Internasional

PM China: Kami Hadapi Tantangan Sulit dalam Perekonomian

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 September 2018 15:52
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan telah mempersiapkan alat-alat yang yang cukup untuk menangani risiko dan tantangan ekonomi.
Perdana Menteri China Li Keqiang (Foto: Reuters)
Tianjin, CNBC Indonesia - Saat ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS)-China meninggi, Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang pada hari Rabu (19/9/2018) mengatakan pemerintahannya mampu membantu ekonomi domestik menghadapi berbagai tantangan.

"China dikonfrontasi dengan sejumlah kesulitan dan tantangan dalam perkembangan ekonomi," kata Li saat berpidato di konferensi Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Tianjin, China, dilansir dari CNBC International.



"Terintegrasi mendalam dengan perekonomian dunia, ekonomi China tidak bisa terhindar dari dampak perubahan penting dalam konteks ekonomi dan perdagangan global," katanya. "Tentu saja, kami menghadapi masalah yang lebih besar dalam mempertahankan kestabilan ekonomi China."

Namun, Li berkukuh negaranya merasa nyaman dengan situasi ekonominya. Li berkata Beijing telah "mempersiapkan alat-alat yang yang cukup untuk menangani risiko dan tantangan". Ia menambahkan bahwa "instrumen kebijakan ini akan meningkatkan ketangguhan China dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan."

Untuk ke depannya, Li berkata negaranya tidak berencana melakukan perubahan besar dalam kebijakan makroekonominya. China justru akan "memberi lebih banyak perhatian ke dalam langkah awal [preemptive] dan penyelarasan".

Perdana Menteri China Li KeqiangFoto: How Hwee Young/Pool via REUTERS
Perdana Menteri China Li Keqiang
Li, yang menjadi orang paling berpengaruh kedua di China setelah Presiden Xi Jinping, tidak menyebut perang dagang antara China dan AS secara spesifik. Namun, dia kembali mengulang pernyataan pemerintah bahwa "perdagangan bebas" menguntungkan dunia secara keseluruhan, dan negara-negara seharusnya mengambil keputusan bersama.

"Penting untuk mempertahankan prinsip-prinsip dasar multilateralisme dan perdagangan bebas," katanya.

"Terlepas dari kemungkinan berkembangnya aturan-aturan ini, kami yakin peraturan tersebut telah sangat menguntungkan perkembangan semua umat manusia. Dan bagi segala masalah yang ada, kami perlu berupaya melalui dialog: Tidak ada unilateralisme yang akan menawarkan solusi memungkinkan."

Yuan ChinaFoto: Mata Uang Yuan (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
Yuan China
Li berkata klaim bahwa depresiasi yuan terhadap dolar AS akhir-akhir ini adalah keputusan kebijakan yang disengaja dari Beijing "tidaklah benar".

"Depresiasi Renminbi yang kuat hanya akan memberi lebih banyak kerugian ketimbang keuntungan untuk negara kita," katanya. Renminbi adalah nama lain untuk yuan, mata uang China.

"China tidak akan mendorong ekspor dengan melemahkan mata uangnya, karena hal itu akan menghasilkan banyak laba dan keuntungan untuk China."

Li berkomentar setelah perselisihan dagang AS-China memanas dalam waktu 24 jam. Pasalnya, pemerintah Trump mengumumkan pengenaan bea masuk 10% terhadap produk impor China senilai US$200 miliar (Rp 2.978 triliun) per tanggal 24 September, kemudian akan dinaikkan menjadi 25% pada tanggal 1 Januari 2019.



Beijing pun merespons dengan bea masuk 10% dan 5% terhadap produk impor AS senilai US$60 miliar.

Di awal musim panas ini, kedua negara saling menjatuhkan bea masuk terhadap produk impor satu sama lain senilai US$50 miliar.
(prm) Next Article PM China: Tindakan Dagang Sepihak Tidak Selesaikan Masalah

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular