Selamat Buat Timnas U-16, Sekarang Biarkan Mereka Sendiri!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 August 2018 10:35
Vanden Borre dan Star Syndrome
Antony Vanden Borre (Reuters)
Contoh kedua adalah Anthony Vanden Borre. Bagi penikmati (atau pencandu) permainan Football Manager pada medio dekade 2000-an, pemain Belgia ini masuk kategori must buy. Wonderkid yang bisa bermain di berbagai posisi.

Vanden Borre seangkatan dengan Vincent Kompany. Namun dalam hal karier, keduanya jauh berbeda.

Memulai karier di Anderlecht bersama Kompany, Vanden Borre menjalani debut di tim senior pada usia 16 tahun. Bahkan awalnya Vanden Borre mendapat lebih banyak sorotan ketimbang Kompany.

“Vanden Borre adalah bakat terbaik yang pernah saya lihat,” ujar legenda Anderlecht Paul van Himst, dikutip dari situs UEFA.

Setelah empat musim di Anderlecht, Vanden Borre hijrah ke Italia untuk membela Fiorentina. Namun dia tidak bisa membuktikan kemampuannya. Dua tahun di Firenze, Vanden Borre cuma main dua kali.

Seperti Lamptey, Vanden Borre pun berubah menjadi journeyman. Kariernya di Eropa mentok di Montpellier (Prancis) dan sejak 2017 dia bermain di Kongo bersama TP Mazembe. Bahkan sebelum memutuskan berangkat ke Kongo, Vanden Borre sempat mengumumkan pensiun dari sepakbola.

Apa yang membuat karier Vanden Borre meredup? Banyak pihak menyebut sorotan pada usia muda membuat Vanden Borre besar kepala.

Dia sering cekcok dengan staf kepelatihan dan tidak fokus di lapangan. Vanden Borren muda lebih memperhatikan hal-hal di luar lapangan seperti koleksi mobil atau gaya rambut. Sindrom kebintangan (star sydrome) telah menjangkitinya.

“Uang menjadi hal terpenting dalam hidup saya, dan itu memalukan,” aku Vanden Borre, mengutip Reuters.

Vanden Borre menjadi contoh bagaimana ketenaran pada usia muda mengalihkan perhatian pesepakbola. Dia sendiri mengakui hal itu, dan sebaiknya memang tidak dicontoh para pemain muda.   (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular