Menperin: Industri Mobil Listrik Tunggu Penghapusan PPnBM

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
05 September 2018 15:50
Presiden Joko Widodo minta agar RI masuk ke industri mobil listrik.
Foto: Ekspor 1 Juta Unit Toyota (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri otomotif masih terus menunggu diterbitkannya Peraturan Presiden tentang Program Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Untuk Transportasi Jalan.

Regulasi ini akan menjadi pijakan bagi agen pemegang merk (APM) untuk memahami arah pengembangan kendaraan listrik di tanah air.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan peta jalan (roadmap) pengembangan mobil listrik atau disebut juga dengan kendaraan rendah emisi karbon (low carbon emission vehicle/LCEV) sebenarnya telah selesai disusun.


Di peta jalan itu tercantum bahwa pada 2025, produksi mobil listrik harus 20% dari total produksi mobil secara keseluruhan.

Airlangga mengatakan peta jalan itu akan bisa dijalani jika regulasi Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil dihapus.

Apabila sebelumnya PPnBM dikenakan berdasarkan kapasitas mesin, Kemenperin mengusulkan agar skema tersebut diganti menjadi pajak kendaraan berbasis emisi karbon.

"Sekarang kita tinggal menunggu revisi PPnBM. Tadi saya sudah laporkan, PPnBM kita usulkan untuk dihapus, ini tinggal kita rapatkan di Menko sekali lagi, ini akan selesai," ujar Airlangga usai mendampingi Presiden Jokowi melepas ekspor CBU ke-1 juta Toyota di Terminal Kendaraan Tanjung Priok (IPC Car Terminal), Rabu (5/9/2018).

Menurutnya, pasar otomotif tanah air membutuhkan revisi PPnBM agar pajak bagi kendaraan LCEV, apapun varian bentuk dan kapasitas mesinnya, bisa diturunkan, atau bahkan dihapus.

"Karena bagaimana industri kita bisa menciptakan market kalau harga mobil listrik lebih mahal daripada mobil biasa. Makanya kalau PPnBM diturunkan atau dihapuskan, itu akan seimbang," jelasnya.

"Kita tahu kalau mobil listrik itu kan seperti pabrik, capex-nya lebih besar, harganya lebih mahal daripada biaya operasional. Tetapi kan yang terpenting bagi pabrikan adalah harga total di awal. Mereka nggak menghitung depresiasi panjang, itu consumer behaviour," imbuhnya.

Selain itu, Airlangga menyebutkan bahwa studi LCEV dengan Toyota dan Mitsubishi juga sedang berjalan, dengan hasil sementara ini menunjukkan bahwa tipe plug-in hybrid (PHEV) adalah yang paling cocok untuk Indonesia

"Kenapa? Karena dari segi infrastruktur dan teknologi suitable, ini yang kita paling siap. Nah, ini studinya masih berjalan dengan 5 universitas," pungkasnya.
(ray) Next Article Saingi Mobil China, Hyundai Ingin Bangun Pabrik di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular