Pengusaha Minta Menteri Susi Pertajam Ekspor Ikan Demi Rupiah

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
14 August 2018 14:30
Peningkatan ekspor bisa menolong penguatan rupiah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan saat ini tengah mengalami masa sulit karena nilai tukar rupiah yang melemah hingga di kisaran Rp 14.600/US$, namun belum dalam tahap mengkhawatirkan.

Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan untuk menolong rupiah kembali menguat maka pemerintah harus mendorong ekspor terutama dari sektor rill. Memang langkah penekanan impor yang dilakukan saat ini sudah tepat, tetapi itu belum cukup.

Hariyadi menjelaskan, perbaikan ekspor bisa dilakukan pemerintah khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang saat ini dipimpin oleh Menteri Susi Pudjiastuti.

Dia menilai potensi ekspor perikanan saat ini memiliki potensi tinggi dan KKP harus mendukung dengan cara mempercepat kendala untuk ekspor yang selama ini ada seperti menyelesaikan perizinan kapal hingga alat tangkap.


Kemudian, mengurangi impor dengan mempercepat implementasi B20 karena harga BBM yang semakin naik. Dengan ini saja Indonesia bisa menghemat hingga US$ 3 miliar.

Lalu, juga kebijakan untuk ekspor batu bara. Ia mengatakan bahwa saat ini harga batu bara lagi bagus sehingga bisa dimanfaatkan sebagai peluang ekpor yang cepat.

"Ini ekspornya (batu bara) bisa didorong untuk segera dipermudah dan diperbesar. Jadi kita bisa dapat secara mudah dan cepat dari ekspor. Langkah-langkah yang kayak gini yang harus dilakukan," kata Hariyadi kepada CNBC Indonesia, Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Dia juga yakin Indonesia tidak akan mengalami krisis seperti Turki karena fundamental negara yang berbeda. Sehingga pelemahan rupiah ini hanya akan berlangsung sementara.

"Ini memang efek dari Turki. Tapi kalau dilihat secara fundamental, faktor-faktor yang meresikokan kita masuk ke dalam krisis, saya sih enggak liat. Perbankan kita sangat hati-hati sekarang, lalu utang luar negeri juga ada batasannya, enggak boleh melebihi 3% dari PDB. Jadi, enggak ada sesuatu yang luar biasa yang bisa nyeret kita. Jadi ini murni betul-betuk karena masalah global."

(ray) Next Article Dolar AS Menggila, Pengusaha Dorong Pembenahan Industri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular