
Gara-Gara Harga Minyak, Subsidi BBM dan LPG 2018 Bengkak!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
19 September 2018 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia- Subsidi untuk sektor energi pada tahun ini jauh meleset dari alokasi yang ditetapkan dalam APBN 2018. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga minyak dunia, yang meleset jauh dari asumsi makroekonomi pemerintah.
Aspek yang paling terlihat adalah alokasi subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) dan LPG, yang meroket dari semula Rp 46,86 triliun diprediksi menjadi Rp 103,5 triliun.
"Dengan perkembangan harga minyak terakhir sampai akhir 2018 diperkirakan subsidi BBM dan LPG 3 kilogram akan mencapai Rp 103,5 triliun," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara dalam rapat Badan Anggaran DPR RI, Rabu (19/9/2018).
Bengkaknya subsidi ini, lanjut Suahasil, juga karena ada penambahan alokasi subsidi solar yang semula ditetapkan Rp 500 per liter dmenjadi Rp 2.000 per liter.
Ia menjelaskan sejak 2015 BBM jenis Premium sudah tidak lagi disubsidi pemerintah, sehingga yang ditanggung adalah subsidi minyak tanah dan solar untuk jenis BBM.
Dari sisi kuota, realisasi konsumsi dua bahan bakar tadi sebenarnya selalu lebih rendah dari yang dianggarkan. Misal minyak tanah pada tahun lalu dialokasikan 0,6 juta KL tapi realisasinya hanya 0,5 juta KL.
Begitu juga dengan solar dari alokasi 16,1 juta KL, namun realisasinya hanya 15 juta KL.
"Jadi pembelajaran untuk buat perencanaan lebih baik," kata Suahasil.
Tapi beda dengan LPG 3 kilogram, justru tren konsumsinya meningkat atau lebih dari kuota.
"Saat ini, instruksi menyalurkan LPG tertutup sudah disampaikan sejak 3 tahun lalu," ujarnya.
Sementara untuk tahun depan, pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI menyepakati subsidi energi di tahun 2019 menjadi Rp 157,7 triliun. Alokasi itu naik tipis dibanding usulan pemerintah sebelumnya, yaitu Rp 156,5 triliun.
(miq) Next Article 4 Tahun Jokowi Subsidi Energi Rp 477 T, Turun 50%
Aspek yang paling terlihat adalah alokasi subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) dan LPG, yang meroket dari semula Rp 46,86 triliun diprediksi menjadi Rp 103,5 triliun.
Bengkaknya subsidi ini, lanjut Suahasil, juga karena ada penambahan alokasi subsidi solar yang semula ditetapkan Rp 500 per liter dmenjadi Rp 2.000 per liter.
Dari sisi kuota, realisasi konsumsi dua bahan bakar tadi sebenarnya selalu lebih rendah dari yang dianggarkan. Misal minyak tanah pada tahun lalu dialokasikan 0,6 juta KL tapi realisasinya hanya 0,5 juta KL.
Begitu juga dengan solar dari alokasi 16,1 juta KL, namun realisasinya hanya 15 juta KL.
"Jadi pembelajaran untuk buat perencanaan lebih baik," kata Suahasil.
Tapi beda dengan LPG 3 kilogram, justru tren konsumsinya meningkat atau lebih dari kuota.
"Saat ini, instruksi menyalurkan LPG tertutup sudah disampaikan sejak 3 tahun lalu," ujarnya.
Sementara untuk tahun depan, pemerintah dan Badan Anggaran DPR RI menyepakati subsidi energi di tahun 2019 menjadi Rp 157,7 triliun. Alokasi itu naik tipis dibanding usulan pemerintah sebelumnya, yaitu Rp 156,5 triliun.
(miq) Next Article 4 Tahun Jokowi Subsidi Energi Rp 477 T, Turun 50%
Most Popular