Jelang Lelang Harga Obligasi Terkoreksi, Ada "Cornering"?

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 August 2018 12:41
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar obligasi pemerintah bervariasi dengan kecenderungan terkoreksi pada awal perdagangan menjelang lelang rutin siang ini. 

Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield menjadi acuan yang lebih umum digunakan dalam bertransaksi obligasi (bond) dibanding harga karena mencerminkan tenor, kupon, dan risiko dalam satu angka. 

Ketiga seri yang terkoreksi itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, dan FR0065 bertenor 15 tahun. Seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun itu mengalami kenaikan yield 1 basis poin, 2 bps, dan 1 bps menjadi 7,81%, 7,96%, dan 8,07%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Di sisi lain, satu seri acuan lain yaitu 20 tahun masih flat mesekipun cenderung mengalami penguatan harga dan penurunan yield, yaitu 0,6% menjadi 8,38%.
 

Yield Obligasi Negara Acuan 28 Aug 2018

SeriBenchmarkYield 27 Aug 2018 (%) Yield 28 Aug 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun7.7957.8121.70
FR006410 tahun7.9367.9642.80
FR006515 tahun8.0618.0741.30
FR007520 tahun8.3888.382-0.60
Sumber: Reuters 

Koreksi harga tersebut juga berdampak pada melebarnya selisih(spread) SBN 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor serupa, yaitu 511,1 bps. Tenor 10 tahun merupakan salah satu acuan khusus karena biasanya menjadi yang paling likuid di pasar. 

Spread tersebut melebar secara terbatas dibanding posisi kemarin 511 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,85% dan yield SBN tenor 10 tahun 7,96%. 

Spread yang melebar dapat memicu investor global untuk menyeimbangkan (rebalancing) portofolio dalam jangka pendek. Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Pelemahan di pasar surat utang rupiah hari ini sebenarnya merupakan anomali mengingat investasi di surat berharga domestik lain justru menguat di tengah absennya sentimen negatif global hingga siang ini.

Di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang posisi indeks saham acuan dan rupiah masih menguat meskipun belum signifikan. Kurs rupiah masih menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pantauan terakhir 11:00, yaitu Rp 14.610 untuk setiap dolar AS di pasar spot. Posisi itu menguat tipis 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. 

Di pasar ekuitas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan utama pasar saham menguat 23 poin (0,39%) menjadi 6.049. Pasar surat berharga domestik hari ini memang cenderung 'adem ayem' mengingat belum ada kontraksi pasar global akibat sentimen perang dagang. 

Pemerintahan Trump masih memperlihatkan keberhasilannya berunding dengan mitra dagang sehingga belum memancing reaksi kontra, dan yang terbaru adalah hasil perundingan dengan Meksiko dan prospek hasil perundingan yang positif dengan Kanada dengan ancaman bea impor otomotif. 

Sentimen negatif lira di Turki pun juga sudah mereda meskipun episode dramanya belum benar-benar selesai. 

Anomali pasar SBN dapat dicermati terkait dengan lelang hari ini, di mana pelaku pasar lumrah menekan harga di pasar sehingga yield naik, dan akan menggiring yield dalam lelang dapat lebih tinggi daripada kondisi normal.

Penggiringan harga ini biasa disebut pembentukan harga (cornering) pasar untuk menentukan yield lelang sesuai dengan yang diinginkan.

Rencana Lelang Surat Berharga Negara (SBN) 28 Aug 2018

SeriSPN03181129SPN12190829FR0063FR0064FR0065FR0075
Jatuh tempo1-Nov-181-Aug-1915-May-2315-May-2815-May-3315-May-38
Target indikatif10,000
Target maksimal20,000
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu  

Dalam penerbitan SBN melalui lelang rutin hari ini, pemerintah menargetkan dapat menerbitkan efek utang senilai Rp 10 triliun-Rp 20 triliun dari lima seri yang ditawarkan. 

Lelang hari ini akan melibatkan dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) bertenor 3 bulan dan tenor 12 bulan dan empat seri kupon tetap (fixed rate/FR). SPN merupakan SBN bertenor di bawah 1 tahun. Seri FR yang ditawarkan dalam lelang juga merupakan empat seri acuan utama tahun ini. 

I Made Adi Saputra, Head of Fixed Income Research PT MNC Sekuritas, menyatakan dengan absennya sentimen negatif dari pasar global, lelang hari ini akan relatif ramai dengan angka penawaran pelaku pasar yang di atas rerata beberapa lelang terakhir. Dia memprediksi lelang akan dipenuhi penawaran Rp 25 triliun- Rp 35 triliun. 

"[Sentimen positif juga] disebabkan pemerintah juga sedang berusaha memenuhi target penerbitan SBN," ujarnya.

Dia mencatat pemerintah mememiliki rencana penerbitan SBN senilai Rp 181 triliun yang berasal dari 7 kali lelang SBN konvensional dan 6 kali lelang SBN berprinsip syariah. 

Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Yudistira Yudadisastra dan Handy Yunianto memprediksi jumlah permintaan yang lebih tinggi lagi, yaitu dapat mencapai Rp 35 triliun- Rp 40 triliun. 

Menurut dia, saat ini sentimen positif yang lebih berpengaruh di pasar adalah yield SBN yang sudah menarik di hadapan investor global dibanding sebelumnya, khususnya pada obligasi pemerintah denominasi asing (sura utang global).

Yield yang menarik tentunya mengindikasikan bahwa koreksi harga yang sudah terjadi beberapa hari terakhir sudah membuat yield naik ke level yang relatif tinggi. 

Saat ini, spread SBN rupiah dengan UST yang 511 bps sudah menunjukkan yield yang menarik. Hal itu ditambah spread yield obligasi pemerintah denominasi dolar AS (INDOGB) tenor 10 tahun (2,853%) dengan UST 10 tahun (4,485%) juga sudah mencapai 163 bps. 

Prediksi Yield Wajar Lelang SBN 28/8/2018
SeriMNC SekuritasMandiri Sekuritas
SPN031811295,25% - 5,34% 5,3% (5,25%-5,35%)
SPN121908296,15% - 6,25%6,36% (6,31%-6,41%)
FR00637,68% - 7,78%7,83% (7,78%-7,88%)
FR00647,87% - 7,96%7,94% (7,89%-7,99%)
FR00658,00% - 8,09%8,09% (8,04%-8,14%)
FR00758,31% - 8,4%8,37% (8,32%-8,42%)
Jumlah permintaanRp 25 triliun-Rp 35 triliunRp 35 triliun-Rp 40 triliun
Sumber: Diolah  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Merespons Komentar Powell, Dow Futures Lanjutkan Pelemahan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular