
Mercedes-Benz: Rupiah Melemah, Konsumen Tahan Beli Mobil
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
31 August 2018 16:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah terhadap dolar AS terus berlanjut hingga hari ini (31/8/2018).
Pada penutupan pukul 16.00 WIB, US$1 ditutup pada Rp 14.725 di pasar spot. Rupiah melemah 0,27% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Pabrikan mobil premium asal Jerman, Mercedes-Benz turut terdampak akibat pelemahan kurs yang sejak awal tahun telah mencapai 7,4% terhadap greenback.
Deputy Director Sales Operation & Product Management Mercedes-Benz Cars, Kariyanto Hardjosoemarto, mengatakan pihaknya terus memonitor pergerakan nilai tukar, terutama Euro.
Menurutnya, dari sisi harga kendaraan, penguatan dolar AS tidak serta-merta menaikkan harga kendaraan Mercedes-Benz yang diimpor secara utuh (completely built up/CBU), apalagi kalau kenaikannya bersifat sementara/sesaat.
"Oleh karena itu, kami terus memantau pergerakannya dan berharap semoga kenaikan USD tidak terjadi secara berkelanjutan," ujar Kariyanto kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/8/2018).
Namun, pihaknya justru melihat resiko penurunan daya beli datang dari sisi konsumen, di mana pergerakan nilai tukar mungkin membuat beberapa calon pembeli mengambil posisi "wait and see".
"Karena mungkin pelemahan rupiah berkaitan dengan usahanya atau bisnis yang dijalankannya. Jika hal itu terjadi, maka biasanya konsumen akan menunda dulu pembelian kendaraannya," jelasnya.
(ray) Next Article Mercedes-Benz: Pasar Mobil Premium Lesu Pada Mei dan Juni
Pada penutupan pukul 16.00 WIB, US$1 ditutup pada Rp 14.725 di pasar spot. Rupiah melemah 0,27% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Pabrikan mobil premium asal Jerman, Mercedes-Benz turut terdampak akibat pelemahan kurs yang sejak awal tahun telah mencapai 7,4% terhadap greenback.
Menurutnya, dari sisi harga kendaraan, penguatan dolar AS tidak serta-merta menaikkan harga kendaraan Mercedes-Benz yang diimpor secara utuh (completely built up/CBU), apalagi kalau kenaikannya bersifat sementara/sesaat.
"Oleh karena itu, kami terus memantau pergerakannya dan berharap semoga kenaikan USD tidak terjadi secara berkelanjutan," ujar Kariyanto kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/8/2018).
Namun, pihaknya justru melihat resiko penurunan daya beli datang dari sisi konsumen, di mana pergerakan nilai tukar mungkin membuat beberapa calon pembeli mengambil posisi "wait and see".
"Karena mungkin pelemahan rupiah berkaitan dengan usahanya atau bisnis yang dijalankannya. Jika hal itu terjadi, maka biasanya konsumen akan menunda dulu pembelian kendaraannya," jelasnya.
(ray) Next Article Mercedes-Benz: Pasar Mobil Premium Lesu Pada Mei dan Juni
Most Popular