Sanksi Iran Penuh Ketidakpastian, Harga Minyak Stabil

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
21 August 2018 10:19
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman Oktober 2018 naik tipis 0,01% ke level US$72,22/barel
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman Oktober 2018 naik tipis 0,01% ke level US$72,22/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak September 2018 mampu naik lebih kencang sebesar 0,41% ke US$66,70/barel pada perdagangan hari ini Selasa (21/08/2018) hingga pukul 10.00 WIB.

Harga sang emas hitam pada pagi ini masih cenderung labil, terombang-ambing akibat sanksi Iran yang masih penuh dengan ketidakpastian. Meski demikian, keluarnya perusahaan-perusahaan minyak Eropa dari Iran masih mendominasi jalannya perdagangan, sehingga harga minyak masih cenderung positif.



Sanksi AS kepada Negeri Persia menargetkan sektor finansial per Agustus 2018, dan akan mencakup ekspor minyak mentah pada November 2018 mendatang. Analis memprediksi sanksi tersebut dapat menghilangkan 1 juta barel/hari pasokan minyak mentah Iran dari pasar di tahun depan.

Kemarin, Iran sebenarnya sudah meminta ke Uni Eropa untuk mempercepat upaya untuk menjaga kesepakatan nuklir pada tahun 2015 antara Teheran dengan sejumlah negara dengan perekonomian besar. Di bawah tampuk kepemimpinan Presiden Barack Obama, AS juga ikut dalam kesepakatan itu. Namun, pada Mei 2018, Presiden AS teranyar Donald Trump memutuskan untuk keluar dari perjanjian.

Akan tetapi, sejauh ini respon Benua Biru justru sebaliknya. Beberapa perusahaan (khususnya dari Eropa) mulai hengkang dari Iran karena takut terseret sanksi Negeri Adidaya. Trump memang mengancam akan memberi hukuman bagi siapa saja yang terlibat bisnis dengan Iran.

Total, perusahaan energi asal Prancis, sudah resmi keluar dari proyek gas di daerah Pars. "Proses penggantian dengan perusahaan lain sedang berjalan," ungkap Bijan Namdar Zanganeh, Menteri Perminyakan Iran, seperti dikutip Reuters.

Total masuk ke proyek ini pada 2017 dengan investasi awal mencapai US$1 miliar (Rp 14,57 triliun dengan kurs sekarang). Namun mereka tidak kuasa membendung kekhawatiran terkena sanksi dari Paman Trump. Saat, investor ramai-ramai kabur, kini produksi minyak Iran pun ada di ujung tanduk.

Meski demikian, sentimen positif bagi harga minyak tersebut sedikit dinetralkan oleh China yang dikabarkan menghiraukan sanksi AS terhadap Iran. Negeri Tirai Bambu memberi sinyal bahwa mereka akan terus membeli minyak Iran dalam jumlah besar. Sebagai informasi, China adalah importir minyak terbesar di dunia, mencapai nyaris 20% dari total impor minyak dunia.

Kemudian, berkurangnya pasokan dari Iran juga masih dapat dikompensasi oleh peningkatan produksi dari negara-negara di luar Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). BNP Paribas menyatakan bahwa negara-negara non-OPEC dapat menggenjot produksi minyaknya hingga 2 juta barel/hari di 2018, dan 1,9 juta barel/hari di 2019.     


(RHG/gus) Next Article Brent Anjlok Nyaris 1%, Minyak Jauhi US$ 80/barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular