
Perang Dagang Dimulai Lagi, Reli Obligasi Terhenti
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
24 August 2018 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga obligasi yang terjadi sejak awal pekan dipadamkan oleh penerapan tarif dagang China-Amerika Serikat (AS) yang berlaku mulai kemarin.
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Ketiga seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun mengalami koreksi harga dan mendongkrak yield-nya masing-masing 4 basis poin (bps), 5 bps, dan 2 bps menjadi 7,79%, 7,88%, dan 8,4%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu FR0065 yang bertenor 15 tahun masih mengalami penguatan harga sehingga yield-nya turun 5 bps menjadi 8,16%.
Penguatan harga terjadi di pasar obligasi pemerintah secara serempak pada empat seri acuan sejak Senin hingga kemarin.
Meskipun tipis, penguatan harga tersebut terjadi serempak dan berturut-turut sehingga menimbulkan reli harga bersamaan dengan harapan pelaku pasar global terhadap hasil diplomasi delegasi perdagangan China yang melawat ke Washington hingga Kamis.
Namun, perundingan berakhir tanpa terobosan apapun, bersamaan dengan diberlakukannya pengenaan tarif impor AS terhadap berbagai produk China senilai US$16 miliar (Rp 234 triliun) secara resmi hari Kamis. China langsung membalas dengan bea impor baru untuk produk Negeri Paman Sam dengan nilai US$ 16 miliar.
Sumber: Reuters
Koreksi pada SBN tersebut membuat selisih (spread) yield tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa kembali melebar.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,833% dan berselisih 5,05% dengan SBN tenor 10 tahun 7,888%. Spread itu melebar dari posisi kemarin 5,01% atau 501 bps.
Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, dapat memicu investor global menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karena harga SBN tertekan.
Koreksi tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu
Pelemahan hari ini juga terjadi menghadapi lelang SBN rutin pekan depan yang ditargetkan dapat membantu pemerintah menambah Rp 10 triliun-Rp 20 triliun untuk pembiayaan APBN-nya.
Jika awan gelap sentimen negatif global itu masih bertahan hingga pekan depan, maka tidak mustahil hasil lelang Selasa pekan depan dapat memberi hasil kurang maksimal dari sisi minat, jumlah penerbitan, dan yield yang dimenangkan.
Koreksi di pasar surat utang pemerintah hari ini ternyata juga masih terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang sejak awal perdagangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 23 poin (0,39%) menjadi 5.959 hingga siang ini, dan nilai tukar garuda tertekan 4 poin (0,03%) menjadi Rp 14.655 di hadapan tiap dolar AS pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Reli 3 Hari Berturut, ke Mana Arah Pasar Obligasi Hari Ini?
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark) yang sekaligus melambungkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Ketiga seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 20 tahun mengalami koreksi harga dan mendongkrak yield-nya masing-masing 4 basis poin (bps), 5 bps, dan 2 bps menjadi 7,79%, 7,88%, dan 8,4%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan harga terjadi di pasar obligasi pemerintah secara serempak pada empat seri acuan sejak Senin hingga kemarin.
Meskipun tipis, penguatan harga tersebut terjadi serempak dan berturut-turut sehingga menimbulkan reli harga bersamaan dengan harapan pelaku pasar global terhadap hasil diplomasi delegasi perdagangan China yang melawat ke Washington hingga Kamis.
Namun, perundingan berakhir tanpa terobosan apapun, bersamaan dengan diberlakukannya pengenaan tarif impor AS terhadap berbagai produk China senilai US$16 miliar (Rp 234 triliun) secara resmi hari Kamis. China langsung membalas dengan bea impor baru untuk produk Negeri Paman Sam dengan nilai US$ 16 miliar.
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Aug 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 23 Aug 2018 (%) | Yield 24 Aug 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 7.75 | 7.792 | 4.20 |
FR0064 | 10 tahun | 7.838 | 7.888 | 5.00 |
FR0065 | 15 tahun | 8.218 | 8.164 | -5.40 |
FR0075 | 20 tahun | 8.386 | 8.406 | 2.00 |
Koreksi pada SBN tersebut membuat selisih (spread) yield tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa kembali melebar.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,833% dan berselisih 5,05% dengan SBN tenor 10 tahun 7,888%. Spread itu melebar dari posisi kemarin 5,01% atau 501 bps.
Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, dapat memicu investor global menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karena harga SBN tertekan.
Koreksi tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Rencana Lelang Surat Berharga Negara (SBN) 28 Aug 2018 | |||||
Seri | SPN03181101 | SPN12190411 | FR0063 | FR0064 | FR0075 |
Jatuh tempo | 1-Nov-18 | 1-Aug-18 | 15-May-23 | 15-May-28 | 15-May-33 |
Target indikatif | 10,000 | ||||
Target maksimal | 20,000 |
Pelemahan hari ini juga terjadi menghadapi lelang SBN rutin pekan depan yang ditargetkan dapat membantu pemerintah menambah Rp 10 triliun-Rp 20 triliun untuk pembiayaan APBN-nya.
Jika awan gelap sentimen negatif global itu masih bertahan hingga pekan depan, maka tidak mustahil hasil lelang Selasa pekan depan dapat memberi hasil kurang maksimal dari sisi minat, jumlah penerbitan, dan yield yang dimenangkan.
Koreksi di pasar surat utang pemerintah hari ini ternyata juga masih terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang sejak awal perdagangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 23 poin (0,39%) menjadi 5.959 hingga siang ini, dan nilai tukar garuda tertekan 4 poin (0,03%) menjadi Rp 14.655 di hadapan tiap dolar AS pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Reli 3 Hari Berturut, ke Mana Arah Pasar Obligasi Hari Ini?
Most Popular