
PLN-KAI Uji Coba B20, Begini Hasil dan Dampaknya
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 September 2018 17:27

Jakarta, CNBC Indonesia- Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, paling tidak ada dua BUMN yang terdampak penggunaan B20, yakni PT KAI dan PT PLN.
Lebih lanjut, Fajar menuturkan, untuk PLN, dampak dari penggunaan B20 adalah periode pemeliharaan pembangkit yang menjadi lebih pendek. Ia menyebutkan, tadinya waktu pemeliharaan yang dibutuhkan adalah setiap enam bulan sekali, sekarang menjadi setiap tiga bulan.
"Frekuensi penggantian beberapa suku cadang, seperti filter, injector, mixer, menjadi lebih banyak. Kemudian penggunaan bahan bakar juga jadi lebih tinggi dari High Speed Diesel (HSD) sebesar 3%," terang Fajar kepada media ketika menyampaikan paparannya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu (26/9/2018).
Untuk KAI, lanjut Fajar, jumlah lokomotif yang menggunakan B20 mencapai 486 unit. Jumlah pembangkit untuk genset (generator) sebanyak 256 unit. Permasalahan yang dihadapi hampir sama dengan PLN, karena fungsinya sama, maka penggantian filter menjadi lebih sering.
"Kemudian akibat gunakan B20, bahan rubber hose lebih cepat aus, dan tentu kita ketahui injection nozzle harus dikonversi," tambah Fajar.
Permasalahan B20 juga tidak hanya dihadapi oleh pemakai, tapi juga pihak yang mencampur, yakni Pertamina. Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Gandhi Sriwidodo mengungkapkan, masalah tersebut tak lain terkait biaya pemeliharaan.
"Namun ada risiko, tatkala kami melakukan blending, FAME (Fatty Acid Methyl Ester) itu mengikat air, sehingga butuh fasilitas yang kami maintenance, dan biaya untuk maintenance tersebut juga terbilang tinggi. Untuk itu, kami mengusulkan agar bisa bagi ongkos angkut ke Pertamina," kata Gandhi ketika dijumpai di kesempatan yang sama.
Adapun, terkait usulan tersebut, Gandi menuturkan, agar biaya dibagi dua dengan BPDP-KS. Misalnya, untuk BPDP-KS ditugaskan biaya blending dan biaya angkut.
"Jadi ada solusi, satu sisi kami tawarkan blending, dari sisi mereka ada cost yang bisa dihemat dan biaya kami juga ada yang dihemat," pungkas Gandhi.
(gus) Next Article Disebut Bisa Bikin Mobil Rusak, BPDP: B20 Aman
Lebih lanjut, Fajar menuturkan, untuk PLN, dampak dari penggunaan B20 adalah periode pemeliharaan pembangkit yang menjadi lebih pendek. Ia menyebutkan, tadinya waktu pemeliharaan yang dibutuhkan adalah setiap enam bulan sekali, sekarang menjadi setiap tiga bulan.
Untuk KAI, lanjut Fajar, jumlah lokomotif yang menggunakan B20 mencapai 486 unit. Jumlah pembangkit untuk genset (generator) sebanyak 256 unit. Permasalahan yang dihadapi hampir sama dengan PLN, karena fungsinya sama, maka penggantian filter menjadi lebih sering.
"Kemudian akibat gunakan B20, bahan rubber hose lebih cepat aus, dan tentu kita ketahui injection nozzle harus dikonversi," tambah Fajar.
Permasalahan B20 juga tidak hanya dihadapi oleh pemakai, tapi juga pihak yang mencampur, yakni Pertamina. Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero) Gandhi Sriwidodo mengungkapkan, masalah tersebut tak lain terkait biaya pemeliharaan.
![]() |
"Namun ada risiko, tatkala kami melakukan blending, FAME (Fatty Acid Methyl Ester) itu mengikat air, sehingga butuh fasilitas yang kami maintenance, dan biaya untuk maintenance tersebut juga terbilang tinggi. Untuk itu, kami mengusulkan agar bisa bagi ongkos angkut ke Pertamina," kata Gandhi ketika dijumpai di kesempatan yang sama.
Adapun, terkait usulan tersebut, Gandi menuturkan, agar biaya dibagi dua dengan BPDP-KS. Misalnya, untuk BPDP-KS ditugaskan biaya blending dan biaya angkut.
"Jadi ada solusi, satu sisi kami tawarkan blending, dari sisi mereka ada cost yang bisa dihemat dan biaya kami juga ada yang dihemat," pungkas Gandhi.
(gus) Next Article Disebut Bisa Bikin Mobil Rusak, BPDP: B20 Aman
Most Popular