Program B20 Mentok, Ini Alasan Bos Pertamina

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
22 September 2018 13:41
PT Pertamina (Persero) mengakui, dalam pelaksanaan mandatori B20, perusahaan masih mengalami kekurangan pasokan
Foto: Peluncuran Mandatori B20 di Lapangan Kementerian Keuangan, Jumat (31/8/2018) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mengakui, dalam pelaksanaan mandatori B20, perusahaan masih mengalami kekurangan pasokan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dari Badan Usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN).

"Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada pasokan FAME, yang hingga saat ini pasokan belum maksimal didapatkan," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, melalui keterangan resminya, Jumat (21/9/2018).

Lebih lanjut, Nicke menuturkan, dari 112 terminal BBM yang dimiliki perusahaan migas pelat merah ini, baru 69 terminal BBM yang sudah menerima penyaluran FAME. Sementara, sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi.
Program B20 Mentok, Ini Alasan Bos PertaminaFoto: Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati melakukan kunjungan ke SPBU Coco Kuningan, Jakarta Selatan, (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Direktur Pemasaran Retail Pertamina Mas'ud Khamid menjelaskan, kelancaran Pertamina untuk mendukung program B20 memang sangat bergantung keberlanjutan suplai FAME dari para produsen.

Ia menyebutkan, total kebutuhan FAME Pertamina untuk dicampurkan ke solar subsidi dan non subsidi yaitu sekitar 5,8 juta kiloliter per tahun. "Total konsumsi solar subsidi dan non subsidi 29 juta kiloliter per tahun," jelasnya.

Sebagai informasi, FAME adalah unsur nabati yang dibutuhkan perseroan untuk memproduksi biodiesel 20% atau B20, di mana bahan utama FAME ini adalah minyak kelapa sawit.

Merinci lebih jauh, dalam paparannya, Pertamina pernah menyebutkan, kendala yang dihadapi yakni:

1. Perbedaan harga acuan Solar untuk pembiayaan FAME PSO dan FAME non-PSO, sehingga BU BBN tidak bersedia menyalurkan FAME PSO untuk konsumen non-PSO (konsumen dilayani B0 meski ada FAME di Terminal BBM).

2. Kesanggupan badan usaha (BU) BBN untuk supply perdana FAME non-PSO ke Terminal BBM Utama (Wayame, Baubau, Kupang, Tanjung Wangi, Bitung, Tanjung Uban) adalah di minggu ke-4 September 2018 sehingga pendistribusian B20 dari TBBM utama ke end terminal BBM tertunda.

Menanggapi hal ini, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengakui memang masih ada kendala dalam penyaluran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) dalam penerapan mandatori B20.

"Memang ada kendala di lapangan, teknis, distribusi, dan sebagainya. Kami berusaha agar ini bisa diatasi," ujar Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (21/9/2018).

Sedangkan, menurut Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Rida Mulyana, kendala penyaluran FAME tidak melulu soal harga, tapi lebih kepada rantai pemasok FAME. "Menurut saya ini tidak ada kaitannya melulu dengan harga, dan hanya melulu karena kendala pada supply chain fame. Ada info akan dibentuk tim khusus terkait supply chain fame ini yang dimotori oleh Kemenko Bidang Perekonomian," ujar Rida kepada CNBC Indonesia, saat dihubungi Jumat (21/9/2018).

Adapun, Ketua Harian Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Paulus Tjakrawan tidak membantah adanya kendala pengiriman minyak sawit ke wilayah Indonesia Timur seperti NTT, kondisi cuaca dan ombak besar juga bisa memperlambat waktu pengiriman.

"Tentunya ada sebabnya mengapa sampai saat ini masih ada beberapa titik yang masih belum terpasok. Namun, masing-masing titik terdapat hal yang berbeda, dan tidak bisa disamakan," ujar Paulus kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Jumat (21/9/2018).

Ia pun menambahkan, kendala tersebut sedang diupayakan untuk diatasi, dan sedang dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang difasilitasi oleh Dirjen Migas dan Kemenko Bidang Perekonomian.

"Aprobi tentunya akan berusaha terus sesuai dengan komitmen kami untuk memenuhi purchase order (PO) yang telah diterima oleh anggota. Kami menganggap ini adalah tantangan yang harus kita upayakan agar biodiesel segera tersedia di semua titik," pungkas Paulus.

(dru) Next Article Perluasan Penggunaan B20 Masih Belum Pasti

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular