Internasional

Perang Dagang Memburuk, Menhan AS Batal Kunjungi China

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 October 2018 13:21
Pentagon telah membatalkan kunjungan Menteri Pertahanan James Mattis ke China akhir bulan ini.
Foto: Seorang anggota staf berjalan melewati bendera AS dan China yang ditempatkan untuk konferensi pers bersama oleh A.S. REUTERS/Jason Lee/File Photo
Washington, CNBC Indonesia - Saat pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump merayakan kemenangan dari tercapainya perjanjian perdagangan baru dengan Kanada dan Meksiko, hubungan antara AS dan China, ekonomi terbesar kedua di dunia, justru semakin panas.

Sebagai tanda terbaru dari hubungan yang memburuk, Pentagon telah membatalkan kunjungan Menteri Pertahanan James Mattis ke China akhir bulan ini, kata seorang pejabat pertahanan AS, yang berbicara secara anonim.



Karena alasan keamanan, Pentagon tidak mengumumkan rencana kunjungan menteri pertahanan. Itulah mengapa rencana kunjungan ke China pada pertengahan Oktober itu tidak diumumkan sebelumnya.

Pembatalan itu terjadi setelah kapal AS, USS Wasp, ditolak berlabuh di Hong Kong dan adanya keterlibatan dengan komandan angkatan laut China.

Sebagian besar ketegangan yang meningkat antara kedua negara itu berkembang dari Laut China Selatan, yang merupakan pusat bagi rute perdagangan utama, dan akibat meningkatnya kehadiran militer China.

Dalam wawancara dengan CNBC pekan lalu, Sekretaris Angkatan Laut Richard Spencer, pejabat tinggi sipil di cabang itu, menyuarakan keprihatinan tentang militerisasi China yang berlanjut di Laut China Selatan. Ia mengatakan Angkatan Laut AS akan "melindungi jalur perdagangan itu dengan segala cara."

"Kami akan menerapkan ruang samudera internasional yang disetujui secara internasional dengan kapal perang kami setiap saat untuk memastikan bahwa perdagangan dan jalur komunikasi kami terbuka, itu adalah sesuatu yang akan selalu kami lakukan," kata Spencer.

"Jika China datang dan bergabung dengan dunia dan mengakui aturan internasional dan hukum ketertiban internasional, kita akan memiliki hubungan yang hebat," tambahnya.

Perang Dagang Memburuk, Menhan AS Batal Kunjungi ChinaPulau buatan China di Laut China Selatan (Foto: U.S. Navy/Handout via Reuters)
"Jika mereka mengambil posisi ini bahwa mereka akan menggunakan hukum mereka dan pemahaman mereka tentang bagaimana mereka akan berdagang dan melindungi ruang mereka, kita akan harus memiliki semacam diskusi tentang ini ke depannya."

Awal tahun ini, China memasang rudal jelajah anti-kapal dan sistem rudal permukaan-ke-udara di tiga pos terdepan di Laut China Selatan. Sistem pertahanan pantai yang baru, ditambah dengan peralatan perang elektronik, merupakan tambahan yang signifikan terhadap portofolio militer Beijing di salah satu wilayah yang paling diperebutkan di dunia itu.


Perang dagang dan Korea Utara

Berbicara pada hari Senin (1/10/2018) dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump memuji Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) yang menggantikan NAFTA. Trump juga mengritik China dan Uni Eropa karena memperlakukan Amerika Serikat dengan "sangat tidak adil".

"Mereka (China) telah merugikan kami selama bertahun-tahun," kata Trump sambil mengatakan bahwa adalah sebuah hak istimewa untuk menjalin hubungan bisnis dengan Amerika Serikat. Trump juga mengatakan perjanjian perdagangan dengan China tidak akan "terjadi secepat itu".



Presiden mengatakan memaksakan agar hal itu terjadi terlalu cepat tidak akan mengarah pada "kesepakatan yang tepat untuk pekerja kami dan untuk negara kami. China ingin berbicara dan kami ingin berbicara dengan mereka dan kami ingin mereka membantu kami soal Korea Utara."

Peter Navarro, salah satu penasihat perdagangan terkemuka Trump, mengatakan kepada CNBC pada hari Senin bahwa praktik perdagangan China berbahaya bagi ekonomi global dan menuduh Beijing mencuri kekayaan intelektual dari perusahaan-perusahaan Amerika.

[Gambas:Video CNBC]
Navarro menolak untuk mengatakan apa arti perjanjian baru itu bagi China di tengah perang perdagangan yang sedang berkembang antara Washington dan Beijing.

"Ketika negara-negara berunding dan melakukan tawar-menawar secara adil, kami menandatangani kesepakatan," kata Navarro. "Trump pada dasarnya telah menyatakan bahwa kita tidak akan lagi menjadi celengan dunia. Kami adalah pedagang bebas. Yang kami cari adalah perdagangan bebas dan timbal balik."
(prm) Next Article Era Biden-Harris, Perang Dagang AS-China Berlanjut?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular