
Rupiah Terus Merosot, Ini Instruksi Menteri Rini ke BUMN
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
31 August 2018 18:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah hingga pada hari ini menyentuh level terbaru di Rp 14.700/US$.
Menyusul hal itu, Menteri BUMN Rini Soemarno menginstruksikan beberapa hal agar perusahaan pelat merah lebih berperan dalam mendukung penguatan rupiah.
"Memang saat ini kita coba selalu tekankan, sekarang adalah bagaimana kita mengurangi impor," katanya saat meluncurkan aturan penggunaan B20, Jumat (31/8/2018).
Sementara itu, bagi BUMN yang melakukan ekspor seperti batu bara, timah, nikel, dia meminta agar tetap menjaga pendapatan dolar untuk mendukung kepentingan dalam negeri.
"Saya mengatakan, yang eksportir saya menekankan harus menjaga pendapatan dolar-nya untuk kepentingan dari dalam negeri, untuk mendukung BUMN juga. Pertamina masih harus impor dan membutuhkan dolar," ujar dia.
Di sisi lain, lanjut Rini, pemerintah juga tengah mencari inovasi supaya dapat mengurangi ketergantungan impor.
Ia pun mencontohkan, misalnya, beberapa mobile power plant dari PLN yang bisa dikonversi agar bahan bakarnya memakai 100% minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
"Ini yang sedang kami coba, sedang usulkan, semoga dapat diterima untuk mengonversi itu jadi sekitar 1.000 megawatt. Tetapi, memang ini rencana jangka menengah panjang. Ini bisa mengurangi devisa sampai dengan US$ 1 miliar. Hal seperti itu yang kita coba," pungkas Rini.
Dia mengatakan penggunaan 100% CPO di PLN bukan tidak mungkin diwujudkan karena saat ini sudah ada alat yang bisa mendukung program tersebut.
(ray/ray) Next Article BRI, Mandiri, BNI, dan BTN Koordinasikan Kebutuhan Dolar BUMN
Menyusul hal itu, Menteri BUMN Rini Soemarno menginstruksikan beberapa hal agar perusahaan pelat merah lebih berperan dalam mendukung penguatan rupiah.
"Memang saat ini kita coba selalu tekankan, sekarang adalah bagaimana kita mengurangi impor," katanya saat meluncurkan aturan penggunaan B20, Jumat (31/8/2018).
Sementara itu, bagi BUMN yang melakukan ekspor seperti batu bara, timah, nikel, dia meminta agar tetap menjaga pendapatan dolar untuk mendukung kepentingan dalam negeri.
"Saya mengatakan, yang eksportir saya menekankan harus menjaga pendapatan dolar-nya untuk kepentingan dari dalam negeri, untuk mendukung BUMN juga. Pertamina masih harus impor dan membutuhkan dolar," ujar dia.
Di sisi lain, lanjut Rini, pemerintah juga tengah mencari inovasi supaya dapat mengurangi ketergantungan impor.
Ia pun mencontohkan, misalnya, beberapa mobile power plant dari PLN yang bisa dikonversi agar bahan bakarnya memakai 100% minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
"Ini yang sedang kami coba, sedang usulkan, semoga dapat diterima untuk mengonversi itu jadi sekitar 1.000 megawatt. Tetapi, memang ini rencana jangka menengah panjang. Ini bisa mengurangi devisa sampai dengan US$ 1 miliar. Hal seperti itu yang kita coba," pungkas Rini.
Dia mengatakan penggunaan 100% CPO di PLN bukan tidak mungkin diwujudkan karena saat ini sudah ada alat yang bisa mendukung program tersebut.
(ray/ray) Next Article BRI, Mandiri, BNI, dan BTN Koordinasikan Kebutuhan Dolar BUMN
Most Popular