Ini 5 Alasan Bulog Tolak Beras Impor
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
19 September 2018 17:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Urusan Logistik (Bulog) di bawah kepemimpinan Direktur Utama Budi Waseso menolak keras impor beras.
Meskipun demikian, Bulog tetap melaksanakan impor beras itu karena ada penugasan dari pemerintah.
Adapun izin impor beras yang diterbitkan oleh pemerintah pada tahun ini sebanyak 2 juta ton.
Sejumlah pernyataan pun dikeluarkan Bulog sebagai alasan mengapa impor beras tidak harus dilakukan:
1. Data tidak akurat
Budi Waseso mengatakan perkiraan konsumsi beras di Indonesia tidak menggambarkan kondisi riil.
"Kebutuhan masyarakat Indonesia per bulan 2,4-2,7 juta ton. [Itu] cara perhitungan BPS [dengan] 260 juta masyarakat Indonesia, [diyakini] setiap orang mengonsumsi 130 kg/tahun."
"Harusnya [hitungan juga] dibagi per usia, jangan dipukul rata. Bayi kan ga makan nasi, paling makan bubur, berapa sih berasnya. Sehingga seolah-olah tidak akan pernah cukup produksinya."
"Hitung-hitungannya emang tidak perlu impor kok. Karena kita tidak pernah lihat kondisi riil di lapangan, patokannya terus ke Bulog, kenaikan harga, harga naik harus impor. Harga naik, suplai kurang, belum tentu. Tapi psikologis pedagang kalau mau harga naik, ya naik."
2. Gudang Bulog sudah penuh beras
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan kapasitas gudang adalah 3,6 juta ton dan saat ini sudah terisi 2,4 juta ton belum termasuk beras impor.
"Di Jawa nanti kalau ada panen, saya disalahkan lagi, Bulog nggak bisa menyerap karena gudangnya penuh. Salah lagi. Sekarang yang sudah penuh itu gudang di wilayah non-produsen beras, yang wilayah produsen nanti kita siapkan lagi. Seperti Malang, saya geser stok dari Surabaya ke Malang," jelas Tri.
3. Impor beras akan menyerap devisa besar
Budi Waseso mengatakan saat ini RI juga harus mengerem impor, termasuk beras, sesuai dengan arahan pemerintah.
"Impor itu akan menyerap devisa negara yang besar, apalagi dengan kondisi dolar sekarang, jadi kalau tidak diperlukan, mubazir, untuk apa?"
4. Indonesia negara agraris
"Menurut saya, kita ini negara agraris. Harusnya kita tidak perlu impor pangan," jelas Buwas.
5. Masyarakat Indonesia tidak menyukai beras impor
Budi Waseso mengatakan beras impor berjenis pera di mana tidak sesuai selera konsumen di Indonesia.
"Saya evaluasi hasil impor-impor yang lalu. Ternyata jenis dan taste berasnya tidak sesuai dengan selera orang Indonesia. Banyak yang komplain, 'Pak kenapa ini berasnya keras?' Kalau ini didistribusikan, masyarakat pasti complain."
(ray/roy) Next Article Buwas: Jangan Provokasi Masyarakat Soal Impor Beras!
Meskipun demikian, Bulog tetap melaksanakan impor beras itu karena ada penugasan dari pemerintah.
Adapun izin impor beras yang diterbitkan oleh pemerintah pada tahun ini sebanyak 2 juta ton.
Sejumlah pernyataan pun dikeluarkan Bulog sebagai alasan mengapa impor beras tidak harus dilakukan:
1. Data tidak akurat
Budi Waseso mengatakan perkiraan konsumsi beras di Indonesia tidak menggambarkan kondisi riil.
"Kebutuhan masyarakat Indonesia per bulan 2,4-2,7 juta ton. [Itu] cara perhitungan BPS [dengan] 260 juta masyarakat Indonesia, [diyakini] setiap orang mengonsumsi 130 kg/tahun."
"Harusnya [hitungan juga] dibagi per usia, jangan dipukul rata. Bayi kan ga makan nasi, paling makan bubur, berapa sih berasnya. Sehingga seolah-olah tidak akan pernah cukup produksinya."
"Hitung-hitungannya emang tidak perlu impor kok. Karena kita tidak pernah lihat kondisi riil di lapangan, patokannya terus ke Bulog, kenaikan harga, harga naik harus impor. Harga naik, suplai kurang, belum tentu. Tapi psikologis pedagang kalau mau harga naik, ya naik."
2. Gudang Bulog sudah penuh beras
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan kapasitas gudang adalah 3,6 juta ton dan saat ini sudah terisi 2,4 juta ton belum termasuk beras impor.
"Di Jawa nanti kalau ada panen, saya disalahkan lagi, Bulog nggak bisa menyerap karena gudangnya penuh. Salah lagi. Sekarang yang sudah penuh itu gudang di wilayah non-produsen beras, yang wilayah produsen nanti kita siapkan lagi. Seperti Malang, saya geser stok dari Surabaya ke Malang," jelas Tri.
3. Impor beras akan menyerap devisa besar
Budi Waseso mengatakan saat ini RI juga harus mengerem impor, termasuk beras, sesuai dengan arahan pemerintah.
"Impor itu akan menyerap devisa negara yang besar, apalagi dengan kondisi dolar sekarang, jadi kalau tidak diperlukan, mubazir, untuk apa?"
4. Indonesia negara agraris
"Menurut saya, kita ini negara agraris. Harusnya kita tidak perlu impor pangan," jelas Buwas.
5. Masyarakat Indonesia tidak menyukai beras impor
Budi Waseso mengatakan beras impor berjenis pera di mana tidak sesuai selera konsumen di Indonesia.
"Saya evaluasi hasil impor-impor yang lalu. Ternyata jenis dan taste berasnya tidak sesuai dengan selera orang Indonesia. Banyak yang komplain, 'Pak kenapa ini berasnya keras?' Kalau ini didistribusikan, masyarakat pasti complain."
(ray/roy) Next Article Buwas: Jangan Provokasi Masyarakat Soal Impor Beras!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular