Perang Dagang dan Sanksi Iran Katrol Harga Emas

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
07 August 2018 14:21
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak menguat sebesar 0,24% ke US$1.220,6/troy ounce.
Foto: REUTERS/Neil Hall
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak menguat sebesar 0,24% ke US$1.220,6/troy ounce, pada perdagangan hari ini Selasa (07/08/2018) hingga pukul 13.45 WIB hari ini.

Dengan pergerakan itu, harga emas mampu rebound pasca pada perdagangan hari sebelumnya terkoreksi hingga 0,45%. Sebagai informasi, sepanjang pekan lalu harga sang logam mulia bahkan anjlok hingga 0,77%.

Harga sang logam mulia mendapatkan angin segar dari sanksi Iran yang berlaku mulai hari ini, perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang masih berkecamuk, serta hubungan AS-Korea Utara yang kembali memanas.




Hari ini, mulai pukul 11.00 WIB atau pukul 00.01 Eastern Time (ET), sebagian sanksi dari Amerika Serikat (AS) akan kembali aktif. Sanksi ini akan menyasar pembelian dolar AS oleh Iran, perdagangan logam mulia, batu bara, perangkat lunak industri, dan sektor otomotif. Negeri Paman Sam juga berencana akan memberikan sanksi yang lebih banyak pada sektor perminyakan Iran pada bulan November 2018 mendatang.

Sebagai tambahan, salah seorang pejabat resmi AS menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump siap untuk bertemu dengan pemimpin Iran kapan saja, dalam rangka membuat kesepakatan baru yang lebih baik dibandingkan dengan kesepakatan pada tahun 2015 yang dibuat oleh mantan presiden Obama, seperti dilansir dari CNBC International.

Sayangnya, Presiden Iran Hassan Rouhani menolak mentah-mentah ajakan berunding dari AS tersebut. Menurutnya, Trump tidak tulus dalam perundingan ini karena punya maksud-maksud terselubung.

"Jika Anda menusuk orang dengan pisau dan kemudian ingin mengajaknya bicara, maka hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mencabut pisaunya. Kami selalu terbuka untuk diplomasi dan perundingan, tetapi itu butuh kejujuran. Ajakan Trump hanya untuk konsumsi domestik jelang pemilu dan menciptakan kekacauan di Iran," papar Rouhani dalam sebuah wawancara televisi yang dikutip Reuters.

Selain itu, tensi perang dagang AS-China juga belum menunjukkan tanda-tanda melunak. Teranyar, pemerintah China berencana mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk AS senilai US$ 60 miliar produk AS. Tindakan ini sebagai balasan atas rencana pemerintah AS yang menargetkan bea masuk kepada US$ 200 miliar produk China. Mengutip Reuters, bea masuk yang akan diterapkan China mencakup gas alam cair hingga pesawat. 

Sebagai tambahan, sentimen positif bagi harga emas juga datang dari hubungan AS-Korea Utara yang kembali tak kondusif. Laporan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) menyebutkan Korea Utara masih belum menghentikan program nuklir mereka. Satelit mata-mata AS juga merekam aktivitas pengembangan misil balistik yang masih berlangsung. Pyongyang pun ditengarai masih menjual senjata secara ilegal ke luar negeri.

Segala macam kabar buruk tersebut lantas dikhawatirkan akan mempengaruhi prospek perekonomian dunia. Kali ini pertumbuhan ekonomi dunia yang menjadi taruhannya. Di saat seperti ini, investor cenderung melepas aset-aset berisiko, dan beralih memeluk instrumen safe haven seperti emas. Hal ini kemudian memberikan dukungan bagi harga emas hari ini.

(RHG/gus) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular