Internasional

Menlu AS Batal Berkunjung, Hubungan AS-Korut Kembali Retak

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 August 2018 16:28
Indikasi keretakan hubungan ini dari batalnya Menlu AS berkunjung dan media korut menuduh AS melakukan
Foto: Anthony Wallace/Pool via Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan diplomatik Amerika Serikat (AS) dengan Korut Utara saat ini lebih buruk dibandingkan dengan sebelum Presiden Donald Trump bertemu dengan pemimpin negara yang pembangkang itu, kata seorang pakar kepada CNBC pada hari Senin (27/8/2018).
 
Pernyataan itu dikeluarkan setelah munculnya berita di media yang dikendalikan pemerintah Korea Utara pada hari Minggu, yang menuduh AS melakukan "kesepakatan ganda" dan "melahirkan plot criminal" terhadap Pyongyang setelah Washington secara tiba-tiba membatalkan kunjungan Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo.

Keputusan pembatalan perjalanan Pompeo tampaknya dibuat secara tiba-tiba, hanya sehari setelah Pompeo mengumumkan kunjungannya.
 
Sejak pertemuan puncak antara Trump dengan diktator Korea Utara Kim Jong Un, AS telah membatalkan latihan militernya dengan Korea Selatan sementara China dan Rusia telah mengurangi tekanan terhadap Korea Utara.
 
"Hubungan lebih buruk daripada keadaaan sebelum pertemuan terjadi, meski China dan Rusia telah mengurangi tekanan sanksi terhadap Korea Utara. AS juga secara sepihak membatalkan latihan militer dengan Korea Selatan, di mana presiden [Trump] sendiri memberi label latihan ini provokatif, yang tentu saja dikhawatirkan Jepang," kata Sean King, wakil presiden senior di kebijakan publik dan perusahaan pengembangan bisnis Park Strategies.
 
Bahkan selama pertemuan bulan Juni, kedua belah pihak tampaknya salah paham dengan apa yang mereka sepakati, tambah King, melansir CNBC International.
 
"Trump mengira dia (Kim Jong Un) akan menyerahkan nuklirnya dan kemudian mereka akan bekerja menuju semacam kesepakatan damai. Tetapi dalam pikiran Kim, ini adalah akhir dari aliansi AS-Korea Selatan terlebih dahulu dan kemudian mungkin dia akan melakukan denuklirisasi," Kata King.
 
King mengatakan yang menjadi bagian dari masalah adalah perbedaan pendapat tentang strategi di dalam Gedung Putih.
 
"Anda memiliki staf profesional yang berbicara dengan garis keras, dan presiden merasa dia bisa melakukan kesepakatan sendiri berdasarkan chemistry pribadi. Hal ini seperti kami memiliki dua pemerintahan paralel dan Korea Utara mencoba mengeksploitasi itu," kata King.    




(roy) Next Article Kim Jong Un Komitmen Denuklirisasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular