
Menteri Rini Konversi 2 Kilang Tua BBM untuk Program B100
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
09 October 2018 12:45

Nusa Dua, CNBC Indonesia- Mandatori biodiesel 20% atau B20 baru jalan satu bulan lebih dan masih uji coba, tapi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mau lari langsung ke B100 dalam waktu dekat.
Keinginannya ini tidak main-main, ia bahkan mengungkap sedang mempertimbangkan untuk menyulap dua kilang tua RI yang selama ini dipakai produksi bahan bakar minyak (BBM) untuk produksi B100.
"Kami sudah memikirkan untuk perbaiki refinary untuk lebih modern, setelah mengetahui bisa dikonversi jadi B100. Kalau memungkinkan dikonversi dengan bahan baku minyak kelapa sawit karena di Sumatra juga banyak," ujarnya dalam acara Indonesia Investment Forum yang jadi rangkaian IMF-World Bank Annual Meetings di Bali, Selasa (09/10/2018).
Ada dua kilang yang sedang dikaji pemerintah untuk dikonversi, yakni kilang Plaju dan Dumai yang sama-sama ada di Pulau Sumatra. Kilang Plaju sendiri dibangun pada 1935, sementara Dumai pada 1972 dengan masing-masing kapasitas 125 ribu barel per hari dan 170 ribu barel per hari.
Rini optimistis konversi kilang ini bisa berjalan, apalagi sebelumnya sudah ada contoh dari Italia melalui perusahaan migas multinasional terkemukanya, ENI. Di negara itu, kata dia, kilang berumur tua yang kurang efisien mulai dikonversi pada 2012 dan pada 2015 sudah full mengolah B100 dengan bahan baku, yakni kelapa sawit, yang dibeli dari Indonesia.
Bukan cuma contoh, Rini bahkan bilang sudah menjalin kerja sama dengan ENI untuk studi di dua kilang tua milik PT Pertamina (Persero) tersebut. Jika ini berhasil, katanya, bisa diandalkan untuk turunkan kebutuhan impor. "Diharapkan bisa tawarkan solar B100 green energy, ini terbukti di Italia dimanfaatkan dan kualitas kekuatan energi sama bahkan lebih baik dari diesel," jelasnya.
Ambisi melompat ke B100 sebelumnya juga sudah diungkap oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. "Setelah B20, kita langsung lompat ke B100. Tidak perlu ke B25 atau B30 karena sama saja upayanya," kata Airlangga usai menghadiri rapat di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Selasa (24/7/2018).
Ia mengatakan produksi CPO pada 2020 akan mencapai 40 juta ton sehingga kapasitas untuk memproduksi B100 cukup besar.
"B100 ini standarnya sama dengan Euro4, emisinya lebih baik daripada petrodiesel karena ini kan lebih sustainable. Dari segi pembakaran mesin lebih bersih makanya namanya green diesel. Itulah kenapa kita persiapkan ke arah situ, biofuel 100% di 2021," jelas Airlangga di Kementerian Perekonomian, Selasa (31/7/2018).
(gus) Next Article RI Ingin Loncat dari B20 Langsung B100, Mungkinkah?
Keinginannya ini tidak main-main, ia bahkan mengungkap sedang mempertimbangkan untuk menyulap dua kilang tua RI yang selama ini dipakai produksi bahan bakar minyak (BBM) untuk produksi B100.
Ada dua kilang yang sedang dikaji pemerintah untuk dikonversi, yakni kilang Plaju dan Dumai yang sama-sama ada di Pulau Sumatra. Kilang Plaju sendiri dibangun pada 1935, sementara Dumai pada 1972 dengan masing-masing kapasitas 125 ribu barel per hari dan 170 ribu barel per hari.
Rini optimistis konversi kilang ini bisa berjalan, apalagi sebelumnya sudah ada contoh dari Italia melalui perusahaan migas multinasional terkemukanya, ENI. Di negara itu, kata dia, kilang berumur tua yang kurang efisien mulai dikonversi pada 2012 dan pada 2015 sudah full mengolah B100 dengan bahan baku, yakni kelapa sawit, yang dibeli dari Indonesia.
Bukan cuma contoh, Rini bahkan bilang sudah menjalin kerja sama dengan ENI untuk studi di dua kilang tua milik PT Pertamina (Persero) tersebut. Jika ini berhasil, katanya, bisa diandalkan untuk turunkan kebutuhan impor. "Diharapkan bisa tawarkan solar B100 green energy, ini terbukti di Italia dimanfaatkan dan kualitas kekuatan energi sama bahkan lebih baik dari diesel," jelasnya.
Ambisi melompat ke B100 sebelumnya juga sudah diungkap oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. "Setelah B20, kita langsung lompat ke B100. Tidak perlu ke B25 atau B30 karena sama saja upayanya," kata Airlangga usai menghadiri rapat di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Selasa (24/7/2018).
Ia mengatakan produksi CPO pada 2020 akan mencapai 40 juta ton sehingga kapasitas untuk memproduksi B100 cukup besar.
"B100 ini standarnya sama dengan Euro4, emisinya lebih baik daripada petrodiesel karena ini kan lebih sustainable. Dari segi pembakaran mesin lebih bersih makanya namanya green diesel. Itulah kenapa kita persiapkan ke arah situ, biofuel 100% di 2021," jelas Airlangga di Kementerian Perekonomian, Selasa (31/7/2018).
(gus) Next Article RI Ingin Loncat dari B20 Langsung B100, Mungkinkah?
Most Popular