
Internasional
Bukan Perang Dagang, Risiko Terbesar China di Sektor Properti
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
21 August 2018 11:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak pihak yang menganggap perang dagang menjadi tantangan terbesar China saat ini. Nyatanya, tantangan terbesar Tiongkok adalah sektor properti yang mulai overheating.
Kepala Ekonom China Daratan di Macquaire Larry Hu mengatakan sektor properti merupakan risiko terbesar China dalam 12 bulan ke depan ketimbang perang dagang. Larry memantau harga properti di kota-kota dengan tier rendah dan lebih kecil yang mengalami penurunan harga setelah kenaikan harga yang tajam.
Investasi sektor properti telah menyumbang sekitar dua pertiga aset rumah tangga di China, menurut Noah Holdings. Pasar properti juga memiliki peran yang signifikan untuk pemasukan pemerintah lokal, pinjaman bank dan investasi korporat. Perlambatan tajam dalam pertumbuhan pasar properti dan jatuhnya harga akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.
Mengutip CNBC International, pasar properti memang overheating, hasil riset minggu lalu dari Tospur Real Estate Consulting: harga jual rata-rata untuk perumahan non-pemerintah yang baru dibangun di 60 kota tier-tiga dan tier-empat naik 28,1% dari Januari 2016 hingga Mei 2018.
(roy/roy) Next Article 61 Tewas dan 356 Ribu Warga Mengungsi Akibat Banjir di China
Kepala Ekonom China Daratan di Macquaire Larry Hu mengatakan sektor properti merupakan risiko terbesar China dalam 12 bulan ke depan ketimbang perang dagang. Larry memantau harga properti di kota-kota dengan tier rendah dan lebih kecil yang mengalami penurunan harga setelah kenaikan harga yang tajam.
Investasi sektor properti telah menyumbang sekitar dua pertiga aset rumah tangga di China, menurut Noah Holdings. Pasar properti juga memiliki peran yang signifikan untuk pemasukan pemerintah lokal, pinjaman bank dan investasi korporat. Perlambatan tajam dalam pertumbuhan pasar properti dan jatuhnya harga akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.
Riset ini ditulis bersama oleh Sheng Songcheng, seorang penasihat bank sentral China dan profesor di China Europe International Business School, yang merupakan usaha bersama pendidikan yang didirikan oleh pemerintah China dan Uni Eropa.
Harga properti domestik secara keseluruhan juga telah meningkat selama lebih dari tiga tahun, peningkatan beruntun terpanjang sejak 2008, kata laporan tersebut, mengutip data Biro Statistik Nasional.
Penjualan Properti
Minggu lalu, Nanjing yang merupakan kota tier-dua, mengumumkan larangan pembelian perumahan kepada perusahaan properti, menyusul langkah serupa untuk membatasi spekulasi oleh Shanghai dan beberapa kota lainnya.
Sebuah langkah yang bagus untuk mengendalikan risiko, menurut Joe Zhou, direktur perusahaan real estate dan manajer investasi JLL China. Dia mengatakan pemerintah tidak mungkin segera melonggarkan kebijakannya dan rata-rata harga bisa turun.
Namun, tidak jelas apakah penurunan di pasar properti China akan berdampak pada pertumbuhan keseluruhan pada skala yang sama. Publik masih mengharapkan harga properti meningkat karena pemerintah terus-menerus beralih antara kebijakan pengetatan dan pelonggaran, seringkali untuk mencegah penurunan pertumbuhan, CEIBS Sheng mengatakan dalam laporan tersebut.
Umumnya analis juga memprediksi pihak berwenang akan melawan langkah pengetatan dengan stimulus di bagian lain dari ekonomi, contohnya infrastruktur. Sementara itu, ekonomi yang bergantung pada ekspor China juga menghadapi tekanan dari bea masuk AS dan meningkatnya ketegangan perdagangan.
Prospek ekonomi mungkin stabil untuk saat ini. Tetapi, jika kontrol di pasar properti tidak meningkat, maka uang akan tetap mengalir ke properti daripada kebutuhan ekonomi seperti manufaktur, inovasi teknologi dan pariwisata, menurut Thales Qin, direktur eksekutif dari China Institute for Globalization of Cities, think tank yang berbasis di Beijing.
Harga properti domestik secara keseluruhan juga telah meningkat selama lebih dari tiga tahun, peningkatan beruntun terpanjang sejak 2008, kata laporan tersebut, mengutip data Biro Statistik Nasional.
Penjualan Properti
![]() |
Minggu lalu, Nanjing yang merupakan kota tier-dua, mengumumkan larangan pembelian perumahan kepada perusahaan properti, menyusul langkah serupa untuk membatasi spekulasi oleh Shanghai dan beberapa kota lainnya.
Sebuah langkah yang bagus untuk mengendalikan risiko, menurut Joe Zhou, direktur perusahaan real estate dan manajer investasi JLL China. Dia mengatakan pemerintah tidak mungkin segera melonggarkan kebijakannya dan rata-rata harga bisa turun.
Namun, tidak jelas apakah penurunan di pasar properti China akan berdampak pada pertumbuhan keseluruhan pada skala yang sama. Publik masih mengharapkan harga properti meningkat karena pemerintah terus-menerus beralih antara kebijakan pengetatan dan pelonggaran, seringkali untuk mencegah penurunan pertumbuhan, CEIBS Sheng mengatakan dalam laporan tersebut.
Umumnya analis juga memprediksi pihak berwenang akan melawan langkah pengetatan dengan stimulus di bagian lain dari ekonomi, contohnya infrastruktur. Sementara itu, ekonomi yang bergantung pada ekspor China juga menghadapi tekanan dari bea masuk AS dan meningkatnya ketegangan perdagangan.
Prospek ekonomi mungkin stabil untuk saat ini. Tetapi, jika kontrol di pasar properti tidak meningkat, maka uang akan tetap mengalir ke properti daripada kebutuhan ekonomi seperti manufaktur, inovasi teknologi dan pariwisata, menurut Thales Qin, direktur eksekutif dari China Institute for Globalization of Cities, think tank yang berbasis di Beijing.
(roy/roy) Next Article 61 Tewas dan 356 Ribu Warga Mengungsi Akibat Banjir di China
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular