
Minyak Sawit B20 Seret, ESDM Masih Cari Tahu Siapa yang Salah
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
24 September 2018 18:38

Jakarta, CNBC Indonesia- Soal pasokan minyak sawit untuk bahan baku B20 yang sampai saat ini masih seret, masih ditelusuri penyebabnya oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, terkait masalah kurang pasokan FAME ini, pihaknya masih berdiskusi untuk melihat ada dimana letak permasalahannya. "Ini sedang dikroscek lagi, salahnya siapa, salahnya dimana," tandas Djoko.
Pengamat energi Fabby Tumiwa menilai, pemerintah perlu mengatur ulang waktu pemesanan pembelian (purchase order/PO) FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN).
Pasalnya, lanjut Fabby, persoalan kurangnya pasokan FAME tersebut menurutnya lebih disebabkan waktu PO dari Pertamina yang terlalu dekat dengan tenggat waktu penggunaan perluasan B20.
"Setahu saya dari sisi ketersediaan CPO dan FAME tidak ada masalah tapi memang produsen FAME perlu waktu untuk mengirimkan produk itu dari penyimpan sampai kilang pengolahan/penyampuran Pertamina," tutur Fabby kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Senin (24/9/2018).
Lebih lanjut, ia mengatakan, butuh waktu mulai dari pengiriman dari produsen, pengapalan, loading-unloading, bongkar-muat dan sebagainya, yang jika dirata-rata, waktunya bisa 7-12 hari untuk sampai di kilang Pertamina.
"Sehingga, waktu PO mesti dibuat secara wajar. Saya kira perlu pengaturan dari Dirjen Migas, karena pada dasarnya, tidak ada kendala di pasokan," pungkas Fabby.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mengakui, dalam pelaksanaan mandatori B20, perusahaan masih mengalami kekurangan pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN).
"Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada pasokan FAME, yang hingga saat ini pasokan belum maksimal didapatkan," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, melalui keterangan resminya, Jumat (21/9/2018).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memastikan tidak ada kendala dalam distribusi minyak sawit sebagai bahan baku B20 di pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah otoritas Kementerian Perhubungan.
Kalaupun ada kendala distribusi, lanjutnya, hal itu lebih disebabkan koordinasi yang belum optimal dalam rantai pasok bahan baku dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN) ke Pertamina atau distributor BBM lainnya yang melakukan proses produksi dan distribusi B20.
"Saya pikir B20 ini satu program yang baru, kita mencari cara terbaik untuk melakukan itu. Kalau kita mikir di meja kan, hari ini kita ngomong, maunya besok ada kan, padahal infrastruktur belum tentu ada," kata Budi Karya usai gelaran HUBRUN di Gelora Bung Karno, Minggu (23/9/2018) pagi.
(gus) Next Article Cek Perluasan B20, Pemerintah Bakal Sidak ke Pom Bensin
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, terkait masalah kurang pasokan FAME ini, pihaknya masih berdiskusi untuk melihat ada dimana letak permasalahannya. "Ini sedang dikroscek lagi, salahnya siapa, salahnya dimana," tandas Djoko.
Pasalnya, lanjut Fabby, persoalan kurangnya pasokan FAME tersebut menurutnya lebih disebabkan waktu PO dari Pertamina yang terlalu dekat dengan tenggat waktu penggunaan perluasan B20.
"Setahu saya dari sisi ketersediaan CPO dan FAME tidak ada masalah tapi memang produsen FAME perlu waktu untuk mengirimkan produk itu dari penyimpan sampai kilang pengolahan/penyampuran Pertamina," tutur Fabby kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Senin (24/9/2018).
Lebih lanjut, ia mengatakan, butuh waktu mulai dari pengiriman dari produsen, pengapalan, loading-unloading, bongkar-muat dan sebagainya, yang jika dirata-rata, waktunya bisa 7-12 hari untuk sampai di kilang Pertamina.
"Sehingga, waktu PO mesti dibuat secara wajar. Saya kira perlu pengaturan dari Dirjen Migas, karena pada dasarnya, tidak ada kendala di pasokan," pungkas Fabby.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mengakui, dalam pelaksanaan mandatori B20, perusahaan masih mengalami kekurangan pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN).
"Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada pasokan FAME, yang hingga saat ini pasokan belum maksimal didapatkan," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, melalui keterangan resminya, Jumat (21/9/2018).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memastikan tidak ada kendala dalam distribusi minyak sawit sebagai bahan baku B20 di pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah otoritas Kementerian Perhubungan.
Kalaupun ada kendala distribusi, lanjutnya, hal itu lebih disebabkan koordinasi yang belum optimal dalam rantai pasok bahan baku dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN) ke Pertamina atau distributor BBM lainnya yang melakukan proses produksi dan distribusi B20.
"Saya pikir B20 ini satu program yang baru, kita mencari cara terbaik untuk melakukan itu. Kalau kita mikir di meja kan, hari ini kita ngomong, maunya besok ada kan, padahal infrastruktur belum tentu ada," kata Budi Karya usai gelaran HUBRUN di Gelora Bung Karno, Minggu (23/9/2018) pagi.
(gus) Next Article Cek Perluasan B20, Pemerintah Bakal Sidak ke Pom Bensin
Most Popular