT-043 rute Denpasar-Jakarta yang terbang sehari sebelum kejadian. Dalam hal ini, dia menegaskan, KNKT melakukan daya upaya untuk mengumpulkan informasi sebanyak banyaknya.
"Salah satunya interview, sebetulnya lebih pada safety interview. Kita diskusi, bicara sistem seperti apa. Isinya dengan sangat menyesal saya harus sampaikan bahwa ini masih rahasia," imbuhnya.
Terkait dengan pencarian sisa bagian black box, dikatakan bahwa FDR dan CVR bagai pinang dibelah dua. Artinya, sejauh-jauhnya terpisah di pesawat tetap diyakini lokasi keduanya masih relatif dekat. "Hanya karena mungkin benturan besar baru ketemu satu saja," ungkapnya.
Senior Investigator KNKT Ony Soerjo Wibowo menambahkan bahwa modus kecelakaan belum dapat dipastikan. Terkait spekulasi pesawat meledak sebelum jatuh, dia hanya memberi sinyal.
"Belum tahu apakah meledak di udara atau hancur di laut. Tapi dari tanda - tanda yang didapat, seharusnya sebarannya sangat luas jika meledak di udara. Namun yang kita dapatkan saat ini adalah sebaran di area sempit. Kesimpulan apa? Kita belum berani menyimpulkan. Masih membaca tanda tanda," tandasnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan tahapan yang dilakukan usai black box ditemukan. Saat ini, pihaknya melakukan recovery black box karena baru saja tenggelam di laut.
"Kita harus membuatnya bersih dulu agar bisa didownload. Tadi pagi sudah pembersihan, sekarang pengeringan. Seharusnya butuh 2 kali 24 jam. Hanya harapannya lebih cepat. Kalau sudah kering nanti kita lakukan pengunduhan data. Prosesnya mudah-mudahan tidak lebih dari dua jam, seperti copy paste ke flashdisk," bebernya.
(ray) Next Article Terbang ke Makassar, Wanita Ini Melahirkan di Atas Pesawat
Most Popular