Selamat Buat Timnas U-16, Sekarang Biarkan Mereka Sendiri!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 August 2018 10:35
Buaian Kesuksesan dan Buta Huruf Redupkan Karier Lamptey
Nii Lamptey (Reuters)
Pertama adalah Nii Lamptey. Sekarang Lamptey sudah pensiun, karena umurnya sudah 43 tahun. Namun pada awal dekade 1990-an, nama Lamptey sudah beredar ke penjuru jagat.

Kali pertama Lamptey mencuri perhatian adalah pada turnamen Piala Dunia U-16 1989 di Skotlandia. Saat itu usianya masih belum genap 15 tahun. “Lamptey adalah penerus alami saya,” tegas Pele kala itu, dikutip dari Goal.

Well, Pele adalah pesepakbola terbaik sepanjang masa. Jadi perkataannya dianggap sebagai sabda yang ampuh.

Lamptey punya masa lalu yang kelam. Dia adalah korban keluarga yang berantakan, ayahnya yang pemabuk sering memukulinya.

Tidak jarang Lamptey tidak pulang ke rumah demi menghindari murka sang ayah yang seringkali tanpa sebab. Namanya juga pemabuk. Saat tidak pulang ini, Lamptey tidur di kolong mobil.

Sepakbola jadi pelarian Lamptey. Pendidikannya pun kacau-balau, bahkan Lamptey tidak bisa baca tulis alias buta huruf. Hal yang kemudian sangat disesalinya.

Setelah membawa The Black Star juara dunia U-17, Lamptey mendapat berbagai tawaran untuk bermain di Eropa. Namun Asosiasi Sepakbola Ghana tidak memberi lampu hijau. Mereka ingin Lamptey tetap bermain di Ghana dan membangun tim nasional dengan dia sebagai pusatnya. Asosiasi menahan paspor Lamptey.

Namun Lamptey tidak kurang akal. Dengan menyusup ke bagasi mobil, Lamptey melalanglang hingga sampai di Nigeria. Di sana, dia bertemu dengan agen Stephen Keshi, kapten tim nasional Nigeria.

Sang agen mempertemukannya dengan Keshi. Lalu Keshi memboyong Lamptey ke Belgia untuk menjalani latihan bersama klubnya, Anderlecht. Lamptey berhasil pergi karena Keshi menyebutkan dia adalah anaknya.

Di Anderlecht, Lamptey menunjukkan kualitas mumpuni. Anderlecht pun terpikat. Berkat Lamptey, terjadi perubahan di Belgia di mana batas usia pemain untuk menandatangi kontrak profesional diturunkan menjadi 16 tahun.

Pada musim pertamanya di Anderlecht, Lamptey lumayan sukses. Anak muda ini mampu mencetak 7 gol dalam 14 pertandingan.

Di sinilah masalah Lamptey dimulai. Terbuai dengan kesuksesan, dia memilih agen yang salah yaitu Antonio Caliendo yang juga mewakili pemain-pemain besar seperti Roberto Baggio dan Dunga. Namun terhadap Lamptey, Caliendo benar-benar memerasnya hingga titik darah penghabisan. Lamptey yang buta huruf tidak bisa memahami isi kontrak sehingga iya-iya saja.

Pada 1993, Caliendo membawa Lamptey ke Belanda untuk bermain bersama PSV Eindhoven. Di Negeri Kincir Angin, Lamptey semakin bertaji dan berhasil mencetak 10 gol dalam 22 laga.

Walau Lamptey bahagia, Caliendo memboyongnya ke Inggris. Kali ini, Lamptey harus bermain di Aston Villa. Ini dilakukan Caliendo demi mendapat cuan, karena dia akan memperoleh 25% dari biaya transfer Lamptey.

Di Inggris, Lamptey tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya 10 kali bermain bagi Aston Villa tanpa mencetak gol. Setelah itu, Lamptey menjadi journeyman, berkeliling ke berbagai klub dari Italia, Turki, Argentina, China, Uni Emirat Arab, sampai Afrika Selatan.

Di klub-klub itu, kemampuan Lamptey tidak pernah keluar karena memang tidak pernah bertahan lama. Semua karena nafsu Caliendo yang ingin mendapatkan uang dari biaya transfernya.

Karier Lamptey meredup pada usia yang masih sangat belia. Sejak 1996, kala masih berusia 22 tahun, Lamptey sudah tidak pernah dipanggil ke tim nasional Ghana.

Selepas pensiun, Lamptey membangun sekolah di Ghana untuk menolong anak-anak muda di sana agar tidak bernasib seperti dirinya. Lamptey pun tidak ingin anak-anak yang masih terlalu muda mendapat beban yang terlalu berat, apalagi sampai bermain ke luar negeri.

“Anak-anak seharusnya tidak meninggalkan Afrika pada usia seperti saya. Mereka sepatutnya bertahan di sini, menyelesaikan sekolah, dan menunggu sampai usia 18 atau 19 tahun sebelum menentukan masa depannya,” tegas Lamptey, mengutip Goal.

Sang suksesor Pele ini gagal memenuhi ekspektasi. Mungkin tidak sepenuhnya merupakan kesalahannya, mungkin karena dia harus menanggung beban yang berat pada usia yang masih sangat muda.

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular