Pertamina Tergerus Rp 26 T, Kebijakan Harga BBM Perlu Diubah

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
02 October 2018 18:06
BPK sebut Pertamina tergerus Rp 26 T akibat BBM, pengamat nilai waktunya ganti kebijakan.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia- Kepala Studi Energi Universitas Indonesia Iwa Garniwa menyarankan agar di pemerintahan 2019 mendatang, pemerintah harus membuat kebijakan yang bisa menjaga kestabilan keuangan PT Pertamina (Persero).

Hal ini seiring dengaan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengatakan, pendapatan perusahaan migas pelat merah tersebut tergerus sebesar Rp 26,30 triliun akibat selisih Harga Jual Eceran (HJE) formula dengan HJE penetapan pemerintah atas penyaluran jenis bahan bakar tertentu solar/biosolar dan Jenis bahan bakar khusus penugasan di 2017.



Mudahnya adalah, selisih harga BBM yang dijual pemerintah dan harga pasar.

"Yang saya tahu, karena penugasan HJE dengan harga yang sama pada semua wilayah, maka berdampak pada pengurangan keuntungan Pertamina  dan otomatis akan menggerus keuntungan di 2018 ini. Seharusnya kebijakan Pemerintah yang baru harus diiringi dengan kebijakan yang menjaga kestabilan keuangan Pertamina," ujar Iwa kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Selasa (2/10/2018).

Sebelumnya, kebijakan Presiden Joko Widodo untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan penerapan BBM satu harga menggerus keuangan PT Pertamina (Persero) sebanyak Rp 26 triliun di tahun lalu. 

Ini merupakan salah satu temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu. 

"Harga Jual Eceran pemerintah atas penyaluran jenis bahan bakar tertentu solar/bio solar dan bahan bakar khusus penugasan tahun 2017 lebih rendah dari formulasi membebani PT Pertamina sebesar Rp 26,30 triliun dan AKR sebesar Rp 259 miliar," tulis ikhtisar laporan BPK sebagaimana dikutip CNBC Indonesia, Selasa, (2/10/2018).

Alhasil, di 2017 lalu laba BUMN migas terbesar RI ini pun merosot 23% dibanding 2016. Jadi US$ 2,41 miliar dari US$ 3,15 miliar yang pernah dicapai di tahun sebelumnya. 

Sementara di 2018, dengan kebijakan dan kondisi serupa yakni harga minyak dunia naik sementara harga BBM tidak bisa disesuaikan, kondisi keuangan Pertamina juga sudah bikin ketar ketir. 

Adapun, Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno pernah mengatakan, laba bersih PT Pertamina (Persero) sampai pada semester I-2018 tidak sampai Rp 5 triliun.

"Iya, baru tercapai semester 1 tidak sampai Rp 5 triliun. Jauh lah dari RKAP Rp 32 triliun," ujar Fajar kepada media saat dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (6/9/2018).
(gus/gus) Next Article Harga BBM Biang Kerok Merosotnya Rupiah ke Rp 15.000 per US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular