Bank Sentral Inggris Tahan Bunga Acuan di 0,75%

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
13 September 2018 20:02
BOE menyatakan sembilan pengambil keputusan dalam rapat BOE secara anonim memilih menahan suku bunga acuan di posisi 0,75%.
Foto: Reuters


Ester Christine Natalia

Jakarta, CNBC Indonesia -- Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) memutuskan menahan suku bunga acuan pada Kamis (13/9/2018). Keputusan itu menghadirkan sorotan ihwal kekhawatiran pasar keuangan yang lebih besar terkait Brexit.

BOE menyatakan sembilan pengambil keputusan dalam rapat BOE secara anonim memilih menahan suku bunga acuan di posisi 0,75%. Hal itu sesuai dengan ekspektasi para ekonom dalam polling Reuters.

"Sejak pertemuan komite sebelumnya terdapat indikasi-indisikasi, terutama di pasar keuangan, tentang ketidakpastian yang lebih besar terkait perkembangan ke depan dalam proses keluar [dari Uni Eropa]," kata bank sentral seperti CNBC International.

BOE melaporkan dunia usaha terus berefisiensi dan menunda investasi menjelang Brexit, Maret 2019. Sekitar 40% eksportir menilai Brexit bakal merugikan penjualan mereka.

Meskipun begitu, BOE meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga dari 0,4% menjadi 0,5%. Sebagian disebabkan pengeluaran konsumen yang lebih kuat karena temperatur udara musim panas yang lebih hangat dari biasa.

Lebih lanjut, BOE juga melihat gangguan yang lebih besar pada pertumbuhan ekonomi global. Apalagi jika Amerika Serikat (AS) dan China melakukan langkah proteksionis dagang yang belakangan diumumkan.

Sebagian besar ekonom yang dihubungi Reuters memprediksi BOE tidak akan menaikkan suku bunga acuan lagi sampai Brexit terjadi. BOE menekankan kembali bahwa reaksi bisnis, pasar keuangan, dan rumah tangga terhadap Brexit akan berdampak pada kebijakan moneter.

Data bursa tenaga kerja juga menunjukkan peningkatan pengetatan. Tingkat pengangguran tetap berada di posisi terendah sejak 1975, dan upah, kecuali bonus yang tidak tentu, tumbuh melampaui angka tiga tahun lalu.

BOE mengatakan bisnis-bisnis menawarkan gaji karyawan di kisaran 2,5% sampai 3,5% lebih tinggi ketimbang setahun sebelumnya. Ini karena "meningkatnya" kesulitan perekrutan.
(miq/miq) Next Article Inggris Resmi 'Cerai' dengan Eropa, What's Next?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular