Jokowi Minta PLN Tahan Impor, 35 Ribu MW Bakal Dievaluasi

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
15 August 2018 17:17
Proyek 35 ribu mw bakal dievaluasi untuk memastikan proyek apa yang bisa ditahan demi menunda impor barang modal
Foto: CNBC Indonesia/Fitri Said
Jakarta, CNBC Indonesia- Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Andy N Sommeng mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi terkait proyek 35 ribu MW menyusul adanya arahan Presiden Joko Widodo untuk membatasi impor barang-barang pengadaan. 

Evaluasi, lanjut Andy, akan dilakukan pada proyek pembangkit listrik yang masih dalam tahap perencanaan. Selain itu juga proyek pembangkit yang belum jelas pendanaannya atau belum financial close (FC). 



"Kami sedang mengevaluasi karena kan sudah ada yang commercial operation date (COD). Paling yang bakal tertunda sekitar 3-4% (dari proyek 35 ribu MW) yang masih dalam perencaan. Kalau perencanaan kan baru direncanakan, belum tahu dananya dari mana," tutur Andy kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Lebih lanjut, Andy mengatakan, yang dievaluasi termasuk Independent Power Producer (IPP) dengan alokasi 25 ribu Megawatt dan PLN 10 ribu MW."Nanti kami mau evaluasi sampai per Agustus ini, siapa aja yang belum Finansial Close," imbuhnya.

Andy pun memastikan, evaluasi ini tidak akan mengganggu pasokan listrik, rasio elektrifikasi nasional pun masih naik terus.

Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Syofvi Felienty Roekman memastikan proyek yang sudah mencapai tahap financial close atau penyelesaian pembiayaan tidak akan terganggu. 

"Kalau proyeknya sudah berjalan ya tidak bisa dong diberhentikan. Tapi ya kondisi ini yang membuat PLN harus berhitung ulang," katanya ketika dijumpai di kesempatan yang sama.

Namun, PLN akan mengevaluasi daftar keseluruhan (masterlist) barang yang diminta pemerintah untuk dikurangi impornya. Sehingga, ia mengakui akan ada penundaan impor bahan baku proyek yang belum FC.

Selain itu, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, Syofvi menuturkan, yang kemungkinan di-review yakni di proyek-proyek dari IPP.

"Kan yang paling banyak di IPP ya pasti akan dievaluasi, karena kalau yang di PLN financial close-nya kami tergantung pinjaman. Itu juga tidak banyak yang kami lakukan seperti itu, karena di transmisi umumnya kami ambil di dalam negeri ya untuk konduktor, tower, gardu, sekarang kami sudah punya pabrik di sini, ada trafonya juga," pungkas Syofvi.
(gus) Next Article Demi Rupiah, Proyek 35 Ribu MW Akan Dikorbankan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular