
Demi B100, Menteri Rini Akan 'Face Off' Kilang Tua Pertamina
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
10 October 2018 10:09

Jakarta, CNBC Indonesia- Baru menjalankan mandatori B20 sebulan, kini pemerintah mau langsung tingkatkan ke pemakaian B100 dalam waktu dekat.
Sampai-sampai, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno sedang mempertimbangkan untuk menyulap dua kilang tua RI yang selama ini dipakai produksi bahan bakar minyak (BBM) untuk produksi B100.
Ada dua kilang yang sedang dikaji pemerintah untuk dikonversi, yakni kilang Plaju dan Dumai yang sama-sama ada di Pulau Sumatra. Kilang Plaju sendiri dibangun pada 1935, sementara Dumai pada 1972 dengan masing-masing kapasitas 125 ribu barel per hari dan 170 ribu barel per hari.
Karena tua, salah satu kendalanya pun dua kilang Pertamina ini sering mengalami operasional yang mati mendadak (unplanned shut down). Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar.
Arcandra mengungkapkan, kilang Pertamina yang mati mendadak (unplanned shut down) pun menjadi salah satu penyebab dari melonjaknya impor BBM, utamanya pada Juni dan Juli tahun ini.
"Kilang ada beberapa kali unplanned shutdown (mati mendadak), terutama di Juni dan Juli, misalnya ada di Dumai dan Plaju, itu sebabkan impor produk minyak kita lebih banyak daripada impor crude," ujar Arcandra kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/10/2018).
Sehingga, untuk mengurangi beban impor BBM tersebut, pihaknya bersama dengan Pertamina sudah bahas usaha-usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi unplanned shut down yang sudah terjadi selama ini. Kendati jumlah kilang yang mati mendadak tersebut lebih kecil dibandingkan tahun lalu.
Salah satu caranya adalah mengonversi kilang tua tersebut, agar mampu menghasilkan B100 atau yang disebut green diesel.
"Dari biodiesel saja sudah bisa kurangi impor, sekarang green diesel itu lebih tinggi dari biodiesel, kualitasnya juga," kata Arcandra. Ia pun mengaku akan melakukan studi atau kajian untuk proyek green diesel ini.
Menteri Rini Soemarno optimistis konversi kilang ini bisa berjalan, apalagi sebelumnya sudah ada contoh dari Italia melalui perusahaan migas multinasional terkemukanya, ENI. Di negara itu, kata dia, kilang berumur tua yang kurang efisien mulai dikonversi pada 2012 dan pada 2015 sudah full mengolah B100 dengan bahan baku, yakni kelapa sawit, yang dibeli dari Indonesia.
Bukan cuma contoh, Rini bahkan bilang sudah menjalin kerja sama dengan ENI untuk studi di dua kilang tua milik PT Pertamina (Persero) tersebut. Jika ini berhasil, katanya, bisa diandalkan untuk turunkan kebutuhan impor.
"Kami sudah memikirkan untuk perbaiki refinery untuk lebih modern, setelah mengetahui bisa dikonversi jadi B100. Kalau memungkinkan dikonversi dengan bahan baku minyak kelapa sawit karena di Sumatra juga banyak," ujarnya dalam acara Indonesia Investment Forum yang jadi rangkaian IMF-World Bank Annual Meetings di Bali, Selasa (09/10/2018).
"Diharapkan bisa tawarkan solar B100 green energy, ini terbukti di Italia dimanfaatkan dan kualitas kekuatan energi sama bahkan lebih baik dari diesel," pungkasnya.
(gus) Next Article Menteri Rini Konversi 2 Kilang Tua BBM untuk Program B100
Sampai-sampai, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini M Soemarno sedang mempertimbangkan untuk menyulap dua kilang tua RI yang selama ini dipakai produksi bahan bakar minyak (BBM) untuk produksi B100.
Karena tua, salah satu kendalanya pun dua kilang Pertamina ini sering mengalami operasional yang mati mendadak (unplanned shut down). Hal itu disampaikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar.
Arcandra mengungkapkan, kilang Pertamina yang mati mendadak (unplanned shut down) pun menjadi salah satu penyebab dari melonjaknya impor BBM, utamanya pada Juni dan Juli tahun ini.
"Kilang ada beberapa kali unplanned shutdown (mati mendadak), terutama di Juni dan Juli, misalnya ada di Dumai dan Plaju, itu sebabkan impor produk minyak kita lebih banyak daripada impor crude," ujar Arcandra kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/10/2018).
Sehingga, untuk mengurangi beban impor BBM tersebut, pihaknya bersama dengan Pertamina sudah bahas usaha-usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk mengurangi unplanned shut down yang sudah terjadi selama ini. Kendati jumlah kilang yang mati mendadak tersebut lebih kecil dibandingkan tahun lalu.
Salah satu caranya adalah mengonversi kilang tua tersebut, agar mampu menghasilkan B100 atau yang disebut green diesel.
"Dari biodiesel saja sudah bisa kurangi impor, sekarang green diesel itu lebih tinggi dari biodiesel, kualitasnya juga," kata Arcandra. Ia pun mengaku akan melakukan studi atau kajian untuk proyek green diesel ini.
Menteri Rini Soemarno optimistis konversi kilang ini bisa berjalan, apalagi sebelumnya sudah ada contoh dari Italia melalui perusahaan migas multinasional terkemukanya, ENI. Di negara itu, kata dia, kilang berumur tua yang kurang efisien mulai dikonversi pada 2012 dan pada 2015 sudah full mengolah B100 dengan bahan baku, yakni kelapa sawit, yang dibeli dari Indonesia.
Bukan cuma contoh, Rini bahkan bilang sudah menjalin kerja sama dengan ENI untuk studi di dua kilang tua milik PT Pertamina (Persero) tersebut. Jika ini berhasil, katanya, bisa diandalkan untuk turunkan kebutuhan impor.
"Kami sudah memikirkan untuk perbaiki refinery untuk lebih modern, setelah mengetahui bisa dikonversi jadi B100. Kalau memungkinkan dikonversi dengan bahan baku minyak kelapa sawit karena di Sumatra juga banyak," ujarnya dalam acara Indonesia Investment Forum yang jadi rangkaian IMF-World Bank Annual Meetings di Bali, Selasa (09/10/2018).
"Diharapkan bisa tawarkan solar B100 green energy, ini terbukti di Italia dimanfaatkan dan kualitas kekuatan energi sama bahkan lebih baik dari diesel," pungkasnya.
(gus) Next Article Menteri Rini Konversi 2 Kilang Tua BBM untuk Program B100
Most Popular