
Ridwan Kamil Hapus Macet Tol BKS-JKT Pakai Waterways, Bisa?
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 October 2018 16:06

Kang Emil menyoroti bahwa pembangunan proyek CBL akan mengurangi kemacetan di ruas jalan tol, yang semakin menyengsarakan warga yang bertransportasi dari/ke Bekasi tiap harinya. Benarkah hal itu?
Menurut laporan tahunan PT Jasa Marga Tbk, total volume lalu lintas transaksi Cabang Jakarta-Cikampek tercatat sebesar 205,5 juta transaksi pada tahun 2017. Capaian itu turun sebesar 7,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kemudian, mengacu pada data Kang Emil, volume truk/kontainer yang melewati cabang Jakarta-Cikampek sebesar 4.000/hari, atau sekitar 1,46 juta/tahun. Berarti jumlah truk/kontainer sebenarnya hanya menyumbang 0,7% dari total volume lalu lintas di cabang Jakarta-Cikampek. Sampai 1% saja tidak.
Mengingat volume lalu lintas yang sebenarnya menurun, plus kontribusi yang kecil dari jenis kendaraan truk/kontainer, sebenarnya pengurangan kemacetan bukanlah manfaat terbesar yang akan dirasakan dari pembangunan proyek CBL.
Terlebih, sudah ada proyek lainnya yang sebenarnya akan lebih ampuh bagi pengurangan kemacetan di jalur tersebut. Bahkan, progresnya sudah mulai kelihatan. Tidak seperti proyek CBL yang diekseksusi saja belum. Proyek itu bernama Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated.
Menurut hemat kami, manfaat terbesar dari proyek CBL bukanlah untuk mengurangi kemacetan di jalan tol Jakarta-Cikampek, melainkan untuk memangkas biaya logistik.
Mahalnya biaya transportasi darat berjarak 60 kilometer antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Kawasan Industri Cikarang diharapkan dapat dikurangi dengan adanya proyek CBL ini. Menurut Pelindo, CBL mampu memotong biaya logistik hingga 25%.
Dengan pengangkutan via jalur CBL, tingkat skala ekonomi (economics of scale) juga akan meningkat, akibatnya biaya logistik dapat ditekan. Bayangkan, dengan satu kali trip, sekitar 80-100 kontainer dapat diangkut.
Menurut jurnal penelitian berjudul “Analysis of Inland Waterways Transport for Container Shipping: Cikarang to Port of Tanjung Priok” yang ditulis oleh T. Achmadi, dkk (2018), yang dipublikasikan pada IOP Conference Series, penghematan biayanya amat signifikan.
Unit biaya dengan pengangkutan barang via darat (pelabuhan ke pelabuhan) mencapai Rp 2,15 juta/Twenty-foot Equivalent Unit (TEU). Sedangkan, untuk pengangkutan via transportasi inland waterways biayanya sekitar Rp 1,9 juta/TEU. Artinya, ada penghematan sebesar Rp 0,25 juta/TEU.
Lalu, jumlah pengiriman kontainer antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Kawasan Industri Cikarang (dan sebaliknya) adalah sebesar 642,83 ribu TUE/tahun di tahun 2015, mengacu pada laporan Jasa Marga. Maka, potensi penghematan yang bisa didapatkan dengan proyek CBL adalah sebesar Rp156,21 miliar/tahun.
Jangan lupa, penghematan biaya di atas belum menghitung biaya perbaikan jalan yang harus ditanggung oleh Jasa Marga, penghematan biaya penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), ataupun penghematan biaya untuk waktu tempuh.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/ray)
Menurut laporan tahunan PT Jasa Marga Tbk, total volume lalu lintas transaksi Cabang Jakarta-Cikampek tercatat sebesar 205,5 juta transaksi pada tahun 2017. Capaian itu turun sebesar 7,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Mengingat volume lalu lintas yang sebenarnya menurun, plus kontribusi yang kecil dari jenis kendaraan truk/kontainer, sebenarnya pengurangan kemacetan bukanlah manfaat terbesar yang akan dirasakan dari pembangunan proyek CBL.
Terlebih, sudah ada proyek lainnya yang sebenarnya akan lebih ampuh bagi pengurangan kemacetan di jalur tersebut. Bahkan, progresnya sudah mulai kelihatan. Tidak seperti proyek CBL yang diekseksusi saja belum. Proyek itu bernama Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated.
Menurut hemat kami, manfaat terbesar dari proyek CBL bukanlah untuk mengurangi kemacetan di jalan tol Jakarta-Cikampek, melainkan untuk memangkas biaya logistik.
Mahalnya biaya transportasi darat berjarak 60 kilometer antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Kawasan Industri Cikarang diharapkan dapat dikurangi dengan adanya proyek CBL ini. Menurut Pelindo, CBL mampu memotong biaya logistik hingga 25%.
Dengan pengangkutan via jalur CBL, tingkat skala ekonomi (economics of scale) juga akan meningkat, akibatnya biaya logistik dapat ditekan. Bayangkan, dengan satu kali trip, sekitar 80-100 kontainer dapat diangkut.
Menurut jurnal penelitian berjudul “Analysis of Inland Waterways Transport for Container Shipping: Cikarang to Port of Tanjung Priok” yang ditulis oleh T. Achmadi, dkk (2018), yang dipublikasikan pada IOP Conference Series, penghematan biayanya amat signifikan.
Unit biaya dengan pengangkutan barang via darat (pelabuhan ke pelabuhan) mencapai Rp 2,15 juta/Twenty-foot Equivalent Unit (TEU). Sedangkan, untuk pengangkutan via transportasi inland waterways biayanya sekitar Rp 1,9 juta/TEU. Artinya, ada penghematan sebesar Rp 0,25 juta/TEU.
Lalu, jumlah pengiriman kontainer antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Kawasan Industri Cikarang (dan sebaliknya) adalah sebesar 642,83 ribu TUE/tahun di tahun 2015, mengacu pada laporan Jasa Marga. Maka, potensi penghematan yang bisa didapatkan dengan proyek CBL adalah sebesar Rp156,21 miliar/tahun.
Jangan lupa, penghematan biaya di atas belum menghitung biaya perbaikan jalan yang harus ditanggung oleh Jasa Marga, penghematan biaya penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), ataupun penghematan biaya untuk waktu tempuh.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(RHG/ray)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular