
Kejamnya Hukuman Ekonomi Trump ke Iran
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
07 August 2018 18:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepertinya memangkas ekspor minyak Iran dan menjatuhkan sanksi yang memukul sektor keuangan, otomotif, penerbangan, dan logam negeri itu masih belum cukup bagi Amerika Serikat (AS).
Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (7/8/2018) mengatakan, sanksi baru dari pemerintahannya kepada Iran adalah "sanksi paling menggigit yang pernah dikenakan".
"Siapapun yang berbisnis dengan Iran TIDAK akan berbisnis dengan Amerika Serikat. Saya hanya meminta PERDAMAIAN DUNIA!" cuitnya di akun media sosial Twitter.
Pada Senin (6/8/2018), AS sudah menjatuhkan sanksi yang memukul sektor keuangan, otomotif, penerbangan, dan logam Iran.
Menyusul sanksi itu, Negeri Paman Sam dikabarkan juga berencana memotong ekspor minyak Iran pada awal November dan meminta para konsumen dan importir minyak Iran mengakhiri kontrak mereka. Langkah itu dilakukan untuk melemahkan ekonomi negara yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani itu.
Rouhani menyebut serangan bertubi-tubi AS ini sebagai aksi yang culas. Ajakan Donald Trump, kata Hassan, untuk bertemu dan melakukan pembicaraan kedua negara dinilai tidak jujur dan hanya drama belaka.
"Jika Anda menikam seseorang di belakang dan kemudian mengatakan Anda ingin berbicara, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah melenyapkan pisau itu," kata Rouhani berbicara di televisi, sebagaimana dilansir dari CNBC International, Selasa (7/8/2018).
(wed) Next Article Krisis Ekonomi, Rakyat Desak Presiden Iran Mundur
Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (7/8/2018) mengatakan, sanksi baru dari pemerintahannya kepada Iran adalah "sanksi paling menggigit yang pernah dikenakan".
"Siapapun yang berbisnis dengan Iran TIDAK akan berbisnis dengan Amerika Serikat. Saya hanya meminta PERDAMAIAN DUNIA!" cuitnya di akun media sosial Twitter.
Menyusul sanksi itu, Negeri Paman Sam dikabarkan juga berencana memotong ekspor minyak Iran pada awal November dan meminta para konsumen dan importir minyak Iran mengakhiri kontrak mereka. Langkah itu dilakukan untuk melemahkan ekonomi negara yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani itu.
Rouhani menyebut serangan bertubi-tubi AS ini sebagai aksi yang culas. Ajakan Donald Trump, kata Hassan, untuk bertemu dan melakukan pembicaraan kedua negara dinilai tidak jujur dan hanya drama belaka.
"Jika Anda menikam seseorang di belakang dan kemudian mengatakan Anda ingin berbicara, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah melenyapkan pisau itu," kata Rouhani berbicara di televisi, sebagaimana dilansir dari CNBC International, Selasa (7/8/2018).
Trump pada bulan Mei menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran yang berlaku sejak 2015. Kesepakatan itu sejatinya dibuat untuk menghentikan upaya pengembangan senjata nuklir Iran.
Mata uang Iran, real, telah kehilangan separuh nilainya sejak April di tengah-tengah ancaman sanksi AS. Depresiasi real dan melonjaknya inflasi telah menimbulkan demonstrasi di Iran yang memprotes korupsi sembari para peserta meneriakkan slogan-slogan antipemerintah.
Mata uang Iran, real, telah kehilangan separuh nilainya sejak April di tengah-tengah ancaman sanksi AS. Depresiasi real dan melonjaknya inflasi telah menimbulkan demonstrasi di Iran yang memprotes korupsi sembari para peserta meneriakkan slogan-slogan antipemerintah.
(wed) Next Article Krisis Ekonomi, Rakyat Desak Presiden Iran Mundur
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular