Internasional

Surplus China dengan AS Turun, Trump Menang Perang Dagang?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 August 2018 15:46
Beijing melaporkan surplus sebesar US$28,1 miliar dengan AS di bulan Juli, turun dari rekor US$28,9 miliar yang tercatat pada bulan Juni.
Foto: Reuters
Beijing, CNBC Indonesia - Surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat (AS) turun pada bulan Juli setelah Presiden Donald Trump memberlakukan tarif impor terhadap barang-barang China senilai miliaran dolar dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Pengumuman data perdagangan pada hari Rabu (8/8/2018) itu muncul bersamaan dengan dua ancaman penerapan tarif tambahan yang telah memicu kekhawatiran akan semakin parahnya perang dagang.

Beijing melaporkan surplus sebesar US$28,1 miliar dengan AS di bulan Juli, turun dari rekor US$28,9 miliar yang tercatat pada bulan Juni. Surplus perdagangan China yang sangat banyak dengan Amerika Serikat telah menjadi sumber perselisihan, di mana Trump menuduh China melakukan praktik dagang yang tidak adil, mencuri lapangan kerja Amerika, dan mencuri pengetahuan teknologinya.

Surplus perdagangan global China turun lebih banyak, dari US$41,5 miliar pada Juni menjadi US$28 miliar pada bulan Juli karena impor dan ekspor melonjak.

Namun, dilansir dari AFP, penurunan surplus China AS tidak mungkin meredakan ketegangan dengan Trump. Gedung Putih pada tanggal 6 Juli memberlakukan tarif impor 25% pada US$34 miliar produk China yang masuk ke AS dan memicu respons balasan langsung dari Beijing.

Para pejabat AS pada hari Selasa mengatakan mereka akan menerapkan tarif impor 25% atas impor Cina senilai US$16 miliar mulai dari 23 Agustus.

Langkah itu sudah diduga akan terjadi sebelumnya, namun sikap China yang merencanakan balas dendam menyebabkan semakin kuatnya kekhawatiran tentang kedua belah pihak yang sedang menuju perang dagang habis-habisan yang bisa menekan ekonomi global.


AS juga telah berencana untuk mengenakan tarif impor senilai US$200 miliar pada barang-barang China.

Impor Amerika dari China jauh lebih banyak daripada sebaliknya, yang berarti Beijing mungkin perlu mencari cara lain untuk membalas dendam.


Mudah untuk menang

Pejabat Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer mengatakan penyelidikan lembaganya yang 'menyeluruh' menunjukkan "tindakan, kebijakan, dan praktik China terkait dengan transfer teknologi, kekayaan intelektual dan inovasi tidak masuk akal dan diskriminatif dan membebani perdagangan AS."

Para pejabat AS mengatakan ada 279 barang baru yang akan ditargetkan dalam putaran tarif impor terbaru, termasuk sepeda motor, traktor, suku cadang kereta api, sirkuit elektronik, motor, dan peralatan pertanian.

Perselisihan terus meningkat, di mana Trump minggu lalu mengancam akan menaikkan tarif impor hingga 25% dari yang awalnya 10%, yang direncanakan akan diterapkan pada US$200 miliar impor dari China.

Beijing telah meminta para pejabat AS untuk 'berpikir rasional', tetapi pekan lalu mengatakan bahwa mereka akan mengenakan bea impor tambahan sebesar US$60 miliar dalam barang-barang AS, sebuah ancaman yang Gedung Putih sebut sebagai sesuatu yang 'lemah'.

Trump telah membual bahwa perang dagang "mudah untuk dimenangkan" dan memperingatkan dia akan mengenakan tafir pada hampir semua impor China jika Beijing tidak mundur dan mengambil tindakan untuk mengurangi defisit perdagangan AS senilai US$335 miliar.

Industri dan petani AS telah terperangkap dalam perang dagang, dan pemerintahan Trump mengumumkan bantuan senilai US$12 miliar untuk membantu para petani yang dirugikan oleh tarif impor China pada produk pertanian seperti kedelai.

Perang dagang AS-China akan memangkas produk domestik bruto global sebesar 0,7% pada 2020, kata Oxford Economics dalam sebuah catatan pada hari Selasa.

Meskipun terjerat perang tarif dengan AS, ekspor China di seluruh dunia naik lebih baik dari perkiraan, sebesar 12,2% pada Juli, sementara impor naik jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan, yaitu 27,3%.
(prm) Next Article China: Kami Tak Janjikan Nilai Pemotongan Surplus pada AS

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular