
4 Tahun Jokowi Subsidi Energi Rp 477 T, Turun 50%
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
04 January 2019 16:03

Jakarta, CNBC Indonesia- Subsidi energi kerap jadi sorotan di kinerja pemerintahan. Terutama di 2018, saat harga minyak mentah hampir sentuh level US$ 80 per barel, pemerintah berkeras tak naikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium.
Untuk 2018, asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) di APBN meleset dengan realisasi. ICP dipatok di US$ 48 per barel, sementara realisasi hingga Desember sentuh US$ 67 per barel.
Alhasil, subsidi energi jebol dari kuota APBN. Realisasi subsidi energi 2018 menyentuh Rp 153,5 triliun, melonjak 162% dari alokasi APBN 2018 yang semula ditetapkan hanya Rp 94,5 triliun. Adapun perincian subsidi energi adalah sebagai berikut:
- Subsidi BBM dan LPG Rp 97 triliun, capai 207% dibanding alokasi APBN yang Rp 46,9 triliun
- Subsidi Listrik Rp 56,5 triliun, capai 118% dari alokasi APBN 2018 yang Rp 47,7 triliun.
Meski begitu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, mengatakan dihitung secara 4 tahun kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo, subsidi energi turun drastis.
"Subsidi energi, ada komparasi di 2012-2014 itu dalam 3 tahun Rp 958 triliun. Sementara 4 tahun berikutnya (2014-2018) sebenarnya Rp 477 triliun," kata Jonan dalam paparan di Kementerian ESDM.
Artinya, subsidi turun hampir separuh. Di 2018, Jonan mengakui subsidi memang agak lebih besar. "Namun bisa dilihat di PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), subsidi kan dibelanjai didanai oleh penerimaan. Penerimaan sedang naik banyak," jelasnya.
Lagipula, di pemerintahan kali ini juga ada program BBM satu harga yang membuat rakyat di seluruh Indonesia bisa nikmati harga bensin yang sama dari barat ke timur.
"BBM satu harga, sampai akhir 2018 sudah 131 titik dari target 160 titik di 2019. Insya Allah bisa sampai 160 titik."
(gus/gus) Next Article Konsumsi Naik, Subsidi Solar 2019 Diproyeksi Jebol
Untuk 2018, asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) di APBN meleset dengan realisasi. ICP dipatok di US$ 48 per barel, sementara realisasi hingga Desember sentuh US$ 67 per barel.
- Subsidi BBM dan LPG Rp 97 triliun, capai 207% dibanding alokasi APBN yang Rp 46,9 triliun
- Subsidi Listrik Rp 56,5 triliun, capai 118% dari alokasi APBN 2018 yang Rp 47,7 triliun.
Meski begitu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, mengatakan dihitung secara 4 tahun kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo, subsidi energi turun drastis.
"Subsidi energi, ada komparasi di 2012-2014 itu dalam 3 tahun Rp 958 triliun. Sementara 4 tahun berikutnya (2014-2018) sebenarnya Rp 477 triliun," kata Jonan dalam paparan di Kementerian ESDM.
Artinya, subsidi turun hampir separuh. Di 2018, Jonan mengakui subsidi memang agak lebih besar. "Namun bisa dilihat di PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), subsidi kan dibelanjai didanai oleh penerimaan. Penerimaan sedang naik banyak," jelasnya.
Lagipula, di pemerintahan kali ini juga ada program BBM satu harga yang membuat rakyat di seluruh Indonesia bisa nikmati harga bensin yang sama dari barat ke timur.
"BBM satu harga, sampai akhir 2018 sudah 131 titik dari target 160 titik di 2019. Insya Allah bisa sampai 160 titik."
(gus/gus) Next Article Konsumsi Naik, Subsidi Solar 2019 Diproyeksi Jebol
Most Popular