Perang Dagang dengan AS, China: Kami Tidak Takut!
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 September 2018 10:51

Shanghai, CNBC Indonesia- China tidak takut dengan "langkah ekstrim" yang diambil Amerika Serikat (AS) di dalam perang dagang. Negara Tirai Bambu itu akan menggunakan perang dagang sebagai sebuah peluang untuk mengganti impor, mempromosikan produk lokal dan mempercepat pengembangan produk berteknologi tinggi, kata kantor berita negara.
Melansir Reuters, harian People's Daily yang diterbitkan oleh Partai Komunis membuat komentar di artikel halaman depan edisi internasional pada hari Rabu (19/9/2018).
Dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu semakin tenggelam ke dalam perang dagang pada hari Selasa (18/9/2018), setelah Beijing menambahkan produk impor AS senilai US$60 miliar (Rp 893,9 triliun) ke daftar target tarif impor. Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk pembalasan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan bea masuk ke produk impor China senilai $200 miliar.
"Untuk berurusan dengan perang dagang, yang China harus lakukan adalah fokus pada dirinya sendiri dengan baik," tulis People's Daily.
"[China] tidak khawatir langkah perlawanan AS akan terlalu menaikkan harga komoditas domestik, tetapi justru akan menggunakannya sebagai sebuah peluang untuk mengganti impor, mempromosikan produk lokal atau mengembangkan manufaktur canggih berorientasi ekspor," katanya.
Tabloid The Global Times, yang terafiliasi dengan People's Daily, berkata perang dagang adalah sebuah peluang untuk mengejar pengakuan global yang lebih besar tentang pasar keuangannya. Ketegangan ini juga bisa lebih membuka pasar sahamnya unggulannya terhadap perusahaan-perusahaan Barat yang hendak melantai.
Sejauh ini, AS sudah menerapkan bea masuk terhadap produk China senilai $50 miliar untuk menekan Negeri Tirai Bambu agar segera mengubah kebijakan perdagangan, transfer teknologi dan subsidi industri berteknologi tinggi.
Tarif impor baru dari AS akan mulai diterapkan per tanggal 24 September, kemudian akan ditingkatkan menjadi 25% per tanggal 1 Januari 2019.
Beijing membalas dengan cara serupa, tetapi para analis dan pebisnis AS khawatir negara itu akan menggunakan cara lain. Misalnya, menekan perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di China.
China Daily, salah satu koran milik pemerintah China, juga mengatakan dalam editorial hari Rabu bahwa taktik AS akan terbukti tidak efektif.
"China selalu berhasil mencari solusi yang tepat untuk kembali memulihkan perekonomiannya," tulis China Daily.
"Konflik perdagangan tidak akan memaksa China untuk mengalah terhadap tekanan AS. Justru, menimbang ketangguhan perekonomiannya, negara ini akan menghadapi tantangan-tantangan itu, menemukan solusi tepat dan muncul dengan lebih kuat," tulisnya.
(gus) Next Article Awas Perang Dagang Bangkit, AS 'Kemplang' 23 Perusahaan China
Melansir Reuters, harian People's Daily yang diterbitkan oleh Partai Komunis membuat komentar di artikel halaman depan edisi internasional pada hari Rabu (19/9/2018).
Dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu semakin tenggelam ke dalam perang dagang pada hari Selasa (18/9/2018), setelah Beijing menambahkan produk impor AS senilai US$60 miliar (Rp 893,9 triliun) ke daftar target tarif impor. Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk pembalasan terhadap rencana Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan bea masuk ke produk impor China senilai $200 miliar.
"[China] tidak khawatir langkah perlawanan AS akan terlalu menaikkan harga komoditas domestik, tetapi justru akan menggunakannya sebagai sebuah peluang untuk mengganti impor, mempromosikan produk lokal atau mengembangkan manufaktur canggih berorientasi ekspor," katanya.
Tabloid The Global Times, yang terafiliasi dengan People's Daily, berkata perang dagang adalah sebuah peluang untuk mengejar pengakuan global yang lebih besar tentang pasar keuangannya. Ketegangan ini juga bisa lebih membuka pasar sahamnya unggulannya terhadap perusahaan-perusahaan Barat yang hendak melantai.
Sejauh ini, AS sudah menerapkan bea masuk terhadap produk China senilai $50 miliar untuk menekan Negeri Tirai Bambu agar segera mengubah kebijakan perdagangan, transfer teknologi dan subsidi industri berteknologi tinggi.
Tarif impor baru dari AS akan mulai diterapkan per tanggal 24 September, kemudian akan ditingkatkan menjadi 25% per tanggal 1 Januari 2019.
Beijing membalas dengan cara serupa, tetapi para analis dan pebisnis AS khawatir negara itu akan menggunakan cara lain. Misalnya, menekan perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di China.
China Daily, salah satu koran milik pemerintah China, juga mengatakan dalam editorial hari Rabu bahwa taktik AS akan terbukti tidak efektif.
"China selalu berhasil mencari solusi yang tepat untuk kembali memulihkan perekonomiannya," tulis China Daily.
"Konflik perdagangan tidak akan memaksa China untuk mengalah terhadap tekanan AS. Justru, menimbang ketangguhan perekonomiannya, negara ini akan menghadapi tantangan-tantangan itu, menemukan solusi tepat dan muncul dengan lebih kuat," tulisnya.
(gus) Next Article Awas Perang Dagang Bangkit, AS 'Kemplang' 23 Perusahaan China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular